Mohon tunggu...
Novadila Fani Saputri
Novadila Fani Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Longlife Learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Perspektif Ekonomi Feminis dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

19 Oktober 2023   20:45 Diperbarui: 19 Oktober 2023   20:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1968, seorang profesor di Amerika yang bernama Robert Stoller pertamanya kalinya memperkenalkan istilah gender kepada dunia. Gender yang dikemukakan oleh Robert bertujuan untuk memisahkan pencirian manusia yang berdasarkan pada pendefinisian dengan sifat sosial budaya berdasarkan dari ciri-ciri fisik biologis manusia. Sementara itu, kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia memiliki arti gender tersendiri dimana gender adalah peran-peran sosial yang dikonstruksikan oleh dan dari masyarakat. Salah satu contohnya adalah perempuan yang dihormati di masyarakat mempunyai sifat lemah lembut, penuh emosi, dan memiliki jiwa dan naluri keibuan. Dalam masyarakat, laki-laki dianggap kuat, rasional, dan jantan, meskipun ini adalah sifat yang dapat ditukar. Uraian sebelumnya menunjukkan perbedaan antara jenis kelamin, atau seks, dan perbedaan gender. Sekarang pun masih terlihat adanya perbedaan kelamin yang akhirnya akan menimbulkan perbedaan gender (gender differences). Sampai saat ini, kaum laki-laki tetap menjadi orang yang memiliki peran penting dan sentral di beberapa aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, agama, hukum serta budaya. Laki-laki selalu dianggap yang memiliki kekuatan lebih besar daripada perempuan dipandang mampu dalam segala hal. Sedangkan perempuan dianggap kurang bisa dan dipandang rendah karena masih dibawah dominasi kaum laki-laki, membuat peran mereka dibatasi dan hanya dianggap mampu mengurus rumah tangga (Simanungkalit & Ilyas, 2020).

Dengan fenomena yang terlihat di lingkup masyarakat  menunjukkan  peran perempuan mengalami penurunan menjadi the second sex yang juga sering disebut sebagai warga kelas kedua yang keberadaanya tidak begitu diperhatikan (Faizain, 2012). Hal ini menyebabkan berbagai ketidakadilan yang dirasakan sebagai perempuan. Selama berabad-abad, perempuan ditindas, diabaikan, dan diperlakukan sebagai manusia. Mereka juga diperlakukan sebagai bagian masyarakat yang lebih rendah, dengan peran terbatas pada pekerjaan rumah tangga dan melahirkan anak. Karena penindasan yang berlarut-larut, banyak wanita akhirnya berani menyuarakan pendapat mereka. Ini melahirkan konsep feminisme dan memulai gerakan terpanjang dalam sejarah yang terus berlanjut hingga saat ini. Pada awalnya, tujuan gerakan feminisme adalah untuk menghentikan tindakan yang menghambat kebebasan perempuan. Mary.E. Hawkesworth didalam bukunya yang berjudul “Globalization and feminist activism” yang diterbitkan pada tahun 2006, menyatakan bahwa tujuan dari gerakan sosial politik dan ideologi yang dikenal sebagai feminisme adalah untuk menggambarkan, membangun, dan mencapai kesetaraan sosial, ekonomi, pribadi, dan politik antara laki-laki dan perempuan. Dengan banyaknya penganut feminis di seluruh dunia termasuk Indonesia membuat kaum perempuan menciptakan sebuah gerakan baru yang bernama gerakan ekonomi feminis dimana dalam Gerakan ini kaum perempuan ingin membuktikan bahwa mereka memiliki peranan penting dalam tatanan masyarakat seperti kaum laki – laki. Dalam istilah "ekonomi feminis", istilah "ekonomi feminis" mengacu pada suatu gerakan yang berfokus pada penerapannya dalam kegiatan ekonomi dengan melakukan penelitian independen dan kritis tentang peran gender dalam perekonomian. Menjadi altruistik dalam ekonomi feminisme berarti mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Di masa lalu, ekonomi feminim terdiri dari dua bagian: go public (wanita yang bekerja) dan domestic (ibu rumah tangga). Thal ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara berkat gerakan ekonomi feminis. Misalnya, dalam suatu lapangan pekerjaan diperlukan tenaga kerja untuk menggerakkan perekonomian nasional Indonesia, tetapi sebagian besar dari mereka adalah laki-laki. Sementara itu, banyak perempuan yang menganggur untuk mengurus rumah tangga karena perbedaan gender yang menyatakan bahwa sebagai wanita, tugas utamanya adalah mengurus keluarga. Akibatnya, hanya kaum laki-laki yang akan menghasilkan pendapatan nasional. Pendapatan dan kesejahteraan negara akan meningkat jika proporsi perempuan dalam perekonomian nasional meningkat.

Analoginya, didalam sebuah keluarga ekonomi menengah, jika yang bekerja hanyalah sang suami, tentunya pendapatan keluarganya tidak akan terlalu besar, karena pendapatannya akan dibagi dengan biaya pendidikan anak-anaknya, kebutuhan sehari-hari, asuransi kesehatan, pajak, dll. Namun, jika sang istri ikut bekerja, paling tidak bisa membantu memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari. Tapi dalam kenyataannya perempuan masih harus mengurusi anak-anak dirumah dan melayani suaminya, apalagi sang anak masih berumur balita dan benar-benar tidak bisa ditinggalkan ibunya, apakah masih memungkinkan perempuan untuk bekerja? kita tentu tidak bisa memaksakan perempuan seperti itu untuk bekerja, tetapi hal ini akan berbeda jika seorang perempuan yang benar-benar bisa bekerja, terkendala oleh sistem sosial keluarga dan masyarakat yang memaksanya harus dirumah saja dan tidak boleh ikut bekerja. Tidak diragukan lagi bahwa perempuan memainkan peran penting dalam ekonomi Indonesia. Data saat ini menunjukkan bahwa sekitar 54% pelaku UMKM didominasi oleh perempuan, dan 60% dari investasi adalah perempuan. Ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam hal kecerdasan dan kemandirian. Bahkan perempuan lebih mampu dalam hal mengelola keuangan rumah tangga selain itu perempuan lebih produktif dalam hal melakukan investasi.

Meskipun hingga saat ini laki-laki masih mendominasi dunia kerja, perempuan juga memainkan peran penting dalam ekonomi. Akibatnya, banyak perempuan sudah mulai melihat hal ini sebagai kesempatan yang bagus. Banyak perempuan yang memulai wirausaha atau bekerja sebagai karyawan. Bahkan 97% pegawai dan 54% pelaku UMKM sekarang sebagian besar adalah perempuan. Keberadaan UMKM ini menunjukkan adanya kemandirian perempuan dan menunjukkan bahwa wanita tidak harus bergantung pada orang lain. Sehingga diharapkan pertumbuhan sektor UMKM ini juga dapat meningkatkan peran perempuan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun