PENDAHULUANÂ
     Perkembangan Kognitif Anak
Pertumbuhan merupakan sebuah fenomena alami yang dialami semua makhluk hidup, termasuk manusia. Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua proses kehidupan manusia yang berlangsung secara terus-menerus seiring berjalannya waktu, karena keduanya ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Sedangkan, perkembangan juga sebuah proses yang kekal dan tetap menuju ke arah atau organisasi pada tingkat yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan dan belajar. Ini menunjukkan bahwa dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan selalu mengalami perubahan yang bersifat sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
A. Asimilasi
Dalam teori perkembangan kognitif Jean Piaget, asimilasi adalah proses di mana anak-anak mengintegrasikan informasi atau pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada. Ketika anak menghadapi sesuatu yang baru, mereka mencoba memahami dan menyesuaikannya dengan pola pemahaman yang sudah mereka miliki. Misalnya, ketika seorang anak yang sudah mengenal "anjing" sebagai hewan berbulu dan berkaki empat melihat seekor kambing untuk pertama kalinya. Karena kambing memiliki karakteristik serupa dengan anjing dalam skema anak, seperti memiliki bulu dan empat kaki, si anak mungkin menganggap kambing tersebut adalah sebagai "anjing".Dalam hal ini, anak menggunakan skema yang sudah ada (anjing) untuk memahami sesuatu yang baru (kambing). Proses ini merupakan bentuk asimilasi, karena anak mencoba "menggabungkan" informasi baru ke dalam kerangka pemahaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
B. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses kedua setelah asimilasi, dimana anak-anak mengubah atau menyesuaikan skema kognitif yang sudah ada untuk memahami informasi baru. Akomodasi terjadi ketika pengalaman atau pengetahuan baru tidak dapat sepenuhnya sesuai dengan skema yang sudah ada, sehingga anak perlu mengubah struktur berpikir mereka agar dapat memproses informasi tersebut. Misalnya, jika seorang anak yang memiliki skema tentang burung sebagai hewan yang bisa terbang bertemu dengan penguin (burung yang tidak bisa terbang), ia akan melakukan akomodasi dengan memperbarui skemanya agar mencakup burung yang bisa terbang dan yang tidak bisa terbang.Di dalam proses adaptasi itu sendiri ada konsep ekuilibrium, yang artinya keseimbangan atau kecocokan di antara skema-skema yang ada. Jika skema lama tidak sesuai dan tidak cocok dengan informasi yang baru didapat anak, maka disebut ekuilibrium. Namun jika melalui konsep asimilasi tidak ditemukan kecocokan antara skema lama dengan informasi baru, maka disebut disekuilibrium, dan memerlukan akomodasi untuk mencapai ekuilibrium.
Jean Piaget membagi proses perkembangan menjadi empat tahapan:
1. Tahap Sensorimotorik
Tahap sensorimotorik adalah tahap pertama dalam teori perkembangan kognitif Jean Piaget, yang terjadi sejak anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, perkembangan kognitif anak bergantung pada interaksi langsung dengan dunia melalui indra (seperti penglihatan dan pendengaran) dan gerakan motorik (seperti meraih dan menggenggam). Anak-anak pada tahap sensorimotorik belajar tentang dunia melalui eksplorasi fisik dan sensorik, membangun pemahaman dasar tentang objek dan peristiwa di sekitar mereka. Menurut Piaget, hingga anak usia 8 bulan dia akan memiliki rasa pemahaman bahwa setiap objek itu nyata, bahkan jika di luar pandangannya. Misalnya, ketika mainan disembunyikan di balik bantal, anak pada tahap sensorimotorik akan mulai menyadari bahwa mainan tersebut masih ada dan dapat mencarinya, meskipun tidak terlihat.
2.. Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional yang berlangsung pada anak usia sekitar 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir simbolis, yang memungkinkan ereka menggunakan kata-kata dan gambar untuk merepresentasikan objek yang tidak hadir. Namun, pemikiran mereka masih bersifat egosentris, yang artinya mereka lebih cenderung melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
3. Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret terjadi pada usia 7-11 tahun. Mulai meingkat kemampuan anak dalam mengenali suatu objek. Ditandai dengan kemampuan mengurutkan suatu objek, pengklasifikasian, konservasi, dan lainnya. Pada tahap ini, anak mulai mampu berpikir logis dan sistematis tentang situasi yang konkret, tetapi mereka masih kesulitan untuk memahami konsep yang abstrak. Misalnya, Anak dapat mengelompokkan objek berdasarkan karakteristik tertentu, seperti warna, bentuk, atau ukuran. Misalnya, mereka bisa mengelompokkan semua mainan mobil dalam satu kelompok dan semua boneka dalam kelompok lain.
4.Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal yang biasanya terjadi pada usia sekitar 11-dewasa. Pada tahap ini, anak sudah mulai mampu berpikir rasional, abstrak, dan sistematis. Sifat egosentrisnya akan kembali muncul karena anak akan mulai memasuki dunia dengan kebebasannya untuk memikirkan dirinya sendiri. Tahap Operasional Formal menandai kematangan kognitif yang lebih tinggi, yang memungkinkan anak untuk memahami konsep-konsep yang lebih kompleks, seperti matematika tingkat lanjut, filosofi, dan sains.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI