Mohon tunggu...
Nova Harahap
Nova Harahap Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

dream catcher, abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kalau Kaki Perempuan di Atas 40

14 Desember 2011   16:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:16 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Tuhan punya maksud buat semua perempuan yang berkaki diatas 40. Bukannya saya tidak mensyukuri, tapi kok susah ya nyari sepatu ukuran diatas 40  ?

Saya yang dari dulu penggemar sneaker memang tidak dibuat susah untuk mendapatkan sepatu model ini. Toh memang sneaker  berprinsip pada ukuran kaki orang barat. Masa sekolah dan kuliah saya lewati dengan mudah. Sekolah yang hanya mewajibkan sepatu berwarna hitam tanpa mengharuskan memakai merek tertentu bukanlah sebuah masalah. Bata atau Converse jadi sepatu andalan. Apalagi di masa saya (atau mungkin sampai sekarang) converse memang idola prima para pelajar. Gak keren kalau gak pakai itu. Paling susah sih kalau abis Sholat Zuhur dan Ashar di sekolah. Jamin Ketukar ! ha ha ha..

Waktu kuliah saya masih juga mengandalkan sneaker. Selama kuliah, saya menghabiskan 5 sneaker. Selain karena kuliahnya yang memang agak ganas, panas-panas, dan ekstra nyangkol, si Ibu juga kasihan nengok anaknya yang gak punya  cadangan sepatu kalau lagi hujan. 2  Abu-abu, 2 cokelat, dan 1 biru.

Masalah kaki baru terasa ketika saya mau beli alas kaki yang memang didedikasikan buat cewek. Bukan sneaker.

Pertama, waktu mau wisuda.

Wisuda yang "mengharuskan" memakai sendal high heels, membuat saya pusing kepayang. 3 mal besar yang notebene menjual alas kaki berukuran normal selayaknya mayoritas orang Indonesia, berhasil membuat saya kecewa. Mau mesan ke tukang sepatu, waktunya udah mepet. Terakhir pulang dengan tangan kosong. Terus wisuda saya bagaimana? . Sedikit terpaksa saya harus memaksakan kaki saya menyusut menjadi ukuran 39. Mau gak mau saya pakai juga sendal semi High heels (saya menyebutnya begitu karena cuma 2 cm, selain karena terbiasa pakai sneaker, saya jadi semakin tinggi menjulang kalau memakai the real high heels, bisa-bisa sang rektor gak nyampek waktu ngalungin selempang, atau lebih parah ketika saya nunduk kena kepala pak rektor,,hehehe) punya my sista.

Kedua, waktu mau ngelamar kerja

Yang namanya mau ngelamar kerja, penampilan adalah no 1. Maksudnya rapi dan sesuai dengan kantor yang kita lamar. Dan sepatu berhak merupakan salah satu penunjangnya. Dasar saya yang memang gak terbiasa pakai high heels dan didukung oleh susahnya mencari sepatu cewek berukuran diatas 40 , akhirnya saya pakai sepatu karet yang memang model cewek yang agak terkesan formal dan berukuran luar negeri itu. Hasilnya ? . Cuma 2 kata. Belum rejeki.

Ketiga, kalau ada pesta. Saya terpaksa kembali harus menyusutkan kaki. Lagi-lagi sendal my sista diandalkan.

Sekarang saya tahu. Kaki yang diberikan Tuhan ini memang spesial diberikan ke saya. Cerita punya cerita, kaki saya yang panjang ini disebabkan kesukaan saya yang suka jalan. Kalau ditelusuri dari gen, saya kurang tahu pasti karena Ayah saya berkaki 39, Ibu 38, Kakak I 38, dan kakak II 39.

Jadinya memang segala hal apapun itu memang harus dipersiapkan. Sepatu dan sendal berhak sudah ada (bahkan si Ibu sampai nyuruh beli 2 pasang hehehehe) karena ngedapatinnya juga gak gampang. Saya jadi semakin yakin, segala hal apapun itu yang diberikan Tuhan pasti ada maknanya (dan cerita dibaliknya).

Udah ah..

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun