Ibu
Anak perempuanmu kini di biara
Aku sepi di ujung asmara
Tapi tak sepi di ujung cinta
Berlantun sebaris aksara
Ibu
Anak perempuanmu tak memiliki harta
Aku hanya memiliki selembar jubah
Atau seuntai doa
Yang selalu ku bawa di ujung rasa
Ibu
Maafkan aku atas segalanya
Yang kurang mengerti kehendakmu
Aku malah memilih jalan biara
Untuk menjadi sebutir pelayan gereja
Aku bahagia dengan pilihan ini
Mohon ibu bawa aku dalam lantunan doa
Ibu
Ibu tidak akan marahkan dengan pilihan ini?
Mohon ibu jangan sakit hati
Sebab cinta akan mu melekat mati
Meski Tuhan memisahkan raga dan mimpi
Namun kehadiranmu akan selalu kurasakan disetiap nafas doaku
Bayangmu akan selalu kuhadirkan pada setiap kali aku bermeditasi
Ibu
Setiap lonceng gereja mengingatkanku pada gubuk tuamu
Di bawah sayap senja sunyi
Mengingatkanku melangkah pergi
Kala nyanyian mazmur bersenadung puji
Aku pergi bersama sepucuk janji dengan Tuhanku
Ibu
Setelah kepergianku
Enam tahun lamanya
Aku terlalu sibuk berdoa pada Tuhanku
Kala kabarmu tak kunjung bersapa
Hingga tinta mengering diatas kata
Bersama jauhnya langkah senja
Menyampaikan hati kita pada Tuhan
Akankah pertemuan kembali ada?
Ibu
Sembari tanganku terkatut erat dalam doa
Berselimutkan nyanyian lonceng gereja
Aku terdiam, tangis bertopeng tawa
Sementara aku dan ibu merindu jauh disana
Salam dan kebaikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H