Mohon tunggu...
Nova Tazkya
Nova Tazkya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Nova Tazkya NIM : 43120010258 Dosen :Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak Prodi : S1 Manajemen, Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Etika dan Bisnis

10 April 2023   19:14 Diperbarui: 11 April 2023   11:06 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengertian Etika Bisnis

a53e56e0-6ac9-4b33-9a1f-258a23d69d33-6434dcb74addee45ec40f886.jpeg
a53e56e0-6ac9-4b33-9a1f-258a23d69d33-6434dcb74addee45ec40f886.jpeg
63502177-9652-42aa-84a7-f7df8b5d2279-6434dccc4addee57116e1a02.jpeg
63502177-9652-42aa-84a7-f7df8b5d2279-6434dccc4addee57116e1a02.jpeg
Etika bisnis juga dapat diartikan sebagai mengetahui metode ideal dalam mengelola bisnis, dengan mempertimbangkan norma dan moralitas universal, ekonomi dan sosial. Setiap perusahaan harus memperhatikan dan mengikuti etika yang berlaku. Etika selalu kejujuran, komitmen, kejujuran dan loyalitas.

Untuk mencapai apa yang ingin mereka lakukan, perusahaan sering kali mengabaikan etika bisnis. Masalah bisnis dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam perusahaan seperti konflik antar karyawan, dan faktor eksternal seperti operasional perusahaan yang dapat merugikan masyarakat sekitar. Jika masalah dibiarkan begitu saja dan tidak segera diselesaikan, maka masalah tersebut akan mempengaruhi bisnis. Masih banyak pebisnis di Indonesia yang acuh tak acuh terhadap etika bisnis.

Etika Bisnis dari Berbagai Perspektif

  • Perspektif Ajaran Islam

Dalam bisnis, etika bisnis adalah seperangkat nilai berdasarkan prinsip moral baik, buruk, benar dan salah. Tujuan umum penelitian etika bisnis dapat disajikan sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.

2) Presentasi argumen moral ekonomi dan strukturnya.

3) Membantu menentukan sikap moral yang benar dalam menjalankan profesi.

Oleh karena itu, ketiga tujuan penelitian etika bisnis dimaksudkan untuk memberikan para pemangku kepentingan parameter yang terkait dengan hak, tugas dan kesetaraan sehingga mereka dapat bekerja secara profesional untuk mencapai produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 85 yang artinya : "Barang siapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian pahala. Dan barang siapa menimbulkan akibat yang buruk, niscaya ia akan memikul konsekuensinya."

Ayat di atas menegaskan bahwa orang yang menyebarkan kebaikan kepada orang lain akan menerima kebaikan dan sebaliknya, jika orang menyebarkan benih keburukan kepada orang lain, maka suatu saat mereka akan menjadi buruk. Jika perusahaan memiliki citra publik yang baik, maka masyarakat akan lebih mendukung keberadaan perusahaan tersebut. Demikian pula masyarakat menghindari atau mengucilkan keberadaan perusahaan yang memiliki citra buruk.

Teori etika berfungsi sebagai panduan untuk keputusan bisnis ketika aktor menghadapi situasi dengan dimensi moral. Keterampilan atau kompetensi yang dikembangkan oleh etika bisnis meliputi keterampilan analitis, yaitu. kemampuan memahami posisi dan konteks prinsip dan tindakan moral, keterampilan positif (prediktif), kemampuan untuk memahami reaksi pihak lain berdasarkan aspek moralnya dan antisipasi dan mengantisipasi reaksi orang lain terhadap perilaku kita serta keterampilan normatif (pemrograman), yaitu kemampuan untuk mengarahkan keputusan dan kebijakan bisnis serta memahami prinsip-prinsip moral dalam semua keputusan sebagai manajer atau pebisnis. Etika bisnis sangat penting dalam bisnis profesional. sebagaimana dikemukakan Dr. Syahata bahwa etika bisnis merupakan tugas penting untuk membekali para pebisnis dengan:

1) Penciptaan kode etik Islam yang mengatur, mengembangkan dan mengkomunikasikan praktik bisnis dalam kerangka ajaran agama. Aturan etika ini juga merupakan simbol dari kebijakan yang melindungi pengusaha dari resiko.

2) Aturan etika Islam dapat menjadi dasar hukum untuk mendefinisikan tanggung jawab pengusaha, terutama kepada diri mereka sendiri, kepada perusahaan, kepada masyarakat dan terutama kepada Allah.

3) Kode etik dipandang sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul daripada harus menyerahkannya kepada lembaga peradilan.

4) Kode etik dapat membantu menyelesaikan banyak masalah antara rekan kerja, pengusaha dan komunitas kerja.

5) Kode etik dapat membantu dalam pengembangan pendidikan bisnis dan program seminar yang menggabungkan nilai-nilai, etika dan perilaku yang baik dengan prinsip-prinsip bisnis modern.

6) Kode etik ini dapat merepresentasikan bentuk-bentuk aturan Islam yang konkrit dan kultural sedemikian rupa sehingga merepresentasikan kelengkapan (universalitas) dan orisinalitas ajaran Islam, yang dapat diterapkan kapan saja dan di mana saja tanpa bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan.

Perspektif Ajaran Barat (non Islam)

  • Teori keadilan distribusi

Inti dari teori ini adalah bahwa "suatu tindakan disebut etis jika membela keadilan barang dan jasa", yang didasarkan pada pengertian keadilan. Suatu tindakan disebut etis di sini jika menghasilkan pemerataan manfaat dan beban, jadi istilah ini berfokus pada mode distribusi. Alokasi menurut bagian, kebutuhan, biaya, keuntungan dan manfaat, yang hasilnya dapat meningkatkan kerjasama di dalam atau di antara anggota masyarakat.

  • Teori utilitarianism

Teori etika yang paling mewakili pendekatan teology disebut utilitarianism. Teori ini memandu pengambilan keputusan etis dengan mempertimbangkan keuntungan terbesar bagi banyak pihak (the greatest benefit to the greatest number). Dengan kata lain, apa yang benar didefinisikan sebagai apa yang memaksimalkan apa yang baik atau meminimalkan apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang.

  • Konsep Deontologi

Deontology berasal dari kata Deon yang berarti tugas atau kewajiban. Ketika sesuatu dilakukan karena kewajiban, dia sepenuhnya membebaskan moralitas dari konsekuensi tindakannya. Jadi keputusan itu baik karena sesuai dengan tugas, dan dianggap buruk karena dilarang. Prinsip dasar dari konsep ini adalah tanggung jawab individu untuk kesejahteraan orang lain dan kemanusiaan. Pendukung khas pendekatan ini adalah orang beragama (mengikuti perintah/kewajiban agama) dan orang hukum.

  • Teori keutamaan

Dasar teori keutamaan bukanlah "aturan atau prinsip yang benar atau diterima secara umum" tetapi "apa yang terbaik bagi manusia untuk hidup". Dasar dari teori ini adalah untuk menekankan tidak hanya tindakan manusia, tetapi semua manusia sebagai agen moral. Pertimbangkan sikap dan moral seseorang:

adil, jujur, dermawan dan lain-lain.

  • Teori Hukum Abadi (Eternal Law)

Dasar dari teori ini adalah bahwa tindakan etis harus didasarkan pada ajaran Kitab Suci dan alam, tetapi masalah muncul karena agama kemudian menganjurkan meninggalkan dunia melalui meditasi (hanya tindakan spiritual) untuk menjadi orang yang sempurna.

  • Teori Personal Libertarianism

Dikembangkan oleh Robert Nozick, dimana perilaku etis tidak diukur dari keadilan distribusi kekayaan, tetapi oleh keadilan/kesempatan yang sama dari semua keputusan yang ada karena kekayaan mereka (dikenal sebagai). Teori ini percaya bahwa moralitas berkembang dengan memaksimalkan kebebasan individu.

  • Teori Ethical Egoism

Dalam teori ini utilitas individu dimaksimalkan sesuai dengan keinginan orang yang bersangkutan.

  • Teori Existentialism

Pengembang pemahaman ini adalah Jean-Paul Sartre. Menurutnya, standar perilaku tidak bisa dirasionalisasi. Tidak ada plot yang sepenuhnya salah atau lengkap atau berbeda. Setiap orang dapat memilih prinsip etika yang diinginkannya, karena manusia adalah apa yang diinginkannya.

  • Teori Relativism

Teori ini mengklaim bahwa etika itu relatif. Jawaban etis tergantung pada situasinya. Alasannya adalah karena tidak ada kriteria universal untuk menentukan perilaku etis. Masing-masing menggunakan kriterianya sendiri dan berbeda menurut budaya/negara. Dalam praktiknya, masalah keegoisan (egois) terjadi, fokus pada individu, mengabaikan interaksi dengan orang-orang di luar sistem, dan pembuat keputusan tidak berpikir dua kali, semuanya tergantung pada kriteria mereka sendiri.

  • Teori Hak (Right)

Teori ini umumnya paling banyak dianut dan populer di zaman modern ini. Nilai inti yang dianut adalah kebebasan. Perilaku etis harus didasarkan pada hak individu atas pilihan bebas. Setiap orang memiliki hak moral yang tidak dapat dicabut.

  • Prinsip Etis dalam Berbisnis

Secara umum, prinsip yang diterapkan dalam bisnis tidak pernah berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis sebenarnya adalah implementasi dari prinsip-prinsip etika secara umum. Berikut adalah prinsip-prinsip dalam berbisnis:

  • Prinsip Otonomi

Pedagang wiraswasta sepenuhnya menyadari tanggung jawab mereka di dunia usaha. Dia sadar tidak hanya mengikuti norma dan nilai moral yang ada, tetapi juga melakukan sesuatu dengan pertimbangan dan pertimbangan. Untuk bertindak secara otonom diasumsikan adanya kebebasan untuk menentukan pilihan dan bertindak berdasarkan pilihan yang menurutnya paling baik, karena kebebasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip otonomi ini.

Dalam etika, kebebasan adalah syarat utama untuk tindakan etis. Komponen lain dari asas otonomi adalah tanggung jawab, karena selain menyadari tanggung jawabnya dan kebebasan untuk memutuskan dan bertindak untuk kebaikan, otonomi juga harus dapat menjawab keputusan dan tindakannya. Keinginan untuk memikul tanggung jawab merupakan ciri makhluk bermoral.

  • Prinsip Kejujuran

Tanpa kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama, karena kejujuran adalah aset terpenting untuk mendapatkan kepercayaan. Kejujuran membutuhkan keterbukaan dan kebenaran. Beberapa bidang kejujuran adalah:

1) Kejujuran penting untuk memenuhi ketentuan kontrak.

2) Kejujuran sangat penting untuk menyediakan barang dan jasa dengan kualitas dan harga yang baik.

3) Kejujuran penting dalam hubungan kerja internal, yaitu antara majikan dan karyawan, dan terkait dengan kepercayaan.

  • Prinsip Keadilan

Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan sama menurut aturan yang adil dan menurut kriteria yang rasional, obyektif dan bertanggung jawab. Keadilan berarti bahwa hak dan kepentingan tidak ada pihak yang dilanggar. Salah satu teori keadilan Aristoteles adalah:

1) Keadilan, yang menyangkut hubungan antara individu atau kelompok orang dengan negara.

2) Keadilan pertukaran, yaitu keadilan yang mengatur hubungan yang adil antar manusia.

3) Keadilan distributif atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu. H. pemerataan ekonomi yang merata atau adil bagi seluruh warga negara.

  • Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip ini mensyaratkan bahwa semua pihak saling mencari keuntungan satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini mensyaratkan bahwa persaingan antar perusahaan harus mampu menciptakan situasi yang saling menguntungkan.

  • Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini menunjukkan bahwa itu harus dilakukan dalam bisnis dengan tetap menjaga reputasi yang baik. Reputasi yang baik, yang harus dijaga, dapat berupa nama baik perusahaan maupun diri sendiri atau pengusaha.

Nilai etika, moral, atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia untuk menjadi pribadi yang utuh. Etika mempunyai tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat maupun sebagai bangsa. Kehormatan dan kemuliaan manusia bergantung pada moralitas, dan kerusakan di bumi juga disebabkan oleh ulah manusia.

Peranan Etika dalam Bisnis

Menurut Richard De George, jika sebuah perusahaan ingin mencapai kesuksesan komersial, dibutuhkan tiga hal di atas segalanya: produk bagus, manajemen lancar dan etika. Selama sebuah perusahaan memiliki produk berkualitas yang melayani masyarakat dan, di samping itu, dikelola dengan manajemen yang baik di bidang produksi, keuangan, sumber daya manusia, dll, tetapi tidak memiliki etika, kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi kendala. untuk perusahaan.

Banyak pendidikan, pelatihan, dan penelitian diinvestasikan untuk membantu pengusaha membuat produk yang bagus dan berjalan lancar. Untuk mendapatkan produk yang bagus, pedagang dapat menggunakan semua peralatan ilmiah dan teknologi modern. Selain itu, untuk mencapai kelancaran manajemen, pengusaha dapat memanfaatkan sepenuhnya teori ekonomi dan manajemen. Jika di masa lalu seseorang hanya mengandalkan bakat alami, saat ini hampir tidak mungkin bagi manajer profesional untuk memperoleh kompetensi yang memadai tanpa pelatihan khusus.

Perekonomian merupakan bagian penting dari masyarakat. Hampir semua orang terlibat. Kita semua membeli barang atau jasa untuk hidup, atau setidaknya untuk hidup lebih nyaman. Dan kami sendiri terlibat dalam produksi barang yang dibutuhkan orang lain atau penyediaan layanan. Pertanian subsisten di masa lalu tidak lagi ditemukan hari ini. Bahkan, semakin maju suatu masyarakat, semakin besar ketergantungan ekonomi. Bisnis adalah elemen yang mutlak diperlukan dalam masyarakat saat ini, juga merupakan fenomena sosial yang begitu penting. Bisnis tidak dapat dipisahkan dari aturan moral. Penciptaan aturan etika adalah cara yang efektif untuk melembagakan etika dalam struktur dan proses perusahaan. Ketika sebuah perusahaan memiliki kode etik sendiri, ia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan perusahaan yang tidak memilikinya. Manfaat memiliki kode etik perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan karena etika telah menjadi bagian dari budaya perusahaan.

b) Kode etik dapat membantu menghilangkan area abu-abu di area etika.

c) Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menghargai tanggung jawab sosial mereka.

d) Kode etik menyediakan sarana bagi perusahaan dan komunitas bisnis pada umumnya untuk mengatur diri sendiri.

Namun gambaran kode etik perusahaan ini akan terlalu optimis jika tidak menyoroti kelemahan yang signifikan dalam upaya perusahaan menegakkan etika. Menetapkan aturan etika bukanlah solusi yang cukup untuk menyelesaikan semua masalah moral perusahaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kode etik perusahaan juga dikritik.

Kode Etik Perusahaan juga berfungsi untuk menetapkan standar etika yang jelas dan tegas untuk semua karyawan dan sejauh mana tanggung jawab sosial. Itu hanya harus menemukan cara lain untuk memastikan efektivitas aturan etika. Agar perusahaan berhasil, faktor-faktor berikut dapat sangat membantu:

a) Kode etik harus disusun berdasarkan masukan dari seluruh karyawan untuk mencerminkan pemahaman bersama dari semua pihak yang terikat di dalamnya.

b) Pertimbangkan dengan cermat bidang dan masalah yang akan dicakup oleh Kode Etik Perusahaan.

c) Aturan etika perusahaan harus ditinjau dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan perkembangan internal dan eksternal.

d) Yang paling penting adalah aturan etika perusahaan terus ditegakkan dengan sanksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun