Di desa, udara desa masih sejuk, penuh dengan pepohonan yang rindang, dan pemandangan alam yang selalu memanjakan mata setiap insan. Hamparan sawah menghijau dan ada beberapa yang sudah menguning siap panen. Ketika tertiup angin, mereka melambai-lambai seakan mengajak kita menari, menikmati alam yang permai.Â
Belum lagi parit-parit di tepi sawah yang ikut membunyikan gemericik airnya. Air yang jernih menyejukkan hati dan berguna untuk membasuh badan kita ketika selesai melakukan aktivitas di sawah.
Rasakan pula saat tengah hari, kita bisa tiduran di bawah pohon rindang beralaskan rumput ilalang. Angin bertiup sepoi-sepoi, membuat kita cepat tertidur karena kenyamannya.Â
Jadi ingat pelajaran IPA di masa sekolah. Di mana pohon memerlukan karbondioksida untuk fotosintesis, dan hasilnya, pohon akan mengeluarkan oksigen yang berguna bagi makhluk yang lain. Pantas saja sejuk sekali ketika berada di bawahnya.Â
Bagiku itu semua surga dunia. Meski kini saat dewasa, aku pernah tidur di hotel berbintang di perkotaan, namun tidak memunafikkan diri, aku merindukan tidur dalam dekapan alam yang pernah aku lakukan di masa kecil. Tidur di bawah pohon yang rindang, sambil memandangi sawah yang indahnya tak kunjung hilang.
Kegotong-royongan yang Kuat
Di desa sering kali mengadakan kerja bakti yang dilakukan setiap minggu atau bulanan. Setiap kegiatan diikuti oleh semua warga tanpa terkecuali. Tujuannya adalah mewujudkan suasana desa yang bersih dan sehat.
Namun dibalik efek fisik tersebut, terkandung filosofi yang jauh lebih hebat. Yaitu nilai gotong royong, toleransi, dan keikhlasan yang luar biasa. Tanpa harus diberi uang imbalan, para warga berbondong-bondong untuk kerja bakti bersama.Â
Saling berinteraksi, menciptakan canda tawa, di mana hal itu mampu meningkatkan kesolidan kita sebagai makhluk sosial. Kerja sama yang terbangun membuat chemistry antar warga menjadi kuat. Manfaatnya akan sangat terasa ketika ada salah satu warga yang sedang mengalami kesulitan. Warga yang lain akan turut membantu dan menolongnya.Â
Misalnya, ada warga yang sedang sakit karena mengalami kecelakaan. Dengan inisiatif dari para warga lainnya akhirnya diadakan acara Patuen (menjenguk orang sakit) dengan memberi sumbangan seikhlasnya. Harapannya, warga yang dibantu itu bisa sehat kembali seperti sedia kala. Setelah sehat, interaksi sosial pun akan tercipta kembali dengan kehangatan persaudaraan yang kuat.
Ternyata senyuman, sapaan, interaksi sosial, yang kita lakukan kepada orang lain akan berdampak besar bagi kehidupan kita. Nilai-nilai kemanusiaan tumbuh subur dengan interaksi sosial yang selalu terjaga.
Hal ini menimbulkan pemikiran bahwa interaksi sosial antar warga desaku bisa menjadi salah satu best practices yang mungkin bisa ditiru oleh orang di daerah perkotaan. Di mana lingkungan di perkotaan cenderung minim sekali rasa gotong royongnya dan terkesan apatis satu sama lain. Meskipun aku katakan di sini tidak semua perkotaan seperti itu.