Mohon tunggu...
Nouvend Setiawan
Nouvend Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Menulis

Halo! Salam kenal, aku Nouvend, seorang mahasiswa jurusan Arsitektur yang baru saja lulus! Sekarang aku sedang menjabat menjadi Associate Writer di Satu Persen: Indonesian Life School. Mohon bantuannya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melawan Rasa Malas Bersama Psikolog Satu Persen

11 November 2020   12:25 Diperbarui: 11 November 2020   12:28 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Satu Persen

Pada tanggal 1 November silam, Satu Persen mengadakan webinar dengan tajuk 'Melawan Rasa Malas". Webinar ini terbagi menjadi dua sesi, di mana sesi pertama dilaksanakan pada pagi hari pukul 10:00 hingga 11:30 WIB sedangkan sesi kedua dilaksanakan pukul 12:30 hingga 14:00 WIB. Sesi pertama dibawakan oleh Muhammad Syibbli Zulkarnain, M.Psi. selaku Psikolog Satu Persen dengan sub-tajuk "Kenali Lebih Jauh Rasa Malasmu". Sesi kedua dibawakan oleh Ifandi Khainur Rahim, S. Psi. atau yang lebih akrab dikenal dengan Evan selaku Co-Founder, CEO, dan Mentor Satu Persen.

Sesi pertama dimulai dengan pengisian pre-test bagi para peserta sembari moderator membuka sesi. Muhammad Syibbli memulai sesi dengan memberitahu para peserta untuk fokus, mencatat, mencoba relate, dan menuliskan action plan kedepannya seiring webinar berlangsung.  

Setelah itu, Syibbli melanjutkan sesi dengan membahas rasa malas. Skenario diberikan kepada para peserta dan para peserta diminta untuk berpikir apakah skenario tersebut familiar bagi mereka; apakah mereka bisa relate terhadap skenario tersebut (contohnya: sudah berjanji  akan kerja PR nanti malam tapi akhirnya tidak melakukan apa-apa).

Syibbli lalu menjelaskan bahwa para peserta yang relate dengan skenario tersebut mungkin memiliki rasa malas sebagai penyebabnya. Syibbli menjelaskan bahwa rasa malas adalah perasaan tidak mau mengeluarkan usaha dan tenaga untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, atau bisa juga tidak melakukan sesuatu dan malah beralih ke kegiatan lain yang lebih menyenangkan.

Syibbli melanjutkan sesi dengan lebih dalam menjelaskan rasa malas, seperti bahwa malas memiliki konotasi yang negatif karena orang malas seringkali adalah orang yang tidak menunjukkan usaha untuk melakukan sesuatu yang penting. Hal tersebut dapat membuat ekspektasi seseorang terhadap dirinya sendiri tidak terwujudkan sehingga terdapat reduksi fungsi dari produktivitas dan hubungan sosial seseorang.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan membahas penyebab munculnya rasa malas. Syibbli menjelaskan bahwa ada dua alasan utama munculnya rasa malas, yaitu kurangnya motivasi dan rasa cemas (anxiety); tidak adanya dorongan untuk melakukan sesuatu dan rasa takut untuk memulai sesuatu.

Syibbli juga mengingatkan para peserta bahwa merasa malas tidak berarti seseorang sedang depresi, meskipun rasa malas merupakan salah satu ciri dari orang yang menderita depresi. Inilah pentingnya bagi kita semua untuk tidak mendiagnosa diri kita sendiri dan mencari pertolongan dari pihak profesional ketika ingin mencari tahu apakah kita benar-benar menderita depresi atau tidak.

Prokrastinasi dan rasa malas juga dibahas oleh Syibbli, dengan memberitahu bahwa sejatinya prokrastinasi dan rasa malas itu mirip, hanya saja prokrastinasi masih memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu terlepas dari fakta bahwa pekerjaan itu ditunda-tunda.

Syibbli lalu memberikan beberapa faktor kenapa orang dapat merasa malas, yaitu: takut bertanggung jawab, takut akan ekspektasi (baik dari diri sendiri maupun orang lain), candu terhadap kesenangan, dan hidup ketergantungan. Semua hal ini menyumbang sedikit banyak terhadap rasa malas seseorang dalam melakukan sesuatu.

Meskipun demikian, Syibbli mengingatkan para peserta bahwa rasa malas itu sejatinya wajar dirasakan oleh manusia, asal tidak pada taraf yang mengganggu keseharian dan produktivitas seseorang. Syibbli juga memberikan beberapa ciri orang yang merasa malas, yaitu: cenderung berpikir untuk menemukan alasan agar tidak melakukan sesuatu, hanya memilih kenyataan yang menyenangkan, tidak produktif, memiliki masalah yang tercipta karena label pemalas, serta memiliki keinginan dan fantasi tanpa adanya tindakan.

Syibbli lalu melakukan survei singkat untuk mengetahui apa dampak dari rasa malas yang dirasakan oleh peserta. Webinar menjadi interaktif karena peserta terlibat langsung dalam penyampaian materi. Setelah mengumpulkan jawaban, Syibbli merespon beberapa benang merah dari jawaban-jawaban yang terkumpul serta memberi saran dan masukan bagi para peserta.

Merefleksikan tujuan pada diri sendiri juga merupakan sebuah langkah dalam menentukan tujuan. Nilai personal dapat ditemukan setelah seseorang melakukan refleksi, yang mana hal ini akan membantu seseorang untuk mengurangi rasa malas karena sudah memiliki tujuan yang selaras dengan nilai personal mereka. Menyusun skala prioritas juga dapat membantu mengurangi rasa malas karena seseorang dapat mengetahui dengan jelas alasan dan apa yang harus dikerjakan.

Syibbli menyarankan juga untuk menggunakan diagram 'important, not important, urgent, not urgent' dalam menentukan pekerjaan mana yang harus dikerjakan.

Setelah sesi materi oleh Syibbli, moderator membuka sesi tanya jawab yang berlangsung sekitar tiga puluh menit dimana Syibbli menjawab beberapa pertanyaan dari peserta secara langsung maupun melalui chat. Kemudian sesi kedua dimulai satu jam setelah sesi pertama berakhir.

Sesi kedua dimulai dengan Evan memperkenalkan diri dan mengajak peserta untuk mengisi pre-test. Evan memulai sesi dengan melakukan survei singkat mengenai apakah para peserta sudah memenuhi resolusi 2020 mereka. Setelah itu, Evan melanjutkan dengan penjelasan bahwa rasa malas itu wajar. Namun pada taraf tertentu, itu bisa menjadi sebuah masalah dan kita tidak pernah belajar bagaimana mengatasinya di sekolah atau mungkin di rumah.

Hal-hal seperti inilah yang membuat Evan membangun Satu Persen, untuk mengajarkan hal penting dalam hidup dalam dunia yang selalu berubah ini. Satu Persen adalah sekolah kehidupan bagi masyarakat agar dapat belajar dan berkembang menuju hidup seutuhnya.

Sesi dilanjutkan dengan sedikit penjelasan mengenai kurikulum Satu Persen yang meliputi problem awareness, fundamental basic skills, basic mental health and problem, self-knowledge, relationship, career and productivity, dan kontribusi.

Evan lalu melanjutkan sesi dengan menjelaskan mengenai penyebab rasa malas, yang di dalamnya termasuk dua hal: motivasi dan tindakan repetitif.

Motivasi menurut teori psikologi ada dua jenis, mencari kebahagiaan dan menghindari penderitaan.  Meskipun keduanya bisa dikatakan benar, motivasi mencari kebahagiaan lebih bisa dikatakan motivasi yang tepat. Tindakan repetitif, dalam kaitannya dengan WFH, sangat bisa memunculkan rasa malas di tengah kejenuhan akan situasi dan ruang gerak yang terbatas.

Sesi dilanjutkan dengan penjelasan mengenai cara mengatasi rasa malas, yaitu meningkatkan motivasi dengan cara refleksi. Refleksi di sini adalah bertanya pada diri sendiri apa yang ingin kita capai, bisakah kita mencapai hal tersebut, kemampuan kita sudah seberapa dalam proses mencapai hal tersebut, dan konsekuensi dari tujuan tersebut.

Pola hidup yang sehat dan baik juga memiliki sumbangsih yang tidak kecil terhadap usaha mengatasi rasa malas. Makan, olahraga, dan tidur yang cukup bisa sangat membantu kita. Evan lalu melanjutkan dengan beberapa tips tentang menjalani hari agar rasa malas berkurang, seperti memvariasikan rutinitas, membuat para peserta memahami bahwa sebagian besar dari mereka masih muda dan perjalanan mereka masih panjang, jadi tidak perlu terburu-buru untuk mencapai semuanya dengan instan. 

Satu Persen tidak hanya menyediakan layanan webinar yang informatif dan bermanfaat tiap minggunya, tetapi juga masih banyak layanan lain yang bisa kalian pilih sesuai kebutuhan. Untuk informasi lebih lanjut terkait layanan Satu Persen, kalian bisa langsung kunjungi website Satu Persen di satupersen.net/pricing. Semoga artikel ini bisa membantu,setidaknya Satu Persen setiap harinya, menuju hidup seutuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun