Pendapatan yang ia peroleh setiap bulah hanya Rp500 ribu. Selain itu ia juga ditarget dalam sehari harus mendapatkan setidaknya uang Rp130 ribu dari hasil jasa parkir kendaraan para pengunjung toko Indomaret.
Alasan mengapa Ia memilih bekerja sebagai tukang parkir adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Ia tetap bersyukur, di kota besar seperti Cirebon masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari 3 orang anak ini tetap tersenyum saat menjalani pekerjaanya.
Jika ada waktu luang, Ia menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur'an. Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal baik dan sholeh untuk bekal di Akhirat kelak. Walaupun Ia miskin harta di Dunia, Ia juga tidak ingin miskin di Akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke 52 tahun, Ia semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalau bukan sekarang? karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.
Menjadi tukang parkir dijalaninya mulai tahun 2015. Tukang parkir yang selalu mengenakan pakaian rompi berwarna orange, serta priwitan ini banyak dikenal warga sekitar, baik karena penampilannya yang khas, maupun sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Tempat tinggal Bapak Yadi sangat jauh dari lokasi toko Indomaret tempat Ia bekerja. Sepeda tua miliknya adalah salah satunya sahabat yang setia mengantarnya untuk bekerja selama 5 tahun ini.
Beliau terkadang  merasa sakit akibat penyakit yang dialaminya tetapi, tidak membuat beliau melupakan identitasnya sebagai seorang ayah. Pria dengan senyum lebar tersebut dengan senang hati memberikan uang saku kepada anak-anak dan istrinya. "Namanya juga orang tua, pasti akan membantu anak dan membiayai anak," ujar Pak Yadi dengan tersenyum. Tidak hanya uang saku, beliau juga masih membantu biaya pendidikan kedua anaknya, sedangkan anaknya yang pertama masih belum mendapat pekerjaan.
Sosok Bapak yadi menggambarkan betapa besarnya kasih seorang suami dan sosok ayah bagi keluarga. Banyaknya rasa sakit yang diterima dan beban berat dipunggung tidak membuat beliau menyerah dalam hidup dan melupakan sekelilingnya.