Dunia digital semakin pesat, berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat. Kita yang hidup di zaman "now", mau tidak mau harus mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan digital ini.Â
Ini bukan hanya berlaku bagi yang kesehariannya menjadi pekerja tapi berlaku pula  bagi semua orang.  Digital terbaru sudah bukan lagi generasi Repolusi Industri 4.O tapi sudah menjadi generasi society 5.O yang digagas oleh Negara Jepang pada tahun 2019.
Indonesia yang masih menyesuaikan diri dengan genenasi 4.O, juga harus mulai membiasakan diri dengan society 5.O ini. Kita membutuhkan berbagai penyesuaian di berbagai sektor, dan tidak ada pilihan lain kecuali terus mengikuti perkembangan digital, diantaranya dengan pembangunan infrastruktur digital.Â
Perbedaan yang paling mendasar antara revolusi industri 4.O dengan super smart society atau society 5.O adalah bukan hanya menekankan pada bisnis saja, tetapi menciptakan sebuah nilai baru yang akan menghilangkan kesenjangan sosial, usia, jenis kelamin serta bahasa dan juga menyediakan produk serta layanan yang dirancang khusus untuk beragam kebutuhan individu dan kebutuhan banyak orang.Â
Smart society akan membentuk sebuah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan tidak meninggalkan generasi revolusi 4.O, tetapi memanfaatkan berbagai inovasi yang dimilikinya seperti  Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.Â
Pakar Transformasi Digital Prof Dr Ahmad M Ramli SH MH FCBArb mengatakan  bahwa saat Industri 4.0, semua menekankan pada revolusi digital berupa cyber physical, tetapi pada revolusi industri ke-5, karakter penekanan lebih tertuju pada peran manusia sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital sebagai alat pranata kehidupan dalam berbagai bidang.Dengan demikian Industri 5.0 lebih menekankan tidak hanya relasi machine to machine dan efektivitas robotic, tetapi juga human to machine dan sebaliknya.Â
Sebagai contoh di Jepang yang penduduknya akan didominasi usia lanjut mazhab society 5.0, layanan teknologi digital ditujukan untuk layanan kesehatan para usia lanjut, juga peran machine dalam menggerakan infrastruktur publik, monitoring fasilitas kanal jalan raya dan kereta api, terowongan bawah laut.
Masyarakat saat ini membutuhkan kecakapan berbagai macam literasi yang diantaranya literasi digital yakni pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum.
Pertanyaannya sudah siapkah saya? Sebagai wanita pekerja yang biasanya tidak berhubungan langsung dengan digital, tetapi dewasa ini harus membiasakan diri diawali dengan adanya program instansi  tempat bekerja bertajuk transformasi digital, maka mau tidak mau harus bekerja keras belajar lagi dengan banyak hal yang baru dalam dunia digital. Hal yang baru dalam dunia digital ini membutuhkan usaha yang keras bukan hanya dalam rangka bisa memakainya, tetapi untuk mengenal dan memahaminya pun sangat luar biasa.
Belajar tentang digital sudah banyak difasilitasi dengan gratis oleh pemerintah dalam hal ini BPPTIK Kominpo, tinggal kemauan dan usaha yang keras untuk belajar.Â
Sebagaimana Hadits Riwayat Ibnu Majah bahwa "menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim", maka belajar digital pun adalah bagian dari menuntut ilmu dengan harapan semoga ilmu yang didapatkan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat sebagai sumber tabungan akhirat, hatta kita sudah meninggal sekali pun.
Digital bagaikan sebuah mata pisau, bermanfaat ataukah berbahaya tergantung pada penggunanya, maka agar bermanfaat, kenali, fahami dan gunakan sesuai fungsinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H