Komunikasi terapeutik membutuhkan hubungan batin diawali dengan kenyamanan, kemudian muncul kepercayaan dan akhirnya ada sebuah kesepakatan bersama antara pasien dan perawat atas tindakan pelayanan yang dilakukan. Dibutuhkan sebuah sikap yang tulus serta keikhlasan dari sikap perawat agar meringankan beban batin yang sedang diderita oleh pasien serta mampu meningkatkan semangat hidup dalam dirinya. Â
Keberhasilan Komunikasi Terapeutik dalam Membantu Proses Penyembuhan Pasien dapat dilihat dari adanya respon yang positif dari pasien dan keluarga, yaitu adanya perubahan prilaku pada diri pasien dan keluarga.
Sebuah Komunikasi agar menjadi komunikasi terapeutik memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebagai ciri dari terapeutik, sebagaimana disampaikan oleh Mundakir (2006).Â
Prinsip yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik adalah beberapa hal ini yaitu : Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip "Humanity of Nursing and Clients". Perawat harus menghargai komunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya, keunikan tiap individu. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien dan Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif masalahnya.
Komunikasi Terapeutik secara sederhana merupakan sebuah proses komunikasi yang dilandasi dengan semangat saling menguntungkan untuk kedua belah pihak, dibangun dalam rangka menumbuhkan kenyamanan bertujuan demi kepuasan batin keduanya. Tentunya ada perbedaan antara kepuasan batin perawat sebagai komunikator dengan pasien sebagai komunikan. Bagi seorang pasien indikasi kepuasan batinnya salah satunya dengan memperoleh kesembuhan, namun bagi perawat kepuasan batinnya adalah saat sudah bisa menunaikan tugas dengan benar, memberi kebahagiaan 15 bagi pasien yang sudah dianggap sebagai sahabatnya. Islam mengajarkan bahwa salah satu bentuk sodaqoh adalah saat kita mampu memberikan kebahagiaan bagi yang lain.Â
Proses Komunikasi terkadang mengalami noise atau hambatan, terlebih bila dihadapkan pada berbagai kondisi baik internal maupun eksternal.Â
Beragam problematika Komunikasi Terapeutik diantaranya adalah sebagai berikut:Â
Persepsi yakni pandangan pribadi seseorang terhadap suatu hal yang terjadi. Persepsi dapat terbentuk dari apa yang diharapkan seseorang dan berdasarkan pada pengalaman. Hubungan antara perawat dan pasien tentunya diawali dengan persepsi seperti apa yang dimiliki oleh keduanya dalam rangka menilai yang lainnya. Bila persepsi ini diawali dengan baik, yakni dalam rangka menjalin ukhuwah diantara keduanya (ukhuwah basyariah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah Islamiyah) maka komunikasi pun akan berjalan dengan lancar.Â
Emosi yakni Dalam menyampaikan pesan, emosi dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima pesan, yang dapat menyebabkan klien dapat salah menginterpretasikan isi dari pesan. Emosi adalah perasaan subjektif seseorang dalam mengepresikan peristiwa yang dialaminya. Emosi ini harus bisa ditangkap serta dipahami agar tidak salah dalam melakukan penilaian.Â
Pengetahuan yakni Terkadang komunikasi akan sangat sulit ketika perawat melakukan komunikasi kepada klien dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Untuk itu dibutuhkan pengenalan terlebih dahulu, sehingga bisa memberikan pelayanan sesuai dengan yang dipahami oleh komunikan tersebut.
Tujuan yang terpenting dari proses komunikasi terapeutik adalah tersampaikannya pesan komunikasi dengan baik yang berlandaskan semangat persahabatan, serta dilakukan dengan penuh kenyamanan bagi kedua belah pihak.