Mohon tunggu...
Nur fatehah Wijiharjono
Nur fatehah Wijiharjono Mohon Tunggu... Administrasi - Menyukai isu sosial budaya keagamaan dan gender

Berguru dan bersyukur di setiap langkah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pernahkah Kudengar Sebelumnya

16 Januari 2024   15:40 Diperbarui: 16 Januari 2024   15:44 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dok.pribadi/Nur fatehah

 Pernahkah aku mendengar sebelumnya

Suara gelegar memekakan telinga

Beriringan dengan  runtuhnya gedung-gedung

Tasbih kalimat suci tak hentinya

Tangisan anak dan bayi tak berdosa

Adakah sebelumnya pernah aku saksikan

Jutaan manusia hidup bukan layaknya sebagai manusia

Karena dimana ,

Rumah yang pernah untuk berteduh

Air minum

Penerang malam

Bapak

Ibu

Anak

Paman, bibi,kakek, nenek

Sepupu, sahabat, tetangga,

Dimana...mereka

Jutaan manusia hidup bukan layaknya sebagai manusia

Mereka yang telah pergi....

Jangan katakan mereka telah mati...

Karena mereka hidup abadi..

Aku kah yang belum pernah melihat sebelumnya

Jutaan manusia 

Penduduk surga...

Yang masih tinggal di bumi

Merekalah....

Yang membukakan mata ,bagi dunia yang telah buta

Mendendangkan nyanyian, bagi dunia yang telah tuli

Mendetakkan jantung, bagi sekaratnya nurani

Masih adakah kehidupan akal budi

Bagi yang bernama insani...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun