Mohon tunggu...
Nur fatehah
Nur fatehah Mohon Tunggu... Administrasi - Menyukai isu sosial budaya keagamaan dan gender

Berguru dan bersyukur di setiap langkah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Lagi Berita Naura

16 Oktober 2023   11:29 Diperbarui: 16 Oktober 2023   12:07 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Biru Menantimu, Naura

Aku tak mungkin kembali. Rumah ini menjadi sumber kebahagiaanku.Bahkan menjadi mimpi mimpiku sebelumnya.Sejak masih sekolah aku dan mas Dipo merencanakan untuk membangun keluarga yang mandiri. Aku mengikutinya merantau ke pulau seberang. Apapun yang akan terjadi sudah menjadi tekadku untuk mempunyai keluarga yang utuh. Kemanapun dan dalam keadaan apapun.

Naura masih asyik dalam lamunannya. Entah apa yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini. Tepatnya sejak perusahaan tempat suaminya bekerja dilanda gonjang- ganjing. Banyak karyawan perusahaan melakukan demonstrasi menuntut haknya. Berkali kali mereka berunding untuk mencari kesepakatan, namun yang terjadi semakin hari tuntutan yang diajukan kian bertambah.

Naura mengingat kembali peristiwa yang tak bisa dilupakan. Saat itu terjadi demo karyawan yang paling mencekam. Lebih kurang sepekan karyawan selalu berkumpul di tempat yang sama, berorasi, meneriakkan tuntutannya, dan tak terlihat ada sesuatu yang membahayakan. Semua berlangsung aman-aman saja.

Siang itu, demonstran sudah agak lelah, pakaian lusuh, keringat, rasa haus dan lapar telah ditahan sejak menjelang matahari berada di tengah. Beberapa demontrans ada yang istirahat. Cuaca panas terik. Tak ada pepohonan untuk berteduh. Tak ada juga bangunan untuk menyandarkan badan.

Tak ada yang menyangka sebelumnya, tiba-tiba datang pimpinan perusahaan beserta ajudan-ajudannya.Pimpinan itu meneriakkan kata-kata kepada para demonstran. Dan selanjutnya terjadi adu mulut yang dalam sekejap berubah menjadi adu fisik ,dan merubah menjadi huru hara tragis. Seorang karyawan akhirnya wafat dalam kondisi luka tembak, dan seorang ajudan pimpinan pun meninggal dalam kondisi yang mengenaskan.

Naura menggit bibirnya, mengusap mata yang mengalir hangat darinya. Ya Allah, berikan yang terbaik bisiknya.Esok hari setelah peristiwa itu, muncullah berita dalam surat kabar dan media televisi ,terjadi kerusuhan di sebuah perusahaan pimpinan  Mr.Liem  yang menelan korban.

Apa yang akan terjadi selanjutnya, pikir Naura. Nasib karyawan yang puluhan ribu jumlahnya, termasuk diri dan suaminya. Akankah dirumahkan, dipecat dari pekerjaan yang selama ini menjadi tumpuan mereka.Naura tak sanggup lagi dan tak tahu apa yang akan diperbuat bila hal itu benar terjadi. Saat ini Naura waktunya untuk memasrahkan semua persoalan nya kepada Rabb, Tuhan Sang Pemilik Kehidupan.

Mas Dipo menggeser duduknya mendekat meja makan.Tiga hari terakhir ini dia agak berkurang nafsu makan. Naura  menuang nasi dan sayur lodeh, ditambah ikan nila goreng dan sambal terasi kesukaan mas Dipo.

Mungkin kita perlu cuti  keluar dulu, mas Dipo mencoba memecah suasana seakan bisa mendengar suara hati Naura.Dengan keluar lokasi perusahaan Naura bisa menenangkan hati sambil merencakan langkah selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun