Setiap Hari Emak Memakai Kebaya
Siapa yang tak suka melihat perempuan Indonesia memakai kebaya? Kita semua sebagian besar tentu mempunyai kenangan dengan kebaya. Entah itu kebaya yang dipakai dengan anggun dan luwes oleh nenek buyut, eyang, budhe, bulik , emak atau ibu kita.
Akhir-akhir ini, Pemerintah dan masyarakat Indonesia giat mengkampanyekan dukungan agar  kebaya diakui sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO.Tahun Belakangan ini juga muncul komunitas-komunitas Pecinta Kebaya, dan itu hal yang positif.Â
Hal ini mungkin ada rasa kerinduan akan warisan bangsa Indonesia yang lembut dan indah. Kebaya telah mendapatkan perhatian dari kaum perempuan ,juga dukungan dari kaum laki-laki.
Hingga sekarang , saya masih bisa menjumpai ibu -ibu yang menjadikan kebaya dan kain batik (jarik) sebagai pakaian harian. Â Terutama pada saat saya pulang kampung. Memang terbatas pada nenek atau emak yang usianya sudah sepuh, termasuk emakku.
Emak selalu memakai  kebaya dengan kuthu baru den jarik sebagai setelan. Emak juga tak lepas mengenakan sabuk atau stagen yang panjangnya sekitar lima meter.
Emak juga masih memanjangkan rambutnya ,sehingga masih bisa digelung kecil. Itulah pemandanganku setiap hari tentang pakaian yang digunakan emak. Jika ada acara undangan yang agak formal atau keluar rumah, emak tetap memakai kebaya dan jarik, namun dengan kualitas bahan yang lebih baik, dan tak lupa menutup kepala dengan kerudung. Kerudung berbentuk persegi panjang ,dengan bordiran di tepinya.
Kebaya juga mengingatkan saya kepada dua ibu guru di sekolah dasar. Tahun 90-an beliau berdua masih berkebaya dan kadang dengan  kain batik yang dilipat ( diwiru) ujungnya. Di tahun 90-an ini pun emak juga masih memakai kebaya walaupun bepergian dengan bis ke luar kota, luar pulau jawa.
Dalam perkembangan di era sekarang , kaum muda menggunakan pakaian kebaya hanya pada momen tertentu, seperti saat perkawinan, saat wisuda, pelantikan di kantor, Â ataupun peringatan hari Kartini. Akankah pamor kebaya yang anggun dan indah itu akan pudar?
Oleh karena itu, menggiatkan kembali kecintaan kepada kebaya merupakan bagian dari pelestarian kebudayaan nasional. Apa yang bisa dilakukan  agar generasi muda cinta kepada kebudayaan ,termasuk kebaya?
Pertama, mensosialisasikan bahwa kebaya adalah model pakaian,yang bisa dikenakan dengan luwes.Kebaya bisa dipadu-padankan dengan model yang menyesuaikan penggunanya. Bagi perempuan muslim, bisa menambahkan jilbabnya.Â
Kebaya juga bisa dengan jenis yang bervariasi. Dengan motif bunga , motif polos, lurik dan warna yang memikat. Prinsip badan kebaya simetris kiri dan kanan. Sedangkan untuk bahan kebaya telah mengalami banyak perkembangan dan bervariasi. Dari katun, jumputan, broklat, bahkan yang berbahan kaos.
Kedua, Mensosialisasikan untuk gemar memakai kebaya dalam berbagai kesempatan yang lebih luas. Bisa dengan meminta undangan sebuah acara dengan dress code dengan berkain kebaya.Â
Acara Reunian kawan semasa SMA misalnya, atau acara yang bersifat kekeluargaan lainnya. Bisa juga mensosialisasikan pada kegiatan tertentu, misalnya jalan sehat berkebaya, sepeda sehat dengan kebaya, atau lomba pakaian nasional (kebaya).
Ketiga, campur tangan lembaga pemerintah mendorong wanita Indonesia lebih sering berkebaya  akan menjadikan kebaya tetap lestari. Beberapa lembaga telah mencanangkan untuk memakai kebaya pada hari yang telah ditetapkan. Di beberapa sekolah juga diwajibkan memakai busana nasional pada hari - hari tertentu.
Memakai kebaya sebagai bagian dari melestarikan budaya nasional. Bila generasi sekarang tidak melestarikan budayanya sendiri, yang terjadi malah nantinya kebaya menjadi kebanggaan bangsa lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H