Hari- hari ibu yang biasa mengajak kami ngobrol, memasak, melayani cucu-cucu nya , tidak akan ada lagi.
Saat ibu telah terbaring dan tidak bisa duduk , berjalan, dan aktfitas lainnya, kami anak- anaknya dalam hati telah berjanji untuk merawat ibu. Semenjak ibu jatuh , dirawat di  rumah sakit, semuanya telah berubah . semenjak ibu sakit, telah pula merubah semua aktifitas anak anaknya.
Kami bertiga bertempat tinggal berjauhan. Kakak sulung berdomisili di Jakarta, kakak tengah di kota Kudus, sedangkan aku jauh di Sumatera.Sementara itu , bujangku menemani ibu dalam kesehariannya.
Sejak kami berada di rumah sakit, kami telah merencanakan ,kami secara bergiliran merawat ibu. Dan ternyata  merawat bergiliran itu tidak terjadi. Kami tidak tega meninggalkan ibu. Kami ingin bisa berbakti, walau sedikit, setidaknya menemani .Kami merawat ibu dengan tugas masing masing,  seperti memasak dan menyiapkan makanan , menjaga kebersihan ibu, memberikan obat, mengingatkan solat dan meperdengarkan kalimat toyibah,juga berjaga  di malam hari.
Kakak sulung, meski posisi merawat ibu, namun tetap dapat bekerja melalui zoom. Sementara aku  agar bisa menemani ibu kuambil cuti dengan maksimal.Siapa lagi yang akan merawat ibu, kalau bukan anak anaknya.
Setelah melakukan pemeriksaan kontrol, kata dokter , ibu harus berlatih menggerakkan anggota badan dan terapi.Beberapa waktu ibu benar menjalani terapi, namun merasakan kesakitan.Dengan pertimbangan malah menambah beban ibu, disamping juga usia yang telah lanjut, terapi itupun tidak berlangsung optimal.
Dalam perawatan kakak mengupayakan dengan sebaik baiknya, terutama kebersihan badan, pakaian, dan tempat tidur ibu.Kami upayakan ruangan ibu harus bersih dan wangi. Bukan alasan kesehatan saja, tetapi, bila tetangga dan kerabat lain yang datang membesuk ibu,agar tetap merasa nyaman .
Dibalik ibu sakit ada hikmah yang kami dapatkan,kami yang selama ini jarang bertemu dengan saudara, kini lebih dekat, dan silaturahmi lebih erat. Kami  adalah anak anak ibu, setelah ayah meninggal, ibu adalah menjadi tempat kami pulang.Ini waktu dan kesempatan  untuk merawat dan sedikit bakti anak anak.
Ibu kami kenal  sebagai pribadi yang teguh, tangguh , penyayang, dan memberikan curahan kasih sayang kepada anak cucu, ataupun mereka yang membutuhkan.
Sebagai  anak anak ibu, kami sadar semua kebaikan dan sikap teladan ibu, harus kami ikuti. Ibu telah memberikan contoh ahlak terpuji bagi kami.Ibu sisihkan lembaran lembaran uang, sesuai yang akan ibu berikan,lembaran dua ribuan  , lembaran lima ribuan , sepuluh ribuan, dua- puluh ribuan,dan lima- puluh ribuan.
Ibu tiap bulan selalu menantikan orang orang yang datang, dan memberikan sodakoh yang telah ibu siapkan.Sungguh, tidak ada yang sia sia setiap lembar yang ibu punyai, selain untuk berbagi.
Ibu telah menyalurkan rezeki yang telah dititipkan oleh Yang Maha Pemberi.Tuhan yang telah memberikan banyak karunia, keimanan, kesehatan dan memberikan semangat untuk berbuat manfaat bagi sesama.
Ibu, maafkan kami,maaf atas semua kesalahan anak-anak ibu,atas kesalahan yang membuat hati ibu tak berkenan, atas segala kekurangan dan kekhilafan kepada ibu,Hanya doa- doa yang dapat kami sampaikan,semoga Allah memberikan tempat yang terbaik di SurgaMu.Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H