Sekitar tahun 1997, saya diberikan kesempatan bisa diterima mengajar di sebuah Sekolah Dasar di kawasan pertambakan udang windu .Kawasan pertambakan udang ini terletak di lahan gambut , termasuk area sabuk hijau di pantai timur propinsi lampung.
Area ini diubah oleh pengusaha menjadi ribuan hektar lahan tambak udang lengkap dengan sarana penunjang budidaya udang dengan pola intensif.Kawasan ini meliputi 8 desa yang terdiri dari Bumi Dipasena Sentosa, BD.Utama, BD.Agung, BD Jaya,BD Mulya,BD Makmur,BD Sejahtera dan BD Abadi. Dengan kondisi lingkungan perairan, dengan sendirinya akses hubungan sesama warga pun dengan kendaraan air.
Bukan hanya ribuan petak tambak yang saja, disana juga terdapat berbagai sarana bagi jalannya budidaya udang, seperti Power house, coldstorage, pabrik pakan udang, workshop, pelabuhan export, medical, perkantoran , dan masih banyak lagi sarana sosial dan ekonomi yang lengkap. Bumi Dipasena memiliki Total Luas Lahan 16.250 HA. Bumi Dipasena pernah menjadi kawasan tambak udang terbesar di Asia Tenggara pada 1990-an dengan bisa memproduksi rerata 200 ton per hari.
Pada kesempatan tersebut, ribuan pekerja menggantungkan nasib pada budidaya udang windu.Budidaya udang windu tidak didistribusikan di dalam negeri tetapi dengan tujuan eksport . Di tempat ini lah saya mendapatkan kesempatan mengajar. Anak anak sekolah mempunyai semangat perjuangan yang luar biasa. Untuk bisa ke tempat sekolah mereka harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer, atau bila harus ke luar desa, mereka gunakan perahu bermotor atau kami biasa menyebutnya klotok.Lama perjalanan ditempuh sekitar satu jam, jika lancar.Jika klotok bermasalah, misalnya terjadi kebocoran, tentu anak anak harus menunggu perbaikan dan membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Anak sekolah harus berangkat pagi pagi agar tidak ketinggalan klotok.Biasanya orang tua menyiapkan bekal makanan , karena keterbatasan kantin sekolah. Untuk urusan makanan, tak ada masalah, karena lauk ikan nila yang ada di sepanjang kanal , atau udang di depan rumah ,bisa diambil dengan jumlah sekedarnya, tersedia di depan rumah.
Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak sangat baik.Pada umumnya , anak sekolah diantar oleh orangtuanya untuk kelas 1 atau 2, sedangkan kelas 4 keatas biasa berjalan kaki.Para orangtua biasa mengantar dan menunggu anak sekolah sampai selesai. Faktor keselamatan dan keamanan menjadi perhatian utama. Orang tua mana yang tega membiarkan anak berjalan kaki , dengan lingkungan air yang mengkhawatirkan.
Bisa jadi karena lingkungan tempat tinggal yang kurang lapang, anak anak menjadi sangat aktif bermain di lingkungan sekolah.Diketahui lingkungan tambak kondisi arena bermain sangat terbatas.Di depan rumah terbentang tambak udang dengan ukuran 4000 meter persegi dan kanal inlet, sedangkan di belakang rumah mengalir kanal outlet.Jarak antar rumah kesampinng 100 meter, dan untuk rumah berhadapan harus menyeberang kanal dengan sampan.
Orangtua yang menunggui anak sekolah disatu sisi sangat mendukung anak, terutama pada saat anak bermain, sehingga mendapatkan pengawasan , di sisi lain, mereka juga akan menilai kegiatan belajar mengajar. Tentunya termasuk para guru.Beragam komentar terhadap guru bisa jadi menjadi semacam ‘gosip”.seperti, guru A datang terlambat, guru B mengajar dengan galak.dan sebagainya.
Di awal kelas satu SD, umumnya anak sudah bisa membaca kalimat, karena sudah dipersiapkan di TK.
Dengan semangat anak anak mengikuti semua kegiatan di sekolah.Mereka umumnya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kuat.Berbagai lomba di tingkat kecamatan , bahkan untuk tingkat propinsi pun mereka ikuti. Bagi mayoritas penduduk yang merupakan keluarga muda , mereka tentu menomorsatukan pendidikan bagi anaknya.meski kondisi lingkungan yang penuh perjuangan.