Mohon tunggu...
Noufal Satria
Noufal Satria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketergantungan Teknologi dan Risiko yang Ditimbulkannya

2 Januari 2025   21:41 Diperbarui: 2 Januari 2025   21:39 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lebih jauh lagi, studi oleh Selwyn (2016) menunjukkan bahwa teknologi pendidikan sering kali digunakan sebagai pengganti, bukan pelengkap, metode pengajaran tradisional. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas pembelajaran, karena siswa lebih fokus pada perangkat daripada pada konten yang mereka pelajari. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk menemukan keseimbangan dalam menggunakan teknologi, memastikan bahwa ia menjadi alat pendukung yang memperkaya pengalaman belajar tanpa menggantikan esensi pembelajaran itu sendiri.

Meskipun ketergantungan pada teknologi menimbulkan banyak tantangan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya. Salah satu langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif dari ketergantungan teknologi. Pendidikan tentang literasi digital sangat penting, terutama bagi anak-anak dan remaja. Mereka perlu belajar bahwa teknologi adalah alat, bukan pengganti keterampilan manusia. Puasa teknologi atau menetapkan waktu bebas teknologi adalah cara lain yang efektif untuk mengurangi ketergantungan. Misalnya, keluarga dapat menetapkan u bebas perangkat selama makan malam atau sebelum tidur. Ini tidak hanya membantu mengurangi waktu layar, tetapi juga memperkuat hubungan keluarga. Perusahaan teknologi juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan alat yang mendukung penggunaan sehat. Misalnya, fitur pengingat untuk istirahat dari layar atau aplikasi yang membantu mengatur waktu layar dapat membantu pengguna mengelola kebiasaan pengguna dengan lebih baik.

PENUTUP

Ketergantungan pada teknologi adalah masalah yang kompleks dan multidimensional. Di satu sisi, teknologi telah memberikan manfaat besar bagi manusia, mempermudah kehidupan, dan membuka peluang baru. Namun, di sisi lain, ketergantungan ini membawa risiko serius, termasuk kehilangan keterampilan dasar, gangguan kesehatan mental, penurunan produktivitas, dan kerusakan hubungan sosial. Meskipun membawa banyak manfaat dalam mempermudah kehidupan manusia, juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, teknologi, yang semula dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan, kini telah memengaruhi cara kita berpikir, bekerja, hingga berinteraksi dengan sesama. Ketergantungan ini tidak hanya menghilangkan keterampilan dasar yang dulunya penting, tetapi juga berisiko besar terhadap kesehatan mental dan kualitas hubungan sosial kita. Media sosial, misalnya, meskipun memudahkan kita untuk terhubung dengan orang lain, justru menciptakan tekanan psikologis yang mengganggu kesejahteraan kita.

Di sisi lain, meskipun teknologi berpotensi menggantikan banyak pekerjaan manual dan tugas-tugas sederhana, kita harus berhati-hati agar tidak kehilangan esensi dari kemampuan berpikir kritis, komunikasi langsung, dan pemecahan masalah secara mandiri. Dalam dunia pendidikan, meskipun teknologi membawa kemajuan dalam hal aksesibilitas dan sumber daya, jika tidak digunakan dengan bijak, ia justru bisa mengurangi kualitas proses belajar dan mengajar itu sendiri.

Dalam menghadapi tantangan ini, kita perlu menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya penggunaan teknologi yang bijak. Teknologi seharusnya tetap menjadi alat bantu, bukan pengganti kemampuan dasar manusia. Langkah-langkah sederhana seperti pembatasan waktu penggunaan perangkat digital dan penguatan literasi digital dapat membantu mengurangi ketergantungan yang berlebihan. Dengan demikian, kita bisa menciptakan keseimbangan yang sehat antara kemajuan teknologi dan kehidupan manusia yang lebih bermakna, yang tetap mempertahankan keterampilan dasar, kesehatan mental yang baik, serta hubungan sosial yang kuat.

Pada akhirnya, seperti yang telah disampaikan dalam pendahuluan, teknologi seharusnya mendukung kita untuk hidup lebih baik, bukan justru menjadi beban atau penghalang bagi perkembangan diri. Kita berada di titik kritis di mana kita harus bijaksana dalam memanfaatkan teknologi, agar ia tetap menjadi kekuatan positif dalam kehidupan kita, tanpa mengurangi kualitas hidup yang sebenarnya.

Esai ini menyoroti perlunya kesadaran dan tindakan kolektif untuk mengurangi dampak negatif dari ketergantungan teknologi. Teknologi seharusnya menjadi alat yang melayani kebutuhan manusia, bukan sebaliknya. Dengan menggunakan teknologi secara bijaksana dan mempertahankan kemampuan manusia, kita dapat menciptakan keseimbangan yang sehat antara kemajuan teknologi dan kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka

Mark, G., Wang, Y., & Niiya, M. (2018). Stress and multitasking in everyday college life: An empirical study of online activity. Computers in Human Behavior, 82, 177-185. https://doi.org/10.1016/j.chb.2017.12.001

Twenge, J. M., Martin, G. N., & Spitzberg, B. H. (2017). Trends in US adolescents' media use, 1976-2016: The rise of digital media, the decline of TV, and the (near) demise of print. Adolescent Research Review, 2(1), 33-48.https://doi.org/10.1007/s40894-017-0059-4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun