"Pasti tidak disukai oleh bawahannya, yang penting disukai oleh rakyat atau tidak. DPP mendukung terus selama jujur, bersih, lurus dan ingin menegakkan aturan yang benar," tuturnya.
Gaya apa saja bisa dipraktikkan oleh Ahok asal tujuan dan maksudnya tersampaikan. Kemudian jangan sampai gaya tersebut mengundang fitnah.
"Itu cara yang bagus jadi biarkan saja. Kecuali ada yang menyangkut fitnah, saya kira yang dilakukan Ahok bagus-bagus saja," katanya.
Soal Jokowi :
Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama alias Ahok menyatakan Gubernur DKI Joko Widodo tak mungkin mencapres. Partai Gerindra, tempat Ahok bernaung, membenarkan pernyataan Ahok sebagai bagian dari kebebasan berpendapat.
"Itu kan pendapat dengan kapasitas pribadi. Dan setiap orang bebas berpendapat," kata Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon kepada detikcom, Jumat (6/12/2013).
"Saya kira sih satu kegiatan blusukan adalah satu metode untuk mencari tahu tentang kondisi sesungguhnya, jadi tetap bagus ya, dan layak dilanjutkan Pak Jokowi," kata Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, kepada detikcom, Minggu (21/7/2013).
Fadli menilai anggaran blusukan tidak akan mahal. Sebab blusukan Jokowi tidak ada protokoler.
"Saya kira blusukan itu salah satu metode incognito atau metode yang tidak terlalu protokoler supaya bisa menyerap aspirasi masyarakat," katanya.
Balik ke dukungan Ahok :
Wacana untuk memasangkan Ahok dengan Prabowo dihembuskan oleh Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Fadli menilai Ahok memiliki potensi untuk menjadi pimpinan di tingkat nasional.
"Siapapun tokoh punya peluang yang sama untuk menjadi cawapres Bapak Prabowo jika memang tokoh tersebut punya potensi dan kompetensi. Termasuk di antaranya Bapak Ahok, saya menilai beliau punya potensi. Gaya kepemimpinannya yang tegas serta kinerjanya yang baik tentu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perubahan,” kata Fadli Zon dalam rilisnya, Senin (3/3) kemarin.
"Yang jelas kami terus menjalin komunikasi yang baik dengan banyak pihak. Memang banyak aspirasi dari masyarakat terkait tokoh yang diusulkan untuk mendampingi Bapak Prabowo, seperti ada yang mengusulkan Hatta Rajasa, Ahmad Heryawan, Mahfud MD, Tri Rismaharini dan lain sebagainya," kata Wakil Ketua Gerindra, Fadli Zon dalam rilisnya, Senin (3/3/2014).
"Siapapun tokoh punya peluang yang sama untuk menjadi cawapres Bapak Prabowo jika memang tokoh tersebut punya potensi dan kompetensi. Termasuk diantaranya Bapak Ahok, saya menilai beliau punya potensi. Gaya kepemimpinannya yang tegas serta kinerjanya yang baik tentu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perubahan.” lanjutnya.
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon tadi pagi menemui Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Meski tak spesifik bicara soal cawapres Prabowo, namun Fadli tak memungkiri potensi besar Ahok yang sudah menyatakan siap jadi cawapres Prabowo.
"Itu kan usulan dari daerah. Karena Ahok dianggap tegas, konsisten, dan kinerjaya bagus," kata Fadli kepada detikcom, Rabu (5/3/2014).
Kepada Fadli, Ahok sempat mengungkapkan gaya kepemimpinannya. Juga cara Ahok menyelesaikan persoalan di DKI.
"Dia ngasih tahu pengalaman-pengalamannya dalam kampanye misalnya bagaimana dia nggak pernah nyumbang ini nyumbang itu tapi datang langsung. Membagi-bagi nomor handphone agar orang bisa kontak," imbuh Fadli.
Pahitnya :
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama disindir sebagai kutu loncat karena beberapa kali pindah partai. Ahok yang baru mengundurkan diri dari partai Gerindra pun tak menyanggah sebutan itu.
Menurut Ahok, lebih baik meloncat atau berkali-kali pindah partai daripada diam di tempat tapi menjadi kutu busuk. "Lebih baik jadi Kutu Loncat dong, daripada Kutu Busuk," kata Ahok dengan gaya khasnya sambil masuk ke dalam ruang kerjanya, di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2014).
Ahok sebelumnya adalah kader partai Partai Indonesia Baru dan menjadi DPRD Belitung Timur pada 2004. Namun tahun 2009 dia mendaftar jadi anggota partai Golkar dan maju sebagai anggota DPR-RI. Terakhir dia menjadi anggota Gerindra dan menyalonkan diri dalam Pilkada DKI 2012.
Sekarang, setelah keluar dari Gerindra, Ahok mengaku tak akan langsung meloncat ke partai mana pun lagi. Paling tidak, ucapnya, hingga 3 tahun ke depan, selama dia menyelesaikan jabatan sebagai kepala daerah DKI Jakarta.
Ahok mengumpamakannya sebagai pasangan suami istri yang baru bercerai, yang punya masa Iddah, alias vakum tidak boleh menjalin hubungan dengan partai lain untuk sementara waktu.