meskipun hajatan dan syukuran merupakan sebuah tradisi yang perlu dan harus kita banggakan dan juga lestarikan, namun dalam penerapannya Hajatan sudah mulai berbeda dari apa yang seharusnya dizaman dulu, hajatan yang seharusnya sebagai rasa syukur keluarga dengan
semua orang yang di kenal juga mengungkap syukur kepada tuhan berubah menjadi sebuah ajang pamer kekayaan, yang paling dapat dirasakan perubahannya yaitu penggunaan sound system yang besar dan banyak, serta melakukan hajatan atau syukuran dengan jangka waktu yang lama, bahkan dalam kasus tertentu bisa sampai beberapa hari tanpa jeda.Â
Speaker pun dibesarkan dengan kuat dan menggelegar bahkan sampai mengganggu tetangga sekitar, namun karena itu sebuah tradisi biasanya mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut sebagai bentuk toleransi
ditempat penulis biasanya speaker dinyalakan mulai jam 6 hingga jam 10 malam, hanya diberhentikan sejenak pada saat adzan, hal ini tentu saja sudah melebihi batas aman yang dianjurkan, dan juga didaerah penulis syukuran bisa berlangsung 2 sampai 3 hari terus menerus, selain itu di rumah penulis biasanya pagelaran hajatan dan syukuran seringÂ
mengganggu pengguna jalan, ini karena acara itu biasanya menggunakan dan bahkan menutup jalanan umum agar acaranya terlaksana, ini menyebabkan pengguna jalan tidak bisa melewati jalanan umum tersebut sehingga terpaksaÂ
harus mencari jalan memutar, namun hal ini seperti sudah diwajarkan oleh mayoritas orang-orang di kampung meskipun seharusnya hal tersebut tidak pantas untuk dilakukan. ini tentu saja sangat mengganggu kenyamananÂ
dan membahayakan keamanan masyarakat didaerah tersebut jika suatu suatu terjadi musibah yang tidak diinginkan. contohnya dapat menghambat orang-orang dengan kebutuhan mendesak, seperti ambulans yang sedang membawa pasien, ataupun pemadam kebakaran yang sedang terburu-buru.
untuk itu pagelaran syukuran atau hajatan seharusnya dilakukan dengan regulasi yang jelas dan wajib ditaati agar dapat membuat masyarakat disekitar lebih aman dan nyaman, seperti penggunaan speaker tidak boleh melebihi 85 desibel dan penggunaaannya tidak boleh lebih dari 7 jam setengah dalam sehari, atau bisa juga hajatanÂ
dan syukuran seharusnya dilaksanakan didalam gedung yang tertutup agar tidak mengganggu dan membahayakan masyarakat sekitar dan pagelaran dapat berlangsung dengan lancar, selain itu inti dari perhelatan
 syukuran adalah bersyukur pada tuhan dan semua orang yang dikenal, karena itu agaknya bisa dilakukan dengan bersedekah, berbagi makanan, dan melakukan doa bersama untuk memanjatkan rasa syukur pada tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H