Mohon tunggu...
Bintang AdjiNotodidjojo
Bintang AdjiNotodidjojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Rekayasa Nanoteknologi/Universitas Airlangga

orang yang hobi mendengarkan musik sambil berimajinasi dengan khayalan liar dan sering menyelam pada segala hal yang menurutnya menarik baik dalam bidang ilmu pengetahuan, fantasi, dan histori

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hajatan dan Speaker, Bahayanya untuk Pendengaran dan Komplikasi Masalahnya

10 Juni 2022   23:27 Diperbarui: 10 Juni 2022   23:51 2850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

meskipun hajatan dan syukuran merupakan sebuah tradisi yang perlu dan harus kita banggakan dan juga lestarikan, namun dalam penerapannya Hajatan sudah mulai berbeda dari apa yang seharusnya dizaman dulu, hajatan yang seharusnya sebagai rasa syukur keluarga dengan

semua orang yang di kenal juga mengungkap syukur kepada tuhan berubah menjadi sebuah ajang pamer kekayaan, yang paling dapat dirasakan perubahannya yaitu penggunaan sound system yang besar dan banyak, serta melakukan hajatan atau syukuran dengan jangka waktu yang lama, bahkan dalam kasus tertentu bisa sampai beberapa hari tanpa jeda. 

Speaker pun dibesarkan dengan kuat dan menggelegar bahkan sampai mengganggu tetangga sekitar, namun karena itu sebuah tradisi biasanya mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut sebagai bentuk toleransi

ditempat penulis biasanya speaker dinyalakan mulai jam 6 hingga jam 10 malam, hanya diberhentikan sejenak pada saat adzan, hal ini tentu saja sudah melebihi batas aman yang dianjurkan, dan juga didaerah penulis syukuran bisa berlangsung 2 sampai 3 hari terus menerus, selain itu di rumah penulis biasanya pagelaran hajatan dan syukuran sering 

mengganggu pengguna jalan, ini karena acara itu biasanya menggunakan dan bahkan menutup jalanan umum agar acaranya terlaksana, ini menyebabkan pengguna jalan tidak bisa melewati jalanan umum tersebut sehingga terpaksa 

harus mencari jalan memutar, namun hal ini seperti sudah diwajarkan oleh mayoritas orang-orang di kampung meskipun seharusnya hal tersebut tidak pantas untuk dilakukan. ini tentu saja sangat mengganggu kenyamanan 

dan membahayakan keamanan masyarakat didaerah tersebut jika suatu suatu terjadi musibah yang tidak diinginkan. contohnya dapat menghambat orang-orang dengan kebutuhan mendesak, seperti ambulans yang sedang membawa pasien, ataupun pemadam kebakaran yang sedang terburu-buru.

untuk itu pagelaran syukuran atau hajatan seharusnya dilakukan dengan regulasi yang jelas dan wajib ditaati agar dapat membuat masyarakat disekitar lebih aman dan nyaman, seperti penggunaan speaker tidak boleh melebihi 85 desibel dan penggunaaannya tidak boleh lebih dari 7 jam setengah dalam sehari, atau bisa juga hajatan 

dan syukuran seharusnya dilaksanakan didalam gedung yang tertutup agar tidak mengganggu dan membahayakan masyarakat sekitar dan pagelaran dapat berlangsung dengan lancar, selain itu inti dari perhelatan

 syukuran adalah bersyukur pada tuhan dan semua orang yang dikenal, karena itu agaknya bisa dilakukan dengan bersedekah, berbagi makanan, dan melakukan doa bersama untuk memanjatkan rasa syukur pada tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun