Risk Governance atau tata kelola adalah kegiatan manajemen untuk menata dari sisi kebijakan, regulasi, peraturan, organisasi, prosedur, teknologi, sistem, dan aspek-aspek lain yang mengandung risiko atau risiko terintegrasi pada semua kegiatan perusahaan baik secara individu maupun kelompok. Peran manajemen sangat penting untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab ketika terjadi risiko, bagaimana penanganan risiko, risikonya apa saja yang sudah dianalisa, mengapa risiko perlu diatasi supaya tim manajemen paham, dan teknis pernyataan atau pertanyaan lainnya.
Tata kelola yang baik menjadi kesepakatan atau kolaborasi dan bekerja sesuai dengan peran masing-masing, intinya mengurangi potensi-potensi kegagalan yang akan menimpa di lingkungan kerja perusahaan baik internal maupun eksternal. Hubungan dengan manusia yang berada di lingkungan kerja akan sangat memperkuat dengan penataan dan mengelola risiko yang akan terjadi, akan tetapi tergantung dengan pengawasan oleh pimpinan yang cepat melakukan evaluasi dan melakukan perbaikan jika tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Human eror pasti kapanpun bisa datang dan terjadi? Pelanggaran kode etik perusahaan yang disebabkan oleh karyawan, kelalaian bekerja karena tidak konsisten menjalankan prosedur kerja, penyimpangan dengan melakukan kerja sama terhadap tindakan kriminal serta tindakan sikap dan perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai perusahaan. Pengendalian dari manajemen menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan perencanaan jangka pendek, jangka menengah sampai dengan perencanaan jangka panjang.
Pengelolaan dan pemantauan kegiatan sumber daya manusia di lingkungan kerja menjadi hal utama, oleh sebab itu jangan di anggap sepele karena kegiatan karyawan pasti berhubungan dengan risiko dalam perusahaan itu sendiri. Seperti contoh sumber daya manusia dengan prosedur kerja, sumber daya manusia dengan peralatan kerja, sumber daya manusia dengan teknologi, sumber daya manusia dengan customer internal dan eksternal. Semua kegiatan sumber daya manusia saling berinteraksi untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan di lingkungan kerja.
Selanjutnya tata kelola risiko, menitik berakan ke dalam perusahaan untuk mengurangi potensi risiko yang lebih besar, sehingga penataan kegiatan manajemen untuk keberlangsungan menjalankan bisnis perusahaan jangka panjang. Perlindungan aset perusahaan  baik material maupun non material menjadi tolok ukur keberhasilan di masa akan datang. Kestabilan mengelola risiko bagian dari kecerdasan pimpinan dalam menata kegiatan manajemen lebih terstruktur dan teroganisir.Â
Berikut ini pembagian risk governance atau risiko tata kelola dibagikan berdasarkan tugas dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam melakukan tindakan pengendalian risiko:
1 . Aspek Struktural:
"Aspek Struktural adalah sejumlah tindakan yang harus diambil untuk membentuk kebijakan dan struktur untuk melaksanakan tata kelola manajemen risiko". Â Hirarki dalam manajemen risiko atau lebih tepatnya tugas dan tanggung jawab di dalam struktur organisasi baik dari level supervisi sampai dengan level eksekutif "entah itu direktur atau komisaris". Tentu dalam pelaksanaannya perlu disosialisasikan terkait teknis pengelolaan risiko dan penanganan risiko yang lebih tepat sasaran sesuai yang sudah direncanakan.
Peran struktur manajemen risiko yang telah di design untuk melakukan tindakan yang lebih besar bukan hanya sekadar menunjukkan risiko  yang telah di tetapkan atau dalam istilah lain risk register. Dari kegiatan menentukan risiko atau risiko yang sudah tercatat menjadi fokus struktural melakukan pengawasan seperti contoh risiko yang sering terjadi dan di anggap level tinggi, risiko jarang terjadi namun bila terjadi akan berdampak fatality dan risiko yang dinilai sedang tentu semua perlu diantisipasi dalam konsistensi menjalankan prosedur kerja.
Struktur organisasi perusahaan yang dibuatkan oleh tim  manajemen yang baik, tentu juga harus memperhitungkan ketidakpastian dan memprediksi pengaruh adanya risiko terhadap bisnis. Setiap terjadinya risiko baik kecil maupun risiko besar, pasti yang akan diinterview atau di investigasi diawal pimpinan sebagai bentuk pertanggungjawaban "mengapa terjadinya risiko dan bagaimana tindakan perbaikannya" tidak bisa dihindari karena setiap pimpinan tentu sudah mempersiapkan bila ada kejadian yang tidak menentu.
Setiap bisnis pasti akan menghadapi risiko, yakni menerima risiko atau menolak risiko tersebut. Kedua hal tersebut tergantung implementasi penanganan risiko bisa di lihat dari level risiko atau tingkat toleransi pada bisnis. Oleh karena itu tindakan disiplin analisa dan identifikasi berkelanjutan menjadi tujuan dan harapan sebuah perusahaan, proses manajemen yang sudah direncanakan lebih mudah mengevaluasinya .
Selanjutnya struktur manajemen risiko untuk mendukung sistem mitigasi risiko. Seperti perencanaan, organisasi, pengendalian biaya, dan penganggaran. Setiap kasus tertentu, bisnis dapat mengalami banyak kejutan, karena fokusnya ada pada manajemen risiko proaktif.