Oleh : Noto Susanto, SE, MM, CSTMI, CPHCM, CNHRP, CHLP, CPS.
Hari Kamis 22 April 2021 memperingati hari bumi , menjadi pergerakan lingkungan di seluruh Dunia untuk menyelamatkan bumi dari setiap kegiatan masyarakat yang hidup di muka bumi ini. maksudnya adalah bahwa bumi tempatnya mahluk hidup baik manusia, hewan, tumbuhan, Â dan lain sebagainya.
Pembentukan dan ide hari bumi pertama kali diawali oleh "Senator Gaylord Nelson, yang telah lama memperhatikan memburuknya lingkungan di Amerika Serikat. Pada Januari 1969, senator asal Wisconsin itu menyaksikan kerusakan akibat tumpahan minyak besar-besaran di Santa Barbara, California".
Hal tersebut melihat dari kondisi lingkungan sangat terinspirasi oleh "gerakan mahasiswa anti-perang, senator Nelson ingin menanamkan kesadaran publik tentang polusi udara dan air lewat para mahasiswa". Kegiatan ini menjadi bermanfaat dan secara tidak langsung mengajak kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Dengan penjelasan diatas peduli lingkungan agar tidak terjadi perusakan bumi dan alam baik yang di udara, laut, dan di darat. Apa yang membuat bumi rusak, hal ini disebabkan oleh setiap oknum masyarakat baik sengaja maupun tidak disengaja. Maka dari itu perlu meningkatkan kesadaran dari setiap manusia yang terkait untuk memperhatikan bumi.
Bumi menjadi poros utama untuk manusia hidup melaksanakan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan dengan kepentingan mencari kehidupan yang bermanfaat untuk orang lain terutama di dunia. Situasi saat ini masyarakat Indonesia mengalami pandemi virus Corona bahkan ke seluruh Dunia, hal ini bagian dari peristiwa yang terjadi diatas bumi ini.
Bertepatan dengan bulan suci Ramadan, seluruh umat muslim dunia menjalankan ibadah puasa, salah satu unsur meminta do,a juga kepada Allah-SWT semoga lebih mudah di kabulkan, dalam hal ini untuk keselamatan bumi agar terhindar dari bencana alam yang tidak pasti kapan terjadi baik di Ibu kota sampai dengan pelosok Nusantara.
Nah, sekarang bagaimana situasi pandemi covid-19 bila dihubungkan dengan bulan puasa, dapat dijelaskan bahwa menerangkan suasana terkini yang ada dimuka bumi, sehingga dapat dilihat juga dari kegiatan umat manusia yang sedang menikmati keindahan bulan puasa dan ada juga masyarakat yang terkena dampak dari virus corona tersebut.
"Bumi Corona" dan bumi di bulan puasa, membawa masyarakat dunia ikut merasakan apa yang terjadi saat ini. Hiruk-pikuk masyarakat menjadi problem sosial akibat dampak covid-19, seperti lowongan kerja makin sulit, pengangguran bertambah, pengurangan karyawan, UMKM makin melemah, Â dan lain sebagainya.
Sedangkan sisi lain bulan puasa yang membuat gaduh di atas muka bumi ini saat menjelang H+7 lebaran, seperti kita ketahui bersama situasi bulan puasa pada akhirnya ingin pulang kampung halaman masing-masing, untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga, kedua orang tua, dan sanak saudara lainnya. Â Namun "Larangan pemerintah" Â bahwa masyarakat dilarang mudik atau pulang kampung, dengan alasan tingkat penyebaran virus Corona masih tinggi.
"Bumi dan Dunia" ada hubungannya Corona dan bulan puasa maksudynya kondisi masyarakat Indonesia mengalami kesenjangan sosial yang berdampak terhadap perubahan perilaku manusia. Bisa saja melakukan penyelewengan, pelanggaran prosedur, tindakan kriminal, Â serta perbuatan atau tindakan kejahatan lainnya. Hal tersebut adalah situasi Corona dan situasi bulan puasa yang akan mempengaruhi kegiatan umat manusia di muka bumi ini.
Sekarang, akan dilanjutkan kondisi bumi sebenarnya diluar dari situasi bulan puasa dan pandemi virus Corona, Â jika kita melihat dengan hutan di Indonesia banyak peristiwa atau kejadian seperti penebangan pohon liar, hutan gundul, pembakaran hutan, dan lain sebagainya.
"Peristiwa bumi" diatas bisa saja karena bencana alam atau akibat perbuatan usia yang sengaja merusak hutan dengan alasan mencari nafkah untuk kehidupan atau yang lainnya. Atau memang kondisi bumi yang tidak bersahabat yang mengakibatkan bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, longsor, banjir bandang, gunung erupsi, dan bencana alam lainnya.
"Bumi mencekam" bencana alam terjadi dimana-mana terutama di Indonesia, banyak masyarakat seolah-olah bertanya siapa yang mau di salahkan dan menilai  siapa yang bertanggung jawab. Bisa saja ini bagian cobaan dan ujian yang diberikan Allah-SWT. Agar setiap oknum dibukakan pintu hatinya dan menyadari segala perbuatan dan tindakan terhadap bumi ini.
Maksudnya oknum adalah perbuatan memang sengaja melakukan tindakan merugikan masyarakat Indonesia, bukan memojokkan siapa yang salah namun memberikan kesadaran dan mengajak untuk peduli menjaga bumi dan tidak dirusak. Hal ini secara tidak langsung kita semua menyebar polusi asap yang setiap hari menggunakan kendaraan baik motor, mobil atau kendaraan lainnya.
Selain polusi asap dari kendaraan bisa dari polusi asap industry atau manufacturing, pencemaran dari limbah pabrik yang berakibat terhadap lingkungan, sehingga hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai solusi bisa saja menggunakan emisi, ikut serta mematikan listrik selama 60 menit atau 1 jam, menanam pohon mangrove, dan bisa juga membuang sampah pada tempatnya.
Dari analisa dan fenomena diatas dapat diberikan solusi yang nyata sederhana namun harus konsisten melakukannya agar bumi ini tetap bersih dan tidak berakibat buruk terhadap masyarakat.
"Buang sampah pada tempatnya"  ini yang menjadi muka bumi terlihat kotor walaupun larangan dan himbauan  sudah diberikan dan di peringatkan, namun kenyataannya masih banyak pembuangan sampah tidak pada tempatnya.
Dengan demikian dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :
1.Hari Bumi situasi pandemi virus Corona, semoga di muka bumi ini cepat pulih kembali dari covid-19.
2.Hari Bumi situasi bulan puasa, dengan situasi menghadapi keberkahan di bulan suci, walaupun mudik dilarang oleh pemerintah.
3.Hari Bumi semoga membukakan kesadaran dan peduli lingkungan, agar terhindar dari bencana alam, membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya.
Jika ada kekeliruan mohon dimaklumi.
Salam Hari Bumi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H