Mohon tunggu...
Noto Susanto
Noto Susanto Mohon Tunggu... Dosen - Menata Kehidupan

Saya Sebagai Dosen, Entrepreneurship, Trainer, Colsultant Security dan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hidup Ngontrak, dengan Sang Mantan

29 Januari 2021   13:31 Diperbarui: 29 Januari 2021   13:43 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

"SIAPA SAYA 24"

Kisah ini melanjutkan perjalanan hidup ngontrak dan ngekos dengan tema "SIAPA SAYA 24" yang mana sebelumya bercerita tentang musim pengangguran, menjadi seorang SATPAM, dan promosi jabatan.

Akhirnya saya akan menceritakan masa lalu hidup bersama sang mantan istri, bagi orang lain mungkin malu dan takut ketahuan bahwa perceraian merupakan "AIB" padahal itu salah besar melainkan itu sudah bagian "Takdir dan Nasib" yang saya alami dan kedepan belum tau juga arah perjalanan hidup ini. 

Bagi saya pernikahan memang berkeinginan hanya satu kali seumur hidup namun lika-liku atau suka-duka kehidupan kita tidak tau seperti apa, walaupun sudah ada perencanaan untuk masa depan lebih baik tentunya bersama keluarga tercinta. Semua menjadi kenangan dan tujuan yang terputus untuk menjalani rumah tangga bersama sang mantan istri tersebut.

Pasti bertanya-tanya mengapa harus pisah, apa alasannya, dan lain sebagainya. Hal tersebut setiap manusia mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda yang tau hanya saya bersama sang mantan, artinya menyatukan dua insan untuk menjadi kuat tentu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Namun apa yang mau di kata, semua berakhir di penghujung kisah cinta yang tidak akan tersambung kan kembali.

Waktu itu keluarga, teman dekat, rekan kerja dan lain sebagainya, mengapa semua bisa terjadi, mengapa tidak di pertahankan, mengapa tidak diselesaikan secara baik-baik, dan lain sebagainya. Saya tidak mengatakan juga bahwa saya benar dan sang mantan yang salah bahkan sebaliknya saya yang salah dan sang mantan yang benar, melainkan ini sebuah perjalanan hidup yang harus saya terima walaupun dengan status perceraian. 

Berpikir sederhananya adalah setiap orang pasti punya masa lalu, punya cerita hidup, punya cerita pahit, punya kisah yang tidak enak di ceritakan. 

Namun setiap orang ada yang menutupi, buat apa juga berbagi, kepentingan apa juga, dan untuknya apa menceritakan kepahitan masa lalu. Padahal yang saya rasakan ketika transparan dan terbuka dengan situasi pahitnya masa lalu, mendapatkan kepuasan batin yang tidak bisa di rasakan oleh lain.

Bercerita demikian diatas artinya, secara pribadi saya mengingatkan orang lain untuk menjaga rumah tangannya, menjaga pasangan lebih baik, menjaga hubungan keluarga yang lebih baik, dan lain sebagainya. Sehingga rumah tangga menjadi romantis, awet sampai kakek-kakek dan nenek-nenek dan langgeng sampai masa tua, jika perjalanan sama dengan saya berati kita kembali kepada "Nasib dan Takdir" jodohnya hanya sampai disana.

Berbagi tulisan itu sedekah dan mendapatkan pahala, saya menulis tentang hidup ngontrak dan perceraian dengan sang mantan, kebetulan ada istri di samping sembari tertawa dan hal yang membuat semangat menulis adalah istri memberi pujian bahwa karangan isi tulisan nya semakin bagus...hahaha, saya berpikir apa benaran bagus atau hanya pujian semata membuat suaminya senang.

Mengapa saya ceritakan dengan istri agar tetap saling menjaga dengan kondisi perjalanan hidup dalam rumah tangga menuju masa depan yang lebih baik dan semua masalah bisa di selesaikan serta menemukan solusi. Sehingga emosi dan ego bisa di kendali dengan saling menghargai dan mengakui kesalahan dan memperbaikinya.

Selanjutnya saya akan menceritakan perjalanan dengan sang mantan, waktu itu saya kenal di Mall Of Indonesia sebagai SECWAN dan SPG di mall kelapa gading tersebut. Kemudian kenalan dan pacaran dengan mempunyai nama Neng Tuti. Lanjut berpacaran selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai  dengan tahun 2010, dan akhirnya menikah pada bulan Juli tahun 2010.

Setelah menikah saya bersama sang mantan ngontrak di Galur  Jakarta pusat bulan Agustus - November 2010 dan pindah ke Ceriundeu pada bulan Desember sampai dengan Agustus tahun 2012, hidup di kontrakan mempunyai cerita yang panjang namun saya ambil intinya saja supaya ceritanya tidak melebar kemana-mana dan menimbulkan persepsi yang berbeda.

Setelah saya menikah dengan sang mantan mempunyai satu orang anak  perempuan yang punya nama "Devina Zakiah Susanto" sekarang berumur 10 tahun kelas 4 SD, anaknya pintar dan cerdas dari sekolah kelas 1 sampai dengan kelas mendapatkan peringkat 1, baik sekolah madrasah dan sekolah dasar. Walaupun ikut sang mantan istri, saya sebagai bapak masih mempunyai tanggung jawab dan setiap lebaran ikut pulang kampung ke Palembang.

Perjuangan dari pacaran dari tahun 2008 berkahir di tahun 2013, waktu itu saya masih team leader SATPAM sampai dengan mendapat jabatan sebagai Instructor SATPAM, secara penghasilan  sudah lumayan baik dan lebih dari cukup untuk menghidupi anak dengan sang mantan tersebut. 

Kemudian pada tahun 2013, saya bersama sang mantan proses berpisah dan mengurus surat perceraian atau akta cerai. Tidak terasa pernikahan hanya sumur jagung yang tidak bisa di teruskan untuk merajuk mahligai rumah tangga dan masa depan bersama sang mantan.

Dengan demikian dari kisah diatas, pasti semua orang tidak mau mengalami hal yang sama apa yang saya alami, namun jika sudah menjadi "Nasib dan Takdir" kita sebagai umat manusia tidak bisa menolak terhadap situasi perpisahan dan perceraian tersebut. Semoga yang membaca kisah ini dijadikan pelajaran yang berharga dan bisa bermanfaat agar tidak terjadi dalam kehidupannya masing-masing.

Dari cerita diatas dapat di ambil poin dan inti sarinya, semoga berguna untuk pembaca :

1. Agama mengajarkan kita melarang untuk berpisah atau perceraian, jika tidak ada pilihan lain dengan alasan tertentu, namun akan di perbolehkan untuk " Pisah dan Cerai Pasangan Suami dan Istri" sesuai dengan kisah hidup umat manusia masing-masing.

2. Menjaga keutuhan rumah tangga suka cita, kasih sayang dan romantika kehidupan dengan mengurangi rasa "Emosi dan Egois" sehingga pasangan suami istri bisa mengontrol dan mengolah setiap kemarahan serta hindari mau menang sendiri atau tidak mau mengalah, melainkan mencari solusi atau jalan keluar setiap ada permasalahan yang akan dihadapi.

3. Sebaiknya hidup mandiri jauh dari keluarga atau kedua orang tua, maksudnya adalah supaya tidak terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya. Bukan berarti kita mau menjauh dari keluarga dan kedua orang tua, melainkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

4. Baik buruknya perjalanan rumah tangga tergantung dengan "Nasib dan Takdir" manusia hanya bisa berencana namun Allah-SWT yang menentukan. Artinya dengan kisah hidup yang berbeda-beda baik pisah karena orang ketiga, kedua orang tua, keluarga, sudah tidak sejalan, mengalami kematian, dan lain sebagainya.

Demikian kisah diatas, berdasarkan pengalaman pribadi, Jika ada yang keliru mohon dimaklumi.

Salam Hidup Ngontrak Dengan Sang Mantan... 

Oleh : Noto Susanto, SE, MM, CSTMI, CPHCM, CNHRP, CHLP, CPS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun