Mohon tunggu...
Notesya Astri Amanupunnyo
Notesya Astri Amanupunnyo Mohon Tunggu... Dosen - Prodi Kep. Tual

Melayani dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Faktor Risiko Mastitis pada Ibu Menyusui

17 Juli 2022   12:58 Diperbarui: 17 Juli 2022   13:00 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyusui merupakan suatu kegiatan alami yang wajib dilakukan oleh seorang ibu, tetapi kenyataannya tidak semuda itu, karena ada bnyak faktor yang turut mempengaruhi kelancaran dalam menyusui, salah satu faktornya adalah mastitis. Mastitis adalah peradangan yang terjadi pada payudara yang mungkin saja disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca persalinan.

Seorang ibu harus mengetahui secara dini tanda dan gejala awal yang mengarah pada mastitis agar dapat mencegah gejala tersebut berkembang menjadi mastitis.  Apa saja tanda dan gejala yang perlu diketahui? Tanda-tanda dini terjadinya mastitis antara lain puting lecet, bendungan payudara, dan sumbatan pada saluran payudara, puting payudara keluarg nanah, demam dan lain sebagainya.

Mastitis dapat disebabkan oleh dua hal yakni statis air susu ibu (ASI) dan infeksi. Statis ASI merupakan penyebab utama yang dapat disertai atau berkembang ke arah infeksi payudara. Abses payudara adalah komplikasi lain dari mastitis. Komplikasi tersebut dapat menimbulkan luka besar pada payudara. Infeksi dan abses payudara sebagian besar disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Beberapa faktor lain yang juga berisiko untuk terjadinya mastitis yakni menyusui hanya pada salah satu payudara, frekuensi menyusui yang jarang, pelekatan bayi yang kurang baik dan mempunyai riwayat mastitis pada waktu sebelumnya.

Salah satu komplikasi mastitis yang paling banyak terjadi adalah penghentian menyusui dini dan beberapa alasan yang paling sering ditemukan untuk penghentian dini menyusui adalah nyeri dan penyakit pada payudara. Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memberikan dampak terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Sedangkan kita ketahui secara bersama bahwa, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menjamin melindungi bayi dan anak dari beberapa penyakit infeksi, seperti diare, infeksi salauran pernapasan bagian bawah dan lain sebagainya mempererat ikatan antar ibu dan anak.

Apa yang perlu dilakukan ibu agar dapat mencegah ataupun mengobati mastitis?

Hal yang perlu dilakukan adalah tetap menyusui  meskipun payudara ibu mengalami mastitis dan nyeri. Teknik menyusui yang benar mengurangi kemungkinan terjadinya masalah dalam proses menyusui. Sebaliknya teknik menyusui yang kurang akibat bayi tidak menyusui sampai pada areola dapat menyebabkan puting lecet dan Mastitis. hal tersebut yang menyebabkan ibu tidak mau lagi untuk menyusui bayinya. Saat menyusui pastikan mulut bayi menempel dengan posisi yang benar pada payudara, cari posisi yang tepat untuk mengurangi rasa nyeri saat menyusui, pijat payudara dengan lembut dan berikan kompres hangat pada payudara untuk mengurangi rasa nyeri dan memperlancar ASI.

Jika tindakan-tindakan di atas tidak dapat mengurangi gejala mastitis yang dialami, maka langkah berikutnya adalah melakukan pemeriksaan pada puskesmas dan rumah sakit atau melakukan konsultasi lanjut dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan terhadap rasa nyeri dan infeksi bakteri pada payudara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun