Mohon tunggu...
Bapa Quin
Bapa Quin Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

"Belajar merupakan cara untuk merdekakan diri dari penjajahan dunia"

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Black Brothers, Pranata Cara yang Menuturkan Kehijauan dan Pendidikan Lingkungan Melalui Teks Lagu

13 April 2019   20:13 Diperbarui: 20 Agustus 2019   20:58 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil Black Brothers dari Papua (Foto : hageeowaa.blogspot.com)

"Black Brothers", merupakan salah satu grup musik asal Irian Jaya (Papua) pada tahun 1970-an yang ikut mewarnai blantika musik Indonesia. 

Syair-syair lagu yang sarat dengan ke-eksotis-an ketimuran memberi gambaran kekayaan alami "Bumi Cenderawasih" (Irian Jaya) saat itu. Aktivitas seni yang dilakukan secara tidak sadar menjadikan mereka sebagai pranata sosial (pemberi pesan) konservasi dengan tuturan-tuturan kehijauan dalam teks-teks lagu yang merupakan pesan-pesan tematik dan kontekstual.

Simak saja syair lagu; pantai pasir dua. Pranata yang saya maksudkan adalah orang yang berfungsi mengatur tingkah laku sosial (pemberi pemahaman) bahwa perlu kita menjaga keindahan alam agar tetap dinikmati baik kemarin, hari ini dan yang akan datang.

Syair yang dilantunkan merupakan pesan tematik tentang bagaimana kita menghargai kekayaan alam dengan menjaga dan merawatnya. Kehijauan menjadi kunci dari konvensi alam Papua dengan tidak mengedepankan eksploitasi kepentingan manusia yang terus akan bergerak tanpa henti.

Musik menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk menggambarkan objektifitas seseorang dalam menilai, mengevaluasi, memesan, dan bahkan peduli tentang masalah-masalah di sekitarnya. 

Musik di dunia mempunyai latarbelakang budaya yang berbeda-beda dengan kontekstual yang berbeda pula. Beethoven, melalui karya musiknya pada abad XIX misalnya; mengatakan bahwa musik mempunyai hubungan dengan mentalitas, kebudayaan, dan lingkungan, (Nakagawa, 2000:5).

Musik merupakan media representatif untuk menerawang dan membahasakan berbagai fakta baik sosial, budaya, bahkan lingkungan (alam). Teks-teks tentang lingkungan terekam dengan jelas dalam lagu black brothers yang mempunyai peran yang besar dengan menembus ruang dan waktu membelah sendi-sendi kehidupan manusia, baik yang dipublikasikan secara langsung maupun tak langsung lewat syair. Teks lagu tidak hanya sebuah syair kesastraan, tetapi merupakan simbol-simbol kemaknaan yang perlu dibedah untuk mendapati esensi makna yang ditekskan.

Teks-teks lagu black brothers yang menceritakan tentang kekayaan alam Irian Jaya (Papua) saat itu, memberikan gambaran tentang kekaguman alam ciptaan yang maha kuasa, yang harus tetap disyukuri dan dilestarikan.

Edwar Sapir berpendapat bahwa, tidak hanya faktor lingkungan (alam) direfleksikan dalam bahasa yang dipengaruhi oleh latarbelakang lingkungan penuturnya, tetapi juga kesadaran persepsi penutur terhadap lingkungannya. Black brothers memainkan perannya sebagai penutur sekaligus pengatur yang memposisikan keberadaan mereka dengan melihat alam Irian Jaya yang begitu kaya serta keakraban (interelasi) manusia dengan alamnya yang begitu harmonis. 

Teks lagu 'pantai pasir dua' merupakan salah satu contoh bagaimana black brothers sebagai pelaku seni ikut berkontribusi (mempersepsikan) tentang peduli lingkungan dengan membahasakannya lewat musik melalui teks-teks yang sebenarnya merupakan pesan 'pendidikan lingkungan' yang sarat dengan teks-teks kehijauan" (green gramer).

Dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang hidup secara bersistem dalam suatu lingkungan, bersama organisme lainnya. Black brothers sebagai penutur dan teks-teks lagunya (bahasa) merupakan organisme yang terus hidup untuk menghidupkan pandangan pelestarian alam Irian Jaya (Papua). Pendidikan tentang lingkungan tergambar dengan jelas dalam teks-teks lagu mereka. Beikut ini coba kita faktakan lewat kutipan teks lagu berikut:

Selalu ku kenang selalu//indahnya pantai pasir dua
alamnya selalu berseri//dihiasi tebing yang meninggi
putih bersih ombakmu//indahnya pantai pasir dua

Walaupun hanyalah sekejab//Ku pandang indahnya pantai mu
Lambaian pohonan nyiurmu//Lembutnya dibuai sang bayu
Sejuk nian airmu//Indahnya pantai pasir dua

Pasir dua tak kan ku lupa//Tempat memadu janji
Pasir dua tak kan ku lupa//'Ntuk jadikan lambang keindahan

Penggalan teks lagu di atas, dapat memberi gambaran dengan jelas bagaimana teks-teks kehijauan yang dibahasakan (dilagukan) tentang keindahan alam Pantai Pasir Dua di semenanjung Base G Kota Jayapura begitu indah untuk dilupakan. Pantai pasir yang putih, dihiasi alam pepohonan yang seolah sedang tersenyum lebar, tampak kokoh tebing menjulang dan buih ombak seolah potret indah sebuah lukisan mata.

Alam dan hiasan tumbuhannya menjadikan lingkungan dan manusianya berinteraksi dengan baik. Situasi itu tentunya akan berbanding terbalik dengan keadaan sekarang yang mungkin keindahannya tak lagi terlihat, kerena perilaku manusia saat ini yang begitu memanfaatkan alam sebagai komoditi domestik maupun kelompok. "Alam rusak, maka pengetahuan kebahasaan alam pun akan hilang dari konsep (pengetahuan) penuturnya, dan akan sulit untuk mengucapnya dalam keindahan nyata". Hal ini yang perlu dicermati, sebab bahasa menjelaskan setiap entitas (benda) yang ada di alam.

Saya teringat dengan apa yang ditulis Prof. Mbete Aron, (2008:28) yang mengatakan bahwa: "bahasa dapat berkembang sesuai dengan perkembangan manusia dan dengan mudah dapat berubah, dan bergeser tanpa henti dari waktu ke waktu". Maksudnya bahasa mengikuti perkembangan dan perubahan tentang leksikon-leksikon (kata) yang ada di lingkungan kehidupan manusia.

Hal ini tentu membuat kita prihatin, dengan banyaknya perubahan-perubahan sosial bahkan pembangunan yang tidak konservatif sehingga dapat sebagai pemicu untuk ikut serta merusak alam sehingga akan membuat keharmonisan antara manusia (interaksi), dan manusia dengan alam (interdependensi) tidak dapat berjalan secara baik, dalam artian bahwa pengetahuan lingkungan yang tergambar dalam bahasa yang dipakai untuk menggambarkan identitas manusia dan kekayaan alamnya akan secepatnya dapat "hilang" dari benak (pengetahuan) manusianya.

Black brothers sudah mengingkatkan kita tentang keindahan alami bumi Irian Jaya (Papua) dengan teks-teks lagunya yang kaya dengan bahasa lingkungan yang perlu terus kita syukuri dan tetap menjaganya.

T'rus, dimana letak pendidikan lingkungan dalam teks lagu black brothers?.

Memang syair adalah bentuk karya sastra yang begitu indah, dan dinilai oleh kaum empiris bahwa itu sebuah ilusi bahkan fiksi yang terlahir dari gambaran hayalan penyair. "Bah..!, betul kah..?". pandangan itu tidaklah benar, sebab fakta yang saya gambarkan dalam teks lagu pantai pasir dua ini memang ada dan nyata di kota jayapura, Papua. Saat, saya kuliah di Universitas Cenderawasih tahun 1999, pantai ini terlihat jelas dari laut saat KM (kapalmotor) 'Dobonsolo' masuk teluk Jayapura, sebagai tanda 'jayapura su dekat!'. 

Sebelumnya telah disinggung di atas, bahwa teks-teks lagu black brothers merupakan salah satu contoh bagaimana mereka sebagai pelaku seni ikut berkontribusi (mempersepsikan) tentang pendidikan lingkungan dengan membahasakannya lewat musik yang penuh dengan "tuturan kehijauan" (green gramer), sebuah pandangan teoritik Halliday.

Perlu saya jelaskan apa arti istilah "Green Grammar" agar kita sama dalam memahami apa yang sedang saudara baca. Green Grammar", merupakan istilah yang saya kutip dari artikel ilmiah dalam Jurnal Noken dari Mokoagaouw, (2013:66), dengan jelas menjelaskan bahwa:

"Green Grammar atau yang biasanya disebut 'tata bahasa berwawasan lingkungan', pada dasarnya bisa dimaknai sebagai sebuah cara 'memanfaatkan' bahasa (khususnya tata bahasa) secara kritis sebagai sebuah sarana untuk merepresentasikan pelbagai aspek yang ada di dalam dunia, termasuk aspek ekologi (lingkungan).

Green grammar, sebenarnya tidak berhenti pada fungsinya sebagai sarana merepresentasikan pelbagai aspek yang ada di dalam dunia, karena konsep green graammar secara kritis sesungguhnya juga mencakup adanya pengungkapan atau 'pembongkaran' pelbagai pola interaksi sosial sekaligus pola-pola sikap institusi yang secara negatif memengaruhi lingkungan.

Saya berpikir bahwa, pendidikan lingkungan dalam artian yang kritis adalah untuk mengungkap atau 'membongkar' pelbagai pola interaksi sosial dan juga sikap institusi (manusia) yang secara negatif memengaruhi lingkungan melalui cara membahasakannya (menuturkan) pesan-pesan kehijauan.

Pendidikan lingkungan hidup (Environmental Education) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan secara total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun keloktif untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru.

Teks lagu yang menggambarkan keindahan alam, merupakan sebuah pemahaman kritis tentang 'ilmu alam' yang berguna memecahkan masalah-masalah lingkungan di masyarakat. Sebab dalam dimensi aksiologis linguistik terapan (applied linguistik), khususnya pembelajaran dan pengajaran bahasa berbasis lingkungan benar-benar bermakna dalam teks-teks lagu mereka yang ber-tema-kan alam. Kebermaknaan secara aksiologis berkaitan dengan "nasib" alam, baik lokal maupun global. (Mbete, 2013:418).

Black brothers memainkan fungsinya sebagai 'pranata (pengatur) dan edukator (pendidik)' yang memberikan pencerahan 'ilmu alam' dalam konteks teks lagu dalam musikalisasi yang sedang saya bahas yaitu 'pantai pasir dua'. Kalau disimak secara eksplisit, ada kekuatiran rusaknya alam, apabila kita (manusia) tidak ikut menjaganya. 

Memang kita manusia sangat bergantung pada alam, sehingga dapat berdimensi sebagai penjaga (melestarikan) atau perusak. Hubungan manusia dengan alam sangat dipengaruhi oleh cara pandang manusia terhadap alam itu sendiri, yang menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam hubungannya dengan alam semesta (Muhaimin, 2015:1). Kita tidak boleh menyia-nyiakan anugerah bumi yang diberikan oleh Tuhan untuk manusia dan makhluk lainnya.

Ada kekuatiran di sana, dalam konteks pembangunan dan pertumbuhan manusia yang terus menerus menggerus mengisi alam. Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan meningkatnya segala kebutuhan baik perorangan maupun kebutuhan sosial. Pemenuhan kebutuhan inilah yang memunculkan masalah lingkungan. Dengan kata lain masalah lingkungan muncul karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan secara perseorangan maupun sosial.

Dapatlah diartikan bahwa segala sesuatu yang merintangi atau menghalangi keinginan manusia, harus disingkirkan bahkan alam (lingkungan) sekalipun. Masalah lingkungan yang dihadapi sekarang diakibatkan oleh tindakan manusia sendiri yang tidak pernah puas dalam memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan yang tidak pernah puas inilah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Manusia yang cerdas adalah manusia yang memahami konteks diri dan keberadaannya, untuk melakukan adaptasi lingkungan sebagai proses sepanjang hayat, dengan melihat alam (lingkungan) sebagai tempat (ruang) belajar tentang keindahan, keserasian, keseimbangan, dan penghidupannya. Kecerdasan inilah yang dibutuhkan kita manusia dalam memaknai situasi dan kondisi kita saat ini untuk menjaga dan melestarikan alam yang merupakan pinjaman dari anak cucu kita.

"Pasir dua tak kan ku lupa, 'ntuk jadikan lambang keindahan"

(BB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun