Sejak harga BBM non subsidi meroket rasanya sudah banyak media yang memberi informasi mengenai cara "mengoplos" BBM, tujuannya antara lain untuk mendapatkan RON yang sesuai dengan harga yang lebih efisien. Jadinya nubi juga yakin sudah banyak pengguna kendaraan yang menggunakan cara mengoplos ini untuk mendapatkan oktan yang sesuai dengan harga eknomis. Kali ini nubi sekedar sharing info perhitungan untuk mengoplos BBM. Sebagai contoh nubi mengisi BBM untuk kendaraan roda empat menggunakan BBM dari Pertamina, khususnya Premium dan Pertamax Plus. Pengisian dilakukan di SPBU #34 13209 di Jalan Pemuda Jakarta, dengan sertifikasi "Pasti Pas" pada tanggal 26 April 2012. Harga dan kadar oktan pada saat pengisian, Premium Rp 4.500 RON 88, Pertamax Rp 10.000 RON 92 dan Pertamax Plus Rp 10.300 RON 95. Sebelum memulai pengoplosan, adalah sangat baik untuk mengetahui RON minimal yang cocok untuk kendaraan juragan sekalian. Sekedar contoh, menurut buku manual, kendaraan yang nubi pakai menuntut RON minimal 91 atau lebih. [caption id="" align="alignnone" width="430" caption="Dari buku manual"]
[/caption] Ide dasar perhitungan ini adalah untuk memperoleh campuran BBM antara Premium dan Pertamax Plus agar didapatkan RON yang ideal. Kenapa tidak melibatkan Pertamax? Justru disinilah godaannya, adalah sangat mudah untuk mengambil jalan pintas dengan hanya membeli Pertamax dengan RON yang sudah sesuai spec. Lewat metode
oplos ini nubi hanya ingin mengetahui apakah kita dapat memperoleh RON yang kita kehendaki dengan harga yang lebih ekonomis dari Pertamax? Yuk lanjut. Sebelum mengisi BBM, dengan memperhatikan indikator bensin yang tersisa, nubi sudah memperkirakan bahwa akan memerlukan +/- 45 liter BBM untuk mengisi penuh tangki kendaraan nubi. Selanjutnya nubi membuka file coret2an yang nubi sudah persiapkan di aplikasi "Sheet To Go" for BB. Utak atik angka dalam kolom "Liter" (cell yang diberi highlight warna kuning dan tanda lingkar merah) sebagai input. Angka2 dalam kolom lain akan menyesuaikan dengan otomatis. Tidak memerlukan waktu lama akhirnya nubi memutuskan untuk membeli Premium sejumlah 25 liter dan Pertamax Plus sejumlah 20 liter. RON yang akan didapat adalah 91, 11.
Nubi mengisi dengan Premium terlebih dahulu dan kemudian sisanya dengan Pertamax Plus. Sewaktu mengisi Pertamax Plus nubi sengaja meminta untuk diisi sampai penuh, karena nubi terbiasa menghitung FC (Fuel Consumption) setiap kali mengisi bensin, dan adalah lebih mudah menghitung FC dengan metode full to full setiap kali mengisi BBM. Hal yang menyenangkan di SPBU #34 adalah nubi tidak perlu memindahkan kendaraan sewaktu mengisi, karena baik dispenser Premium dan Pertamax Plus ada dalam satu master dispenser. Perkiraan nubi hampir tepat, tangki terisi penuh setelah mengisi 25 liter Premium dan 20,43 liter Pertamax Plus. Selesai mengisi (tepatnya mengoplos, hehe) nubi meminta print dan melakukan pembayaran. Berikut rinciannya: [caption id="" align="alignnone" width="430" caption="Premium"]
[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="430" caption="Pertamax Plus"]
[/caption] Total harga yang nubi bayar adalah Rp 322.929 dengan harga rata2 per literÂ
Rp 7.108 untuk BBM dengan RON 91. Bandingkan dengan harga Rp 10.000 per liter untuk Pertamax RON 92. Relatif tidak ada kerepotan tambahan sewaktu kegiatan pengisian, nubi hanya perlu sedikit waktu untuk mencari kombinasi liter yang ideal dan ekonomis untuk mendapatkan RON yang dikehendaki. Sebenarnya almarhum Wamen ESDM Widjajono Partowidagdo pernah melontarkanÂ
wacana untuk pemerintah agar secara resmi menjual BBM "oplosan" yang beliau sebut dengan Premix, RON 90. Harga yang diusulkan?Â
Rp 7.200 per liter. Jadi penasaran, sebenarnya berapa harga riil Pertamax? Semoga berguna. Coret2an perhitungan mengoplos nubi, sila cekÂ
disini. Sumber dan referensi:
Tulisan ini nubi dedikasikan untuk almarhum Widjajono Partowidagdo. Selamat jalan Pak, may you rest in peace.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Otomotif Selengkapnya