Mohon tunggu...
Nostradamus
Nostradamus Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Adat Batak Menjadi Lebur

6 Desember 2015   10:08 Diperbarui: 6 Desember 2015   15:27 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terlahir dari keluarga besar suku Batak,11 bersaudara bungsu laki-laki dan 8 perempuan dengan berbagai macam karakter dan sifat.Sejak kepergian ayah diusia sangat muda seolah lepas kendali.lebih banyak masa muda dijalanan,dan merasa nyaman dengan lingkungan "luar".Ada sesuatu yang Aneh,kadang aku mengetahui kejadian yang akan terjadi,Indigo? Instuisi atau apalah itu. Ya kadang aku berontak,apa yang ada dibenak sering bertentangan dengan suasana dalam Rumah.Dalam setahun setelah masuk di SMA hanya 2 atau 3 bulan berada di Rumah.banyak cerita pengalaman dan pelajaran hidup yang didapat dari kehidupan dijalanan yang kadang membuat nyaman. sungguh aneh.

Mungkin hanya aku yang sering membuat Ibuku menangis,kasar,temperamen beberapa kali masuk bui akibat perkelahian salah satu yang membuat ibu ku tercinta meneteskan air mata.atau mungkin karena perdebatan tentang keluarga yang aku rasa ibu lebih menyayangi abang yang beristrikan seorang penjilat. menjilat ibu agar bisa mengelontorkan banyak uang nya. cemburu,tentu saja.aku mulai jadi seorang pemberontak sampai suatu saat aku menikah.Ketika perkawinan baru berjalan beberapa hari ibu mengusir ku dan istri dari rumah.Sudah kuduga,ada fitnah Intern. Tepat 1 januari 2000 ketika adat tradisi Kumpul keluarga ku ungkapkan semua kemarahan dan pamit untuk meninggalkan keluarga SINETRON dengan para pemain Antagonis didalamnya.Luapan kemarahan dan kesedihan aku berangkat Ke Bali dengan mengendarai Sepeda motor, " gila,lae Bandung Bali dengan motor bisa berapa hari sampe mana berdua lagi sama istri,urungkan tinggal saja dirumah ku" seorang sahabat bicara di telp KOIN waktu itu. Kemarahan rasa kecewa menglahkan akal sehat,tekad ku sudah bulat.

Anak yang tumbuh dijalanan,keras kepala dan tidak mengenal rasa takut itu meneteskan air mata,sangat kecewa dan sedih.Jogjakarta,surabaya,banyuwangi dan akhirnya Bali. rasa letih hilang dengan sisa uangRp.325.000 mana cukup untuk hidup di pulau Indah ini. Tuhan sang Penolong,aku yakin itu.Menjadi tukang Cuci,menyetrika baju di toko pakaian kulakukan untuk menyambung Hidup.2 tahun sudah,ada rasa rindu pada ibuku,ibu yang kusayang selalu ku doakan agar terbuka mata hati nya. Dan kemudian terbuka siapa sesungguhnya yang sangat menyayangi wanita yang telah melahirkan 11 anak dengan kasih sayang dan perjuangan yang luar biasa. 

Hamil, terlonjak aku kegirangan ketika sang dokter memberi tahu hal itu, ah aku jadi seorang Ayah sebentar lagi. Bangga dan bahagia.Kebahagiaan sesaat karena tenyata Istriku hamil Anggur dan  Miom. yah akhirnya operasi Cesar, Dirumah sakit besar itu aku tertunduk lesu,berteriak, Kenapa kesedihan selalu hinggap pada diriku.Kondisi keuangan saat itu tidak sanggup membayar biaya operasi dan perawatan di rumah sakit. Kucoba telp ibuku untuk meminjam uang,Sedih kubiarkan  Handphone ditangan ku terus menyala dan tak terasa pulsa 50.000 habis dengan sendirinya.Ibuku dan kelurga besarku tak bisa membantu.bahkan sang penjilat itu terdengar bicara,bukan hamil anggur mungkin Tumor ganas,Ya Tuhan.Lari,yah lari dari rumah sakit adalah jalan satu-satunya.seperti adegan dalam film kami kabur malam itu,kecepatan motor tak kuhiraukan lagi aku ingin segera tiba di kota lahir ku.Istriku mengalami pendarahan di luka bekas operasi cesar,namun dia kuat,dan Tuhan menolong kami,banyak keaajaiban dan bertemu dengan orang yang baru ku kenal diperjalanan namun berhati mulia.

Dengan ragu kuketuk pintu rumah yang lama kutinggalkan,dan wanita yang kusayang itu kini ada didepan ku tanpa sepatah katapun.sangat rindu,bahagia rasanya melihat sang ibu yang perkasa itu masih sehat,ya ibuku tinggal seorang diri kini dirumah tua itu.Akhirnya 3 hari tinggal dirumah ibu menegur ku, Ah Tuhan,ternyata engkau telah membuka mata hati ibu.Terima Kasih.Hari-hari kulalui dengan bahagia.suatu hari ibu datang dan memberi saran agar aku coba mencari kehidupan yang lebih baik di Pulau Bintan,Tanjung Pinang. 6 tahun tinggal di Tanjung Pinang tak membuat ku tenang,teringat ibu,ya Ibu yang tinggal sendiri dirumah tua itu,tanpa ada seorangpun anaknya yang Peduli. kalaupun ada yang datang menjenguk ibu,bukan untuk merawat tapi ada sesuatu yang lain. meminta atau meminjam uang.Dan sang "penjilat" itulah sang pemenang.sudah puluhan juta atau mungkin seratus juta sudah uang ibuku mengalir pada sang penjilat dengan tameng abang ku.sedangkan aku harus berjuang menghidupi sang istri sebagai seorang security dengn gaji pas pas an.

Akhirnya ku Kembali ke kota Kelahiranku dan dengan restu ibu ku kutempati rumah keluarga masih di kota yang sama,Cimahi.Merintis usaha dan mulai berkembang. Suatu hari ibu datang dengan senyum,bangga melihat aku bisa berdiri,memperpaiiki rumah tua yang kumuh walaupun hanya sebagian saja yang baru bisa diperbaiki.Sudah sangat Tua,dan sakit sakitan kini ibuku tercinta.hari itu,ibu terjatuh dan kepalnya membentur besi sambungan pipa ledeng di rumah,dengan perasaan sangat khawatir kujumpai ibu dirumah sakit. Terbaring, ku lihat ibuku tersenyum walau banyak darah membasahi bajunya.Luar biasa,seorang perempuan gagah masih sanggup tersenyum walau dalam keadaan kepala berdarah." Kamu cepat Pesan Ticket Pesawat Amang,Kita pergi ke siantar untuk menemui Tulangmu,Kita resmikan istrimu menjadi Boru Pardede " ibu tersenyum sangat manis sekali. " ya ma,Nanti saja,setelah mama sembuh" ku jawab sambil memegang tangan ibu Tersayang.

Berhari-hari kulalui dirumah sakit menemani ibu tercinta,dan tetap saja terus berkata untuk segera ku pesan ticket Bandung Medan untuk 5 orang,hampir selama 1 minggu di rumah sakit bukan makin membaik,malah ibuku selanjutnya KOMA diruang ICU.Hari itu tiba-tiba seorang perawat menghampiri keluarga kami yang berkumpul dluar ruangan ICU mengatakan bahwa ada beberapa Obat yang harus segera ditebus. Kupandangi satu persatu-persatu wajah-wajah saudara kandungku,semua tertunduk tanpa sepatah kata pun. Luar biasa, mereka enggan mengeluarkan sedikit uang untuk membeli obat ibu mereka dengan berbagai alasan.Akhirnya sisa uang yang ada kuserahkan, Cepat sembuh lah ibuku tersayang.

Tuhan berkehendak lain,bebrapa hari di ruang ICU bertepatan dengan kedatangan abang  paling besar yang baru datang dari Kota tanjung pinang Ibu berpulang kepangkuaNya.Aku berteriak,sedih. Doa yang kami panjatkan untuk kesembuhan ibu bukan tidak dikabulkan Tuhan,Mungkin Tuhan Punya Rencana. Ya selama ibu dirumah sakit ibu ku tau siapa saja Anak-anaknya yang tulus mencintainya,yang hanya sekedar datang tanpa berbuat sesuatu,Menantu tercinta yang telah banyak mengambil uang ibu ku dengan dalih meminjam dan yang menimbulkan rasa iri dihatiku dan membentuk sifat ku menjadi seorang pemberontak.

Atas Kesepakatan keluarga upacara adat Pemberangkatan Ibu dilaksanakan dirumah yang kutinggali.Belum sampe jenazah Ibu tiba dari rumah sakit,aku,istriku dan beberapa saudara ku mempersiapkan dan membereskan rumah. Dan sesuatu yang membuat ku sangat jengkel terjadi.Menantu laki-laki ibu atau Iparku terdengar berkata " Rumah Ini harus jelas nanti siapa Pemiliknya" kakak perempuan ku memandang ke arahku,Sangat Geram,ingin rasa nya kuhantam kepala mereka dan kuhancurkan mulut mereka berdua. Menurut ku Tidak pantas seorang Ipar,Menantu ibuku berkata demikian.namun kakak perempuan memberi isyarat agar aku tenang, " Sabar " begitu bisiknya.

karena Belum sempat diadati,secara mendadak dihadapan jenazah sang Ibu kami diadatai dengan pengangkatan Istriku menjadi Boru Pardede.Untuk apa tak kufahami,karena jarang bergaul dengan suku batak dan jarang aku mengikuti acara yang berkaitan dengan adat batak,selain itu kami semua lahir di rantau,Jawa Barat. Dan Tingkah laku sang ipar -ipar yang nota bene terlahir di Kampung tetapi tidak mencerminkan sebagai manusia BERADAT membentuk ku menjadi seorang yang tidak suka dengan adat istiadat. Percuma belajar adat karena yang lahir di kampung / huta pun tidak beradat pikirku.

Selesai Upacara pemakaman ibu kami tercinta,semua keluarga berkumpul.Dan Hadir juga Abang kami anak dari bapak tua kami saat itu." abang saya mau nanaya,bagaimana tanah mama yang ditanjung pinang dan rumah peninggalan mama nanti siapa yang berhak memiliki?" Salah seorang Ito/Kakak perempuan ku tiba-tiba membuka suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun