Saya yakin seluruh bangsa Indonesia menginginkan yang terbaik untuk tanah airnya, mewujudkan Indonesia yang aman, sejahtera, dan lain-lainnya yang tentu saja baik. Mungkin kita bisa bercermin pada diri sendiri, sudahkah kita menetapkan tujuan mulia untuk Indonesia di setiap perbuatan kita? Jika memang sudah, insyaallah Indonesia yang diimpikan seluruh bangsa, diharapkan para pendahulu, bukan sebatas angan belaka.
Sebagai masyarakat biasa, introspeksi diri mungkin bisa dimulai dengan hal sekecil membuang sampah pada tempatnya. Selain dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir, siapa, sih yang tidak senang lingkungan bersih?Â
Misalnya ketika ada perayaan ulang tahun pemerintah propinsi, membuat rekor muri membakar jagung ribuan bonggol bisa jadi sangat meriah. Tapi sampahnya ya mbok jangan dibuang sembarangan, tho.Â
Memang ada petugas yang akan membersihkan, tapi saya rasa membuang sampah pada tempatnya bukan tentang orang lain dan lingkungan, tapi tanggung jawab diri sendiri yang ada dalam kendali alam sadar manusia.
Misalnya kelak saya menjadi birokrat negeri ini, mungkin saya bisa introspeksi apakah benar kebijakan-kebijakan yang telah saya buat sudah memihak rakyat? Bertujuan menyejahterakan bangsa Indonesia? Kenapa bisa ada demo-demo mahasiswa dan rakyat yang menentang, ya? "Ah gatau, deh" Berat jika saya membahas yang begini, baru masuk semester lima.
Besar harapan agar Ibu Kota baru kelak akan mengikuti jejak Washington DC yang modern. Namun, apalah artinya Ibu Kota bertaraf internasional jika harus digadaikan dengan kekayaan alam dan budaya Indonesia, terlalu sayang dengan rimba Kalimantan jika seluruhnya harus dibabat, terlalu sayang dengan tanah Kalimantan jika semuanya harus dikeruk.Â
Semoga setiap elemen bangsa Indonesia dapat bekerja sama untuk kebaikan bersama. Saya memang ingin pulang kampung dengan perasaan berbeda, tapi bukan perasaan yang menyayat hati.
Tidak masalah Kalimantan bagian mana yang akan ditetapkan sebagai Ibu Kota baru. Namun, jika saya boleh berharap lebih, di Palangka Raya saja ya, Pak, Bu. Supaya apa-apa yang saya impikan di paragraf pertama tulisan ini punya kesempatan lebar untuk dapat terwujud, hehe.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H