Kalau sekolah lain punya yang namanya tonsus, tonti, paskib, yang ditakdirkan untuk mahir berbaris, SMA Taruna Nusantara menyebut kalangan yang master dalam hal baris-berbaris sebagai Tonpara, alias Peleton Upacara. Tonpara merupakan satu dari empat peleton Taruna Nusantara lainnya yang sudah ada sejak SMA TN berdiri, 1990.
Tonpara dikenal berdisiplin tinggi, juga memiliki kemampuan fisik yang rata-rata berada di atas siswa lainnya. Tak heran, susah-susah gampang kalau mau jadi anggota Tonpara. Ada beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi, salah satunya loyalitas.
Tonpara juga yang biasanya menarik peminat yang cukup banyak saat masa-masa reorganisasi kelas sepuluh. Hal ini tidak perlu diragukan sebab merekalah yang termasuk kaum-kaum awal yang 'menyentuh' dan menarik perhatian kelas sepuluh. Menjelang upacara pembukaan pendidikan siswa baru, Tonpara bertugas mengajari PBB dasar, juga tata upacara yang benar. Itu memang kerjaan mereka. Jadi ya wajar saja.
Saat masa kelas sepuluh awal, berlatih baris-berbaris adalah hal yang mengesankan sekaligus menegangkan. Bukan kenapa-kenapa, tapi karena dilatih oleh Tonpara. Pembawaan yang tegas, suara lantang, wajah yang anti senyum apalagi tertawa terbahak-bahak, hingga seragam latihan disertai topi khas berekor, membuat keringat dingin terus mengucur ketika ditegur karena kesalahan, atau hanya karena tidak serius dan tidak semangat latihan.
“Kiri, tap, tap... Kiri, tap, tap...”
“Yang belum brasso, semir, setrika, angkat tangan!”
“Semangatnya ditambah lagi, Dek! Langkahnya disamain!”
Dan bla-bla-bla lainnya yang membuat kesal dan capek tapi semakin semangat berlatih. Uniknya, marah-marah khas inilah yang membuat daya tarik bagi Tonpara, marah-marah yang bikin segan, hormat, dan bikin pengin masuk Tonpara.
Lebih dari sekadar peleton yang ahli berbaris, Tonpara punya banyak cerita yang mustahil untuk dirasakan siswa lain. Pengalaman unik dan menarik yang terlalu sayang untuk dilewatkan berikut ini.
Gak Semua Siswa Bisa Gabung Tonpara
Bukan perkara gampang lolos dari empat tahap seleksi menjadi anggota Tonpara: tes administrasi, wawancara abang kakak, wawancara pamong, juga tes PBB. Dari kurang lebih tujuh puluh pendaftar dan peminat, sekitar tiga puluh yang akan dilantik dengan bangga sebagai anggota Tonpara.
Menjadi anggota Tonpara bukan hanya masalah keren-kerenan, gaya-gayaan, atau marah-marahin adek semata. Tanggung jawab mengenalkan dan melatih PBB, sampai kesuksesan pelaksanaan berbagai upacara dan tradisi upacara di SMA TN berada di tangan Tonpara. Tidak jarang pula anggota Tonpara harus meninggalkan pelajaran kalau sudah mendapat tugas dan taggung jawab.
Sering mendapat tugas tidak semata menghalangi anggota Tonpara untuk hengkang dari papan siswa berprestasi. Perkenalkan Rianza, si Magelangan yang jago broadcasting. Ada juga Sarah yang tidak pernah absen dari lomba debat. Dan beberapa anggota Tonpara lainnya yang sering eksis di kolom juara kelas. Sering pula paskibraka di Istana Negara utusan Jawa Tengah merupakan anggota Tonpara.
Dapat Keluarga Baru
Beberapa minggu setelah diumumkan secara resmi menjadi bagian dari Tonpara, ada satu tradisi unik bagi para anggota baru. Penentuan 'marga Tonpara'. Bukan sembarangan marga lho ya. Marga Tonpara itu benar-benar seperti keluarga: tempat curhat masalah hati, tempat konsultasi studi lanjut, atau bisa juga sebagai temen nonton bareng. Jadi, jauh dari keluarga yang sebenarnya bukan berarti gak bisa merasakan kasih sayang yang sama, atau bahkan lebih dari saudara marga Tonpara.
Hubungan kemargaan Tonpara ini tidak berarti bubar jalan ketika sudah dinyatakan sebagai alumni SMA TN. Saking akrabnya dan merasa saling memiliki, tak jarang si alumni bela-belain datang hanya untuk kumpul marga, membahas apa pun yang terlintas di kepala, sesekali bercerita tentang bagaimana kehidupan di akademi, atau menumpuknya tugas dari dosen.
"Besok tugas, besok tugas, besok tugas."
Demi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Tonpara dibagi menjadi beberapa subunit dengan spesialisasi tugas yang berbeda-beda. Misalnya dalam upacara rutin Hari Senin, ada satu orang pembawa acara (MC), tiga orang pengibar, satu orang pembaca naskah Pembukaan UUD 1945, satu pelafal Tri Prasetya Siswa, ada juga satu orang pembaca doa, serta satu orang pengatur upacara.
Tentang Merah dan Biru, Warna Darahnya Tonpara
Tanda jabatan Tonpara ditandai dengan tali koor kombinasi warna merah dan biru. Ya. Tonpara memang identik dengan warna merah biru. Merah melambangkan loyalitas, tegas, disiplin, dan pantang menyerah. Di sisi yang berbeda, biru berarti fleksibel. Jadi jangan khawatir. Kalau kamu pernah dimarahin Tonpara waktu latihan baris, orang yang sama akan tertawa bersamamu di meja makan.
Pagi-pagi Udah Lari Aja
Orang boleh bangun jam 9 di Hari Minggu, tidur lagi, terus bangun tau-tau udah maghrib. Tapi Tonpara punya rutinitas lain. Tepat pukul 5 pagi, meskipun Hari Minggu, mereka sudah lari lapangan bola sambil bernyanyi dengan penuh semangat walau ada beberapa yang hanya komat-kamit sambil menahan kantuk, pembinaan pagi. Setelah lari, pembinaan dilanjutkan dengan push up, sit up, chinning, dan restok berganda. Boleh juga nih ditiru. Daripada ngebo sampai siang, akan jauh lebih bermanfaat melakukan suatu kegiatan yang produktif. Sederhana saja, lari pagi.
Catatan: Foto-foto di atas diambil dari akun instagram anggota Tonpara. Yang mau tahu lebih dalam, bisa langsung follow dan tanya-tanya aja. Pasti bakal dijawab kok. Sekalian ya, follow instagram @nosawahyu untuk tahu kehidupan saya lebih lanjut, heheh....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H