[7] Penyebutan Masyarakat Banjar di sini lebih untuk alasan teknis semata, mengingat munculnya istilah Banjar sebagai identitas etnis telah disepakati banyak ahli terkait dengan munculnya Kerajaan Banjar pada abad ke-16, bukan pada masa legendaris Negara Dipa.
[8] M.Z. Arifin Anis, 2005, Sejarah Adalah Kuburan Bagi Kaum Aristokrat (Refleksi Menjelang Pilkada di Kalsel) di dalam Jarkasi dan Taufik Arbain (editor), Berkelana Mencari “SULTAN” Banua Banjar, Banjarmasin, hal 26-27
[9] Husni Abar, 2002, Panembahan Muda Aling Datu Muning: Studi Kasus Tentang Kekuasaan Masyarakat Banjar, Pemda Tapin, hal 33
[10] Loc.Cit
[11] Gazali Usman, Op.Cit, hal 48
[12] Hasil Rumusan Seminar Sistem Nilai Budaya Masyarakat Banjar Dan Pembangunan, pada Opini Banjarmasin Post edisi Senin 18 Maret 1985
[13] Abar, Op.Cit, hal 60. Saat ini penyebutan Banua Lima diperuntukkan bagi lima kabupaten di Kalsel, yaitu Kabupaten Tabalong, HSU, HST, HSS, dan Tapin.
[14] Tamny Roeslan, 1981, Gerakan Muning: Sebuah Gerakan Sosial Dalam Perang Banjar, Tesis pada UGM Yogyakarta, hal 23s
[15] Helius, Op.Cit, hal 337
[16] Idwar Saleh,1979, Studi Mengenai Peranan Pangeran Antasari Dalam Perang Banjar Tahun 1859-1865 (Orientasi Sejarah Lokal), Depdikbud Unlam Fakultas Keguruan, Banjarmasin, hal 36
[17] Tamny Roeslan, Op.Cit, hal 19