[caption caption="Direktur Hulu Migas, Djoko Siswanto"][/caption]
Jagat twitter kembali dihebohkan oleh foto kontroversial pejabat tinggi negara. Kali ini adalah foto kelakuan hedon petinggi Kementerian ESDM Djoko Siswanto yang tengah naik jet pribadi. Dalam 3 foto yang beredar di dunia maya itu, Direktur Pembinaan Hulu Migas pada kementerian yang dipimpin oleh Sudirman Said itu tengah ditemani pramugari cantik dalam pesawat mewah tersebut.
Foto-foto itu diunggah dalam akun twitter @energibebas hari ini, Senin, 11 Januari 2016. Akun yang memiliki 6 ribuan pengikut itu menyebutkan private jet yang ditumpangi Djoko adalah milik bos perusahaan minyak dan gas.
Jika hal ini benar maka foto-foto ini merupakan hal ini merupakan tamparan keras bagi Kementerian ESDM. Pasalnya, tak elok seorang pejabat tinggi naik jet pribadi. Wong, Presiden Jokowi saja katanya naik pesawat kelas ekonomi untuk kunjungan kerjanya. Menteri Sudirman Said juga dikenal ‘bersih’ dan suka mengembalikan gratifikasi lho.
Apalagi, jika terkait dengan tarik ulur pengelolaan kekayaan minyak bumi dan gas. Sudah menjadi rahasia umum jika untuk memuluskan mengeruk kekayaan nusantara, para perusahaan migas tak segan merogoh kocek untuk para petinggi negeri ini. Berbagai service istimewa pun diberikan agar proyek deal.
Dalam kasus ini, pejabat tinggi yang menggunakan jet pribadi, apalagi perusahaan migas yang sedang mengincar pengelolaan migas di negeri ini jelas fatal. Akun @energibebas menduga hal itu terkait dengan dikeluarkannya tari ulur pengelolaan Blok Masela di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), provinsi Maluku. Jet pribadi yang digunakan Djoko, ditengarai merupakan milik bos perusahaan migas asal Jepang, Inpex Coorporation.
Seperti diketahui, Inpex Corporation mendesak pemerintah segera memutuskan skema pengembangan Blok Masela. Inpex telah mengajukan proposal pengembangan Blok Masela ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) pada awal September lalu. Inpex mengajukan skema pengembangan blok secara offshore (lepas pantai) dengan menggunakan kilang terapung gas alam cair ((floating liquified natural gas/FLNG ).
Seperti diketahui, FLNG merupakan skema yang merugikan negara dan dianggap terlalu menguntungkan asing. Sebab, Kilang Apung tidak memberi kontribusi pada pembangunan daerah. Hal ini pun pernah dikepret oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. Bisa dibaca disini : http://bisnis.liputan6.com/read/2339842/soal-blok-masela-rizal-ramli-ingin-ri-belajar-dari-sejarah Â
Rizal cenderung setuju Blok Masela dikelola secara landing atau pipanisasi yang akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar blok tersebut, serta membuka peluang munculnya kota-kota pelabuhan baru yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kilang ditengah laut ditengarai Rizal hanya menguntungkan asing dan memudahkan gas milik negeri ini dilarikan ke luar negeri.
Sebaliknya, SKK Migas dan kementriannya Sudirman Said justru lebih setuju Blok Masela dikelola secara lepas pantai sesuai dengan keinginan Inpex. Menurut mereka, cara ini lebih hemat investasi bagi investor asing yang ingin mengelola blok gas dengan cadangan terbesar yang dimiliki Indonesia itu.
[caption caption="Direktur Hulu Migas, Djoko Siswanto"]