Kabarnya si buronan mendapat imbalan karena bersedia wajahnya menjadi cover majalah tersebut.
Persoalan menjadi lain jika informasi tersebut seyogianya harus diketahui publik. Jika informasi itu hanya dikuasi satu media. Akibatnya, masyarakat tidak merata mengetahui informasi tersebut karena media-media lainnya tidak dapat menyiarkan informasi tersebut. Di sini terjadi apa yang dinamakan perkosaan terhadap hak mengakses berita oleh masyarakat maupun tindakan tidak adil terhadap media saingan yang dihalang-halangi kewajibannya dalam melayani masyarakat.
Persoalan itu ditambah lagi dengan konflik kepentingan yang ujung-ujungnya liputan wartawan menjadi bias.
Dalam menjalankan tugasnya wartawan memang harus akrab dengan nara sumber. Hal itu kemudian melahirkan wadah kebersamaan wartawan dengan instansi-instansi tertentu. Misalnya, teman-teman wartawan di lingkungan tertentu membentuk semacam unit atau kelompok-kelompok kerja di bidang liputan masing-masing. Ini tidak salah. Namun, dalam perkembangannya bisa berdampak kepada ketajaman seorang wartawan. Jurnalis menjadi malas mengembangkan berita karena hanya menunggu informasi dari instansi yang bersangkutan. Informasi itu di-share di grup whatsApp atau email atau media lainnya. Istilah untuk kelompok kerja atau unit kerja wartawan kerap disebut sebagai "beat".
Kedekatan ini pada akhirnya melahirkan berita yang seragam. Malah instansi tersebut kerap meminta informasi ini jangan ditayangkan. Sementara informasi ini sebaiknya ditayangkan berkali-kali ibarat running news gitu.
Menghadapi kondisi demikian banyak media yang kemudian me-rolling wartawannya. Mereka tidak diizinkan berlama-lama nge-beat di sebuah instansi. Ada media yang memberi waktu tiga bulan kemudian si wartawan dipindah ke pos lainnya. Ini salah satu cara agar wartawan tidak menjadi corong atau suara instansi yang diliputnya.
Namun bagaimana dengan sebuah peliputan yang note bene dibiayai sponsor. Apakah itujuga termasuk jurnalisme uang. Â Jika memang ada bukan tidak mungkin hasil peliputan dengan sponsor itu harus sesuai dengan framing yang memesan. Â Ya apa katanya yang mendanai.Â
Intinya wartawan boleh akrab dengan siapapun tetapi tetap bebas menjalankan fungsi kontrol sosialnya. Daya kritis pers tetap harus terjadi demi kepentingan publik. Dan itu hanya bisa terjadi jika teman-teman wartawan memelihara roh pers yakni mengabdi kepada masyarakat karena loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat.
Dan ingat kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran bukan kepada uang. Seperti kata Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam Sembilan Elemen Jurnalisme bahwa kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Nah lho! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H