Mohon tunggu...
Norma Hariyanti
Norma Hariyanti Mohon Tunggu... -

I believe, I can do

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar "About Cognitive", Why not?

5 September 2014   18:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:32 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak pernah terfikir olehku
Tak sedikit pun ku bayangkan
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri


Lhoch lhoch, kok jadi nyanyi sich. Lagu “Saat Terakhir” nya ST12 muncul begitu saja dalam ingatanku. Biasa lagi galau mikirin tugas mingguan dari pak Mukhlis. Minggu ini dapat tema buat artikel tentang sejarah psikologi kognitif beserta poin-poinnya yakni hubungan antara psikologi kognitif dengan ilmu kognitif dan metode penelitiannya. Tahu nggak sich, apa pengertian dari psikologi kognitif itu sendiri? Kognitif secara etimologis berasal dari Bahasa Latin cognoscere artinya mengetahui. Umumnya psikologi kognitif diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia. Adapun yang telah saya pelajari dari pak Mukhlis bahwa psikologi kognitif adalah kita mempelajari sepersekian detik dalam hidup kita (proses menangkap sensasi) mulai dengan mengingat, mengenali objek, membuat pola, menggambarkan, imajinasi, persepsi, atensi, berbahasa, hingga memecahkan masalah.

Kita sebagai orang awam tidak mungkin menciptakan sebuah teori tanpa membaca atau mengetahui dari mbah-mbah terdahulu kita. Sebut saja mbah Plato yang terkenal dengan rasionalisnya dan mbah Aristoteles dengan empirisnya pada masa klasik. Atau pakde Rene Descartes pada abad ke-18 dengan ungkapan terkenalnya cogito ergo sum yang artinya aku ada karena berpikir. Lanjut pada abad ke-19, muncul lah tokoh Wilhem Wundt yang melahirkan aliran strukturalisme. Pada saat yang bersamaan, William James mendirikan aliran fungsionalisme yang berlawanan dengan aliran strukturalisme. Dalam Psikologi sendiri banyak ilmuwan yang mencoba memenuhi pengertian-pengertian psikologi kognitif dengan pendapat-pendapat cemerlang para tokoh tersebut. Misalnya, Neisser(1979) mengartikan kognisi adalah kegiatan organisme untuk mengetahui, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan.

Psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemrosesan informasi. Pemrosesan tersebut mengenai banyak hal. Misalnya, saat kita diberikan pertanyaan oleh dosen secara tidak sadar kita mencari jawaban yang terekam dalam otak sehingga lama-kelamaan kita berhasil menjawab pertanyaannya. Ilmu-ilmu yang terekam dalam otak kita – linguistik,psikologi perkembangan, psikologi kognitif, filsafat dan lain-lain – jika digabungkan menjadi satu kesatuan maka disebut sebagai ilmu kognitif.

Apa hubungannya psikologi kognitif dengan ilmu kognitif? Menurut buku yang saya baca, akar ilmu kognitif sesungguhnya adalah psikologi kognitif, karena pada hakikatnya ilmu kognitif mempelajari proses-proses kognitf dasar dan perilaku yang ditimbulkannya.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam psikologi kognitif bersumber dari metode yang digunakan para peneliti Jerman (Wundt dkk.) untuk mempelajari memori, asosiasi, dan proses-proses psikologis. Seiring berkembangnya psikologi kognitif menjadi ilmu yang bersifat interdispliner, ilmu ini meminjam metode-metode penelitian dari cabang ilmu lain dan memodifikasi metode-metode tersebut untuk mempelajari proses kognitif. Ada dua jenis metode utama yakni (1) mengukur korelasi psikologis dengan dunia nyata, dan (2) mendokumentasikan kasus-kasus unik.

(1)Mengukur korelasi psikologis dengan dunia nyata

Metode-metode yang dimaksud adalah metode-metode yang secara spesifik mengukur reaksi atau respons terhadap peristiwa eksternal yang terjadi di dunia. Hal terbagi menjadi beberapa pecahan yakni :

a.Psikofisika (psychophysics) adalah studi ilmiah tentang hubungan antara stimuli dengan sensasi dan persepsi yang ditimbulkan oleh stimuli tersebut. Metode ini menghasilkan JND (just noticeable difference – perbedaan antara dua perangsang yang sedikit saja atau hamper-hampir tidak tertangkap indera, dalam satu seri percobaan) yang dilakukan oleh Weber.

b.Studi sel tunggal (single-cell study) telah digunakan oleh para peneliti seperti Hubel dan Wiesel (1959) yang memetakan korteks visual pada kucing. Studi sel tunggal termasuk studi yang bersifat invasif (melibatkan tindakan melukai subjek penelitian) karena para peneliti harus membuka tempurung kepala subjek. Tentu saja studi ini hanya dilakukan pada hewan, dengan atura-aturan yang telah ditetapkan.

c.Studi waktu reaksi, studi ini digunakan untuk meneliti proses-proses kognitif. Pada dasarnya, studi-studi semacam ini mengukur waktu yang diperlukan partisipan untuk menyelesaikan sebuah tugas sederhana seperti merespons sebuah sinar putih dan dan membandingkan waktu reaksi tersebut dengan waktu yang diperlukan partisipan untuk merespons sinar yang lain. Sehingga berbagai penelitian dalam psikologi kognitif mengevaluasi jumlah waktu yang diperlukan partisipan untuk merespons suatu stimuli atau dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu.

d.Studi priming, dalam studi priming, sebuah stimulus disajikan sekilas (prime) dan, setelah jeda beberapa saat, stimulus kedua disajikan dan partisipan diminta membuat penilaian terkait stimulus kedua. Dengan adanya tachistoscope (sebuah instrumen yang mampu menyajikan stimuli secara sekilas dan mengukur waktu respons), komputer, dan teknologi pencitraan otak, eksperimen-eksperimen priming telah menjadi semakin populer.

e.Studi pelacakan bola mata (eye tracking study), melalui studi pelacakan bola mata para peneliti menemukan bahwa penderita disleksia (kerusakan fungsi membaca) memiliki pergerakan bola mata yang berbeda dengan orang normal. Diasumsikan bahwa otak memerintahkan bola mata untuk memandang ke stimulus visul di dunia nyata yang penting bagi kinerja kognitif.

f.Studi lateralisasi (lateralization study), asumsi yang mendasari jenis studi lateralisasi semacam ini menyatakan bahwa seandainya sebuah objek diperuntukkan bagi otak kiri, namun pada akhirnya diproses oleh otak kanan (karena, misalnya, otak kiri mengalami kerusakan), akibatnya waktu pemrosesan akan lebih lama daripada bila objek itu sejak semula memang dipeuntukkan bagi otak kanan.

(2) Mendokumentasikan Kasus-kasus Unik

a. Studi kasus, para psikolog dapat mempelajari defisit atribut dan fungsi kognitif pada individu-individu yang mengalami kerusakan di bagian-bagian otaknya, seperti para penderita stroke. Ini disebut studi kasus klinis dan hakikatnya adalah kasus observasional, artinya bukan eksperimen. Pada zaman modern ini, kita memiliki teknik-teknik pencitraan yang memungkinkan kita mempelajari otak manusia dengan detil. Diasumsikan bahwa terdapat area-area khusus, terpusat, yang mengendalikan fungsi-fungsi tertentu dan tidak semata-mata bergantung pada jaringan neuron.

b. Studi pencitraan (imaging study), dapat dikategorikan sebagai pencitraan yang menampilkan struktur, proses, atau struktur dan sekaligus proses. Pencitraan terhadap struktur berguna dalam menyediakan detil-detil kerusakan neurologis dan perubahan terkait perkembangan biologis, sedangkan pencitraan terhadap proses smemungkinkan kita menentukan waktu dan lokasi berlangsungnya suatu kejadian.

c. Etika, para peneliti mempelajari prose-proses kognitif menggunakan subjek manusia dan binatang. Metode yang dapat diterapkan pada binatang belum tentu dapat diterapkan pada manusia. Metode yang dapat diterapkan pada orang dewasa pun tidak selalu dapat diterapkan pada anak-anak. Bagaimanapun juga, seluruh penelitian diwajibkan mematuhi panduan etik yang disahkan oleh hukum negara.

Jazakumullah, wallahua'lam bisshowaab.

REFERENSI

Solso, R.L.,Otto H. M., &  M.Kimberly M. (2007). Psikologi Kognitif -- Edisi Kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun