Mohon tunggu...
Norma Hariyanti
Norma Hariyanti Mohon Tunggu... -

I believe, I can do

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Yang Pernah Ku Dengar

27 Oktober 2014   09:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:36 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

9 tahun yang lalu, saat aku kelas 5 SD

Setelah asar, waktunya aku mengaji. Nah, pada saat itu ustadzah yang biasanya ngajar aku tidak datang. Akhirnya diganti sesi bercerita oleh adik ustadzah yang kebetulan sore itu pulang dari pesantren. Cerita yang sangat menarik untuk anak seusiaku, cerita apa lagi kalau bukan kisah hikmah. Mau tau ceritanya? Mau??? Simak kisah berikut ini, cekidooot.

Seorang santri, sebut saja Fulan, yang bertahun-tahun belajar tidak bisa mengaji sama sekali. Jika hari ini diuru’i alif besoknya lanjut diuru’iba’ , maka ingatannya tentang alif yang baru saja kemarin diajarkan kepadanya akan lupa karena yang ia tahu sekarang adalah ba’ begiru seterusnya. Alif dan ba’ adalah dunianya bertahun-tahun hingga dia sendiri heran. Ada apa gerangan dengan dirinya? Apakah dia sebodoh itu? Itulah hal yang berkecamuk dalam hati nuraninya. Sabar, sabar, dan sabar adalah yang selalu ditanamkan padadirinya.

Suatu ketika, ada Senior yang mengajaknya jalan-jalan. Diboncenglah Fulan diajak jalan-jalan keliling daerah tersebut. Senior berhenti kemudian Fulan disuruh melihat tiang listrik sama si Senior.

“Kalo yang tegak lurus berdiri itu ibaratkan huruf Alif”, kata si Senior.

“oh, ngoten tah”, jawab Fulan.

“Pokoknya yang bentuknya seperti tiang tersebut tegak lurus ibaratkan saja huruf Alif. Ngerti ra?”, terang Senior.

Nggeh ngertos, Kang”, jawab Fulan lagi.

Setelah itu mereka lanjut jalan-jalan lagi. Menyusuri indahnya ciptaan ilahi. Hingga pada akhirnya mereka merasa lapar. Dan berhenti di sebuah warung gorengan yang ditata layaknya warung padang, maksudnya piringya ditata rapi bertingkat seperti di warung padang.

Saiki pean delok piring sing nisore ono onde-ondene?”, perintah Senior kepada Fulan.

Wonten nopo onde-ondene, Kang?”

“Masalah.e duduk karo onde-ondene. Ibaratno piring sing isore ono onde-ondene iku huruf ba’. Pokok.e lek ono cekungan ngadep menduwur terus dinisore ono titik.e berarti koyo huruf ba’”, jelas Senior panjang lebar.

Fulan mengangguk-angguk memahami apa yang dikatakan oleh seniornya. Setelah jalan-jalan itu, Fulan ingat huruf alif dan ba’. Tidak dengan dengan huruf yang lainnya. Setidaknya ada kemajuan yang awalnya hanya alif atau ba’ saja sekarang ia ingat 2 huruf yakni alif dan ba’.

Hingga pada akhirnya waktu yang ditakutkan Fulan tiba. Fulan oleh keluarganya disuruh pulang karena sudah waktunya untuk pulang. Hati fulan galau, ia takut mengecewakan keluarganya. Sang Kyai mengerti dan memahami apa yang terjadi pada fulan. Akhirnya Fulan disuruh untuk menemuinya. Kemudian Fulan diberi segelas air yang sudah diberi doa oleh sang Kyai.

Mene mrinio, sampean ngaji. Sampean khatamno ben iso moleh”, dawuh.e Kyai.

Tapi, kulo mboten saget ngaos, Kyai. Kulo . . . “, belum selesai Fulan bicara

Wes, ndang turu. Mene isuk mrini khatamno ngajine”, potong Kyai.

Nggeh”, kata Fulan patuh.

Keesokan harinya, fulan meminum air doa sebelum menghadap Kyai untuk mengaji. Tak dinyana tak dikira, begitu lancar dan fasihnya fulan mengaji hingga membuat orang yang mendengarnya tidak akan percaya yang mengaji adalah si Fulan.

Shadaqallaahul’adziim”, Fulan mengakhiri ngajinya.

Dan tahulah kalian apa yang terjadi setelah kejadian tersebut. Memang tidak bisa dinalar oleh akal fenomena yang terjadi pada Fulan. Namun, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin bila Allah sudah berkehendak, Kun Fa Yakun. Wallahua’lam bisshawab

Halo, guys. Serius amat bacanya, amat aja nggak serius.

Nah, dari kisah di atas dapat diambil hikmah bahwa . . . bla bla bla.

Sekian terima kasih.

By: Norma Hariyanti si Pendengar Kisah

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun