seakan kau masih ada disisi kami...
Papa, 5 menit sebelum aku mendengar kabar duka itu...saat kau dikabarkan kritis aku berbincang dengan Jannah, adik kelasku. Aku berkata "mengapa orang yang akan memajukan kampus ini selalu diberi cobaan begitu berat?" dan setelah aku selesai mengucapkan kata-kata itu....Innalilahi wainnailaihi rojingun.....kabar duka datang darimu.... aku dan jannah melongo saat itu juga.... dan sehari kepergianmu aku bermimpi berjumpa denganmu, kau datang ke asrama dan menyuruhku untuk memakai bros warna merah jambu...aku tak tahu apa arti mimpiku....jika kau masih hidup maka akan kutanyakan ini padamu....bros merah jambu itu jelas sekali kau katakan itu dalam mimpiku...namun, bris merah jambu itu masih aku artikan hingga detik ini, dan belum ada jawaban yang pasti. Mungkin aku disuruh mendoakanmu, papa.
Papa, aku sangat tahu. Kau takan pernah membaca tulisannku ini sebagai salah satu tugas mata kuliahmu. Bukan lagi mata kuliah tentang pendidikan peserta didik, musik, psikologi, evaluasi pembelajaran, pembelajaran terpadu, metodologi penelitian kuantitatif, penelitian tindakan kelas, manajemen kelas, manajemen berbasis sekolah atau bahkan manajemen pendidikan. Kau doktor yang multitalenta. Tulisan ini sebagai tulisan yang ku persembahkan atas terima kasihku kepadamu, untuk kenangan tugas menuliskku terakhir kepadamu. Kaulah sang inspirasiku untuk menulis sebagai guru masa depan.... aku bangga padamu papa...kau doktor yang hebat.
Papa, tentu air mata ini akan mengering suatu saat nanti..
Namun kepergianmu masih kutanyakan sampai detik ini...
Mengapa kau begitu cepat pergi dari dunia ini...
Kau pergi saat putra putrimu masih dini...
Saat kampus baru saja mendapatkan pemimpin sejati..
Saat asrama baru saja memiliki pengayom hati...
Dan saat mimpimu masih banyak disini...
Papa, nasihatmu masih aku nanti, setiap hari...