Rasio yang digunakan adalah rasio lancar dan rasio kas. Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan diagram di atas, rasio likuiditas KINO di tahun 2021 adalah 1,51 artinya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 1,51 aset lancar. Kemudian tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,87 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin rendah dari tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas KINO semakin memburuk karena rasio berada di bawah rata-rata industri. Selanjutnya, rasio likuiditas VICI di tahun 2021 adalah 3,48 artinya setiap 1 uang lancar dijamin oleh Rp 3,48 aset  lancar. Kemudian di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 2,57 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin rendah dibandingkan tahun 2021. Namun, apabila dibandingkan dengan rata-rata industri, kondisi likuiditas VICI sangat baik karena rasio berada di atas rata-rata industri.
Selanjutnya, dari diagram di atas dapat dilihat rasio likuiditas MRAT di tahun 2021 adalah 2,13 yang artinya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 2,13 aset lancar. Kemudian di tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 2,48 yang artinya kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin tinggi dibandingkan dengan tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas MRAT sangat baik karena rasio berada di atas rata-rata industri. Adapun rasio likuiditas MBTO tahun 2021 yaitu 0,75 artinya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,75 aset lancar. Kemudian tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,68 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin rendah dibandingkan dengan taun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas MBTO sangat buruk karena rasio berada di bawah rata-rata industri.
Â
Berdasarkan diagram di atas, rasio likuiditas KINO tahun 2021 adalah 0,13 artimya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,13 kas dan setara kas. Kemudian tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,1 yang artinya kemampuan kas dan setara kas dalam menjamin  jangka pendek semakin rendah dibandingkan dengan tahun 2022. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas KINO memburuk karena rasio lebih rendah daripada rata-rata industrinya. Selanjutnya rasio likuiditas VICI tahun 2021 adalah 0,03 artimya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,03 kas dan setara kas. Kemudian tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,2 yang artinya kemampuan kas dan setara kas dalam menjamin  jangka pendek semakin rendah dibandingkan dengan tahun 2022. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas VICI memburuk karena rasio lebih rendah daripada rata-rata industrinya.
Selanjutnya, dari diagram di atas dapat dilihat rasio likuiditas MRAT di tahun 2021 adalah 0,04 yang artinya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,04 kas  dan setara kas. Kemudian di tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 0,75 yang artinya kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin tinggi dibandingkan dengan tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas MRAT sangat baik karena rasio berada di atas rata-rata industri. Adapun rasio likuiditas MBTO di tahun 2021 adalah 0,01 yang artinya setiap 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,01 kas dan setara kas yang artinya kemampuan aset lancar  menjamin kewajiban jangka pendek semakin tinggi dibandingkan dengan tahun 2021. Jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya, kondisi likuiditas MRAT memburuk ditandai dengan  rasio berada di atas rata-rata industri.      Â
2. Rasio Leverage
Rasio yang digunakan adalah Debt Ratio dan Debt to Equity ratio (DER). Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut: Â Â Â