Mohon tunggu...
Noris Yolanda
Noris Yolanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Ocean are my domain..

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kenalan Lebih Jauh dengan Gunung Berapi Bawah Laut, Fenomena Alam yang Menakjubkan dan Penuh Misteri.

2 Desember 2021   08:01 Diperbarui: 2 Desember 2021   14:44 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia terletak pada lingkaran cincin api Pasifik yang merupakan jalur gunung api. Gunung api ini tidak hanya terdapat di darat tetapi juga di laut. Gunung api yang ada di bawah laut atau biasa disebut gunung berapi bawah laut adalah ventilasi atau celah di permukaan bumi dimana magma dapat Meletus. Sejumlah besar gunung berapi bawah laut terletak di dekat daerah lempeng tektonik, atau biasa disebut dengan mid-ocean ridges. Sebagian besar gunung berapi bawah laut terletak di kedalaman lautan dan Samudra, akan tetapi ada juga gunung berapi bawah laut yang terletak di perairan laut dangkal. Jumlah gunung berapi bawah laut yang diperkirakan mencapai lebih dari 1 juta, dimana kebanyakan berada sekitar 1 km diatas dasar laut.

Untuk dapat mengidentifikasi keberadaan gunung berapi bawah laut beserta sebarannya, diperlukan penelitian geologi terpadu, yang meliputi bentang alam dan struktur geologi, sedangkan untuk mengetahui keberadaannya dapat menggunakan bantuan ilmu geofisika. Teknologi akustik multibeam echosounder menjadi salah satu komponen survei laut yang digunakan untuk melakukan pengukuran kedalaman laut secara cepat dan akurat, sehingga dapat dibuat model kondisi dasar perairan. 

Pemetaan detail dasar laut ini dimungkinkan dapat menghasilkan gambaran permukaan bawah laut secara lebih jelas. Pola-pola kelurusan yang nampak dari gambaran permukaan bawah laut dapat ditafsirkan sebagai pola struktur seperti memanjangnya bukit atau punggungan, serta lembah maupun gawir-gawir yang digunakan dalam melakukan analisis morfostruktur.

Kaidah-kaidah umum yang digunakan dalam menafsirkan struktur geologi seperti kelurusan patahan/sesar, bidang patahan atau perbukitan lipatan. Kelurusan juga dapat berarti jika ada referensi informasi bawah permukaan, Sehingga kondisi gunung berapi bawah laut dapat dipetakan. Dalam dua dekade pertama abad ini, Office of Ocean Exploration NOAA telah mendanai eksplorasi gunung berapi bawah laut, dengan misi Cincin Api ke Busur Mariana di Samudra Pasifik sebagai tujuan utama. Menggunakan Remote Operated Vehicles [ROV], para ilmuwan mempelajari letusan bawah air, kolam belerang cair, cerobong asap hitam dan bahkan kehidupan laut yang beradaptasi dengan lingkungan yang dalam dan panas ini. Penelitian dari ROV KAIKO di lepas pantai Hawaii menunjukkan, aliran lava Gunung Pahoehoe terjadi di bawah air, dan derajat kemiringan medan bawah laut dan laju suplai lava menentukan bentuk lobus yang dihasilkan. Pada Agustus 2019, dilaporkan sebuah hamparan batu apung mengambang di Pasifik Selatan antara Fiji dan Tonga.

Penyelidikan ilmiah selanjutnya mengungkapkan, batu apung tersebut berasal dari letusan gunung berapi bawah laut di dekatnya, yang secara langsung diamati sebagai gumpalan vulkanik dalam citra satelit. Penemuan ini akan membantu para ilmuwan memprediksi dengan lebih baik prekursor letusan bawah laut, seperti gempa bumi frekuensi rendah atau data hidrofon, menggunakan teknologi machine learning.

Ketika gunung berapi meletus, batuan cair di bawah permukaan bumi atau biasa disebut magma naik dari kedalaman bumi ke permukaan tanah atau dasar laut. Magma mengandung gas terlarut, yang membentuk gelembung karena tekanan pada magma berkurang selama proses naiknya. Letusan eksplosif terjadi di darat ketika gas-gas terlarut ini dilepaskan secara tiba-tiba seperti gelembung-gelembung dalam botol minuman bersoda, yang menyembur keluar saat botol yang dikocok dibuka, tekanannya dilepaskan sekaligus.

Di bawah laut, kejadiannya berbeda. Magma masih menghadapi tekanan menghancurkan berton air laut begitu mencapai dasar. Gunung berapi bawah laut yang mayoritas membentang sekitar 1000 meter di bawah permukaan laut, mengalami tekanan antara 92 dan 122 kali lipat dari permukaan laut. Para ilmuwan menduga, kondisi itu mengurangi daya ledaknya dan membentuk berbagai jenis formasi lava. Tekanan tidak hanya mengubah bagaimana lava terbentuk, tetapi interaksi antara air dan magma yang mendingin juga sangat berbeda dibandingkan ketika magma berinteraksi dengan udara.

Ketika air mengenai magma panas, pada 800 derajat Celcius, akan menguap dalam sekejap. Ekspansinya yang cepat menjadi uap bisa cukup kuat untuk memecah lava. Di sisi lain, ketika magma bersentuhan dengan air, perubahan suhu terjadi sangat dramatis sehingga magma langsung membeku dalam proses pendinginan. Ada dua jenis letusan gunung api bawah laut, Satu adalah yang dibuat oleh pelepasan lambat dan meledak dari besar gelembung lava, dan satu lainnya dibuat dengan cepat ledakan gelembung gas. Lava dapat mempengaruhi hewan laut dan ekosistem yang berbeda dari gas, sehingga sangat penting untuk dapat membedakan keduanya. Sama seperti gunung berapi yang ada di darat, berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan gunung api bawah laut meletus :

  • Lempeng Bumi Berdesakan

Penyebab Gunung Meletus terjadi karena lempeng-lempeng bumi yang saling bedesakan atau saling menghimpit satu dengan yang lainnya. Hal ini akan menyebabkan tekanan yang besar. Lalu mendorong kepermukaan bumi sehingga menimbulkan berbagai macam gejala tektonik. Selain itu, kondisinya bisa menyebabkan gempa vulkanik serta meningkatkan aktivitas geologi dari gunung berapi. Perlu diketahui, lempeng merupakan salah satu bagian dari kerak bumi yang akan terus bergerak setiap saat. Wilayah pegunungan atau gunung merupakan zona kedua lempeng atau lempeng-lempeng tersebut saling bertemu. Serta desakan yang mengakibatkan pertemuan itu menjadi penyebab dalam perubahan struktur dalam gunung berapi. Risiko gunung meletus menjadi lebih tinggi.

  • Tekanan Sangat Tinggi

Ketika tekanan sangat tinggi, akan ada dorongan cairan magma untuk bergerak ke atas dan masuk ke saluran kawah dan keluar. Apabila di sepanjang perjalanan magma dalam menyusuri saluran kawah mengalami sumbatan, maka bisa menimbulkan ledakan yang besar yaitu gunung meletus. Penyebab gunung meletus ini dipengaruhi pula besar tekanan dan volume magmanya. Semakin besar keduanya, maka semakin kuat ledakan yang mungkin akan terjadi. Kemudian dampak yang akan dihasilkan oleh ledakan gunung merapi ini juga akan semakin besar dan berbahaya.

  • Gempa Vulkanik

Penyebab gunung meletus adalah peningkatan kegempaan vulkanik yang terjadi. Gempa vulkanik adalah gempa bumi akibat aktivitas vulkanisme atau kegunungapian. Gempa bumi vulkanik juga terjadi karena aktivitas magma di dalam gunung berapi. Peningkatan kegempaan vulkanik bisa menjadi penyebab gunung meletus jika terjadi berkali-kali yang tercatat dalam alat pengukur getaran gempa bumi atau seismograf. Jika aktivitas kegempaan vulkanik semakin hari semakin banyak dan membesar, maka gunung berapi bisa meletus dan masyarakat di sekitar akan dihimbau untuk waspada, hingga mengungsi.

  • Pergerakan Tektonik

Pergerakan lempeng tektonik yang terjadi pada lapisan bumi termasuk penyebab gunung meletus. Pergerakan tektonik yang terjadi pada struktur lapisan bumi di bawah gunung, misalnya gerakan lempeng. Gerakan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya akan membuat magma tersebut terdorong ke atas hingga berada tepat di bawah kawah. Pergerakan tektonik ini juga akan menyebabkan suhu kawah meningkat secara signifikan. Naiknya suhu ini disebabkan karena naiknya magma hingga menuju tepat di bawah kawah. Selain itu, hal ini juga akan menyebabkan air tanah di sekitar kawah menjadi kering, hewan-hewan yang ada di gunung akan panik bahkan mereka akan turun gunung untuk menyelamatkan diri.

  • Deformasi Badan Gunung

Deformasi badan gunung adalah peningkatan gelombang magnet dan listrik. Dapat menyebabkan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam seperti dapur magma menjadi tersumbat, akibat deformasi batuan penyusun gunung. Deformasi badan gunung dapat diketahui dengan analisa geometrik yang dilakukan menggunakan data hasil pengamatan yang terdiri dari pergeseran dan regangan. Pergeseran menunjukan perubahan arah dan besar deformasi dengan menggunakan data posisi dari dua waktu pengamatan yang berbeda. Sedangkan regangan menunjukan gerakan tubuh gunung api dan tekanan magma yang diperoleh dari hasil regangan.

  • Suhu Kawah Meningkat Tajam

Ketika suhu kawah meningkat lebih panas secara signifikan bisa menjadi penyebab gunung meletus. Selain itu, pada kondisi ini para hewan akan mulai khawatir mencari tempat pindah, lalu tanda lain dengan berkurangnya air tanah di sekitar gunung, hingga kering. Suhu panas ini sebagai tanda dari magma yang telah naik mencapai lapisan kawah paling bawah, kemudian mempengaruhi suhu kawah keseluruhan. Ketika aktivitas ini sudah terjadi, maka risiko terjadinya letusan gunung akan lebih tinggi.

Gunung berapi bawah laut juga bertanggung jawab atas pembentukan pulau, sebuah pulau baru terbentuk di Pasifik Selatan setelah gunung berapi meletus di Tonga. Pulau ini 500 meter dan terbentuk pada bulan Desember 2014, dengan gunung api Hunga Tonga. Ini menunjukkan sedimen, formasi batuan dan juga berbatasan dengan gunung api bawah tanah. Pada tahun 2013, letusan gunung berapi lain terlihat di Jepang, yang membentuk pulau lain saat bergabung dengan pulau besar Nashino-Shima. Banyak pulau di seluruh samudera di bumi, terutama Pasifik, telah terbentuk sebagai akibat dari aktivitas vulkanik.

Berdasarkan informasi dari Badan Informasi Geospasial [BIG] bersama sejumlah kementerian dan lembaga menelaah penemuan delapan dari ratusan gunung bawah laut di Indonesia. Koordinator Pemetaan Kelautan BIG Fajar Mugiarto mengungkapkan, delapan gunung bawah laut ini lokasinya berada di perairan barat Sumatera, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur [NTT].

Berikut delapan gunung bawah laut yang sudah ditelaah dan diajukan BIG untuk dapat masuk ke dalam Gazeter Republik Indonesia:

  1. Gunung Bawah Laut Maselihe di Sulawesi Utara
  2. Gunung Bawah Laut Naung di Sulawesi Utara
  3. Gunung Bawah Laut Kawio Barat di Sulawesi Utara
  4. Gunung Bawah Laut Roa di Sulawesi Utara
  5. Gunung Bawah Laut Pagai di perairan barat Sumatera
  6. Gunung Bawah Laut Baruna Komba di NTT
  7. Gunung Bawah Laut Ibu Komba di NTT, dan
  8. Gunung Bawah Laut Abang Komba di NTT

Fajar menjelaskan, delapan gunung tersebut masuk kategori gunung berapi. Namun menurut dia, guna memastikan apakah gunung api bawah laut itu aktif atau tidak, harus dikaji lebih lanjut oleh kementerian yang lebih berwenang. Penelaahan delapan gunung api bawah laut ini mengacu pada dokumen B-6 Standardization of Undersea Features Names dari International Hidrographic Organization [IHO]. Dari aspek geometri, delapan gunung yang ditelaah itu dapat dikategorikan sebagai gunung bawah laut karena memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter dan memiliki bentuk kerucut. Sedangkan untuk di luar negeri, ada 5 gunung berapi bawah laut yang cukup terkenal, yang pertama yaitu Gunung West Mata yang terletak di Samudra Pasifik yang lokasinya antara Fiji dan Samoa di NE Lau Basin, kemudian yang kedua adalah Gunung Loihi yang lokasinya di Hawai, yang ketiga adalah Gunung Seamount X di Amerika Serikat, kemudian yang keempat adalah Gunung Kick ‘Em, Jenny yang berlokasi di lepas pantai utara Grenada, sebuah negara di kepulauan Karibia, dan yang terakhir adalah Gunung berapi bawah laut Marsili yang terletak di Laut Tyrrhenian, Italia. Kelima gunung berapi bawah laut tersebut masih aktif hingga sekarang dan cukup menjadi perhatian bagi para peneliti gunung berapi bawah laut di seluruh dunia.

Daftar Referensi :

https://hot.liputan6.com/read/4435740/6-penyebab-gunung-meletus-tanda-tanda-dan-dampaknya-bagi-lingkungan diakses pada 27 November 2021 pukul 10.00 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_api_bawah_laut diakses pada 27 November 2021 pukul 9.00 WIB

https://www.mongabay.co.id/2021/07/05/gunung-api-bawah-laut-fenomena-alam-yang-masih-misteri/ diakses pada 29 November pukul 20.00 WIB

Triarso, Eko., & Troa, R.A. 2017. PEMETAAN GEOLOGI GUNUNG API BAWAH LAUT KAWIO BARAT PERAIRAN SANGIHE-TALAUD MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER RESOLUSI TINGGI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir : Jakarta (diakses dari mendeley.com pada 29 November 2021 pukul 21.00)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun