For your information, weton adalah hari lahir seseorang dengan pasaran-nya berdasarkan penanggalan Jawa. Pasaran yang dimaksud yaitu penyebutan lima hari dalam penanggalan Jawa; Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon.
Merespon perkembangan zaman dengan percintaan terhalang weton. Serta sudut pandang dari keluarga yang pemegang teguh “perwetonan duniawi”. Dimulai dari obrolan singkat tentang dilarangnya saya mempunyai istri yang wetonnya kurang pas.
Kata Bapak waktu itu, “Lek golek jodoh ojo seng Wage, soal e wetonmu Pahing”. (Jika mencari jodoh jangan sama yang pasarannya Wage, sebab pasaran wetonmu Pahing).
Dilain waktu saya mengunjugi Kakek. Beliau berkata, “Ojo sampek ketemu 25 loh le”. (Jangan Sampai hitungan hari dan pasaran berjumlah 25 loh nak).
Dari dua pernyataan di atas, saya menemukan sesuatu yang berbeda dan harus dikombinasikan.
Pertama adalah tidak diperbolehkan mempersunting orang yang pasaran wetonnya Wage dan yang kedua adalah jumlahnya tidak boleh 25. Repot juga, saya pikir. Cari sama yang mau saja susah, apalagi harus ada syarat-syaratnya. Hahaha…
Di zaman yang serba digital ini, mencari weton seseorang sangatlah mudah. Bermodal tahu tanggal lahir dan cek di website "Ki Demang" akan terlacak wetonnya.
Sebenarnya dalam menentukan kecocokan pasangan, ada pula perhitungan neptu. Ini semakin ribet.
Pasangan yang mempunyai weton sama-sama Senin Pahing dengan neptu 13. Maka 13+13=26. Angka 26 tersebut akan dibagi-bagi dan menjadi patokan dalam menentukan perjalanan rumah tangga ke depan akan seperti apa.
Belum lagi jika ada keluarga yang meninggal. Maksudnya adalah pasangan yang telah menentukan tanggal pernikahan tidak boleh di hari meninggalnya kakek, nenek atau keluarga yang lain.
Ada juga peraturan tidak boleh menikah di hari kurang baik seperti galengan tahun. Saya tidak akan membahas ini karena akan semakin membingungkan.
Dalam kasus terakhir yang saya tahu sendiri adalah weton sudah cocok, tinggal menentukan hari baik untuk pernikahan.
Dihitung dengan pertimbangan-pertimbangan di atas tadi, ketemulah hari yang paling baik. Dan ternyata, ada keluarga yang meninggal di hari baik itu, kedua keluarga tersebut memutuskan tidak jadi menikahkan keduanya. Huhuhu sedih banget…
Lalu bagaimana jika sudah sangat saling mencintai?
Sebelum itu, alasan mengapa harus ada perhitungan dan pertimbangan di atas. Saya lebih suka menyebut itu semua adalah sebab adat. Adat merupakan kebiasaan masyarakat hingga menjadi budaya.
Dengan adanya perumusan weton, adalah produk dari budaya sebagai sarana komunikasi antar kedua keluarga. Bayangkan saja jika membahas hari-hari yang sangat bersejarah dirumuskan dengan biasa saja, tidak adanya hegemoni budaya di dalamnya.
Dalam buku “Dunia Simbol Orang Jawa” karangan Sindung Haryanto menjelaskan bahwa karakter orang Jawa suka menyatakan segala sesuatu dengan tidak langsung.
Filsafat dan pandangan hidup orang Jawa merupakan hasil krida, cipta, rasa, dan karsa sebagai refleksi dari realitas kehidupan (kasunyatan). Pandangan hidup orang Jawa banyak dipengaruhi oleh budaya animisme-dinamisme, Hindu, Budha, dan Islam.
Dan itu semua merupakan simbol bentuk komunikasi yang tidak langsung, artinya di dalam komunikasi tersebut, terdapat pesan-pesan tersembunyi sehingga makna suatu simbol sangat bergantung pada interpretasi individu.
Dalam pandangan agamawan Islam, hitungan weton tidak ada. Sebab bertentangan, karena mendahului kehendak Tuhan dan semua hari itu baik.
Tapi, kembali lagi weton adalah adat yang sudah disepakati oleh masyarakat banyak di Jawa. Adanya ajaran doa empat puluh orang sama dengan satu wali, di mana Tuhan akan mengabulkan doa tersebut adalah ketakutan agamawan Islam.
Karena adat ini sudah membudaya, dikhawatirkan banyak orang membicarakan yang kurang baik akan berakibat terkabulnya omongan tersebut.
Kembali lagi pada pertanyaan jika terlanjur cinta bagaimana?
Banyaknya siasat yang bisa diambil, bahwa ini adalah interpretasi individu. Pengalaman saudara saya yang ketemu Wage dan Pahing, awal perjalanan kehidupan mereka memang berliku-liku karena dianggap weton keduanya keras.
Banyak percekcokan di dalamnya, rezeki yang susah didapat dan sering sakit-sakitan.
Sampai pada suatu ketika, ada seseorang yang menyarankan untuk membangun pernikahan kembali atau biasa disebut bangun nikah. Di dalamnya hanya pengulangan akad dan sedekah.
Tidak berhenti disitu, sedekah diharuskan setiap tahun minimal satu kali dengan memberi anak yatim, piatu, fakir dan miskin. Bagi saya ini sangat sejalan dengan ajaran Islam, di mana sedekah adalah penolak masalah dan pembuka pintu rezeki.
Pengalaman tetangga saya yang jumlah wetonnya ketemu 25. Hampir sama, langkah-langkah yang diambil seperti di atas. Yaitu memperbanyak sedekah.
Dalam wawancara Patuk Letto dengan Emha Ainun Najib, seorang budayawan sekaligus agamawan pada kanal Youtube CakNun.Com. Beliau berkata, “Andaikan pun wetonnya memangnya tidak cocok menurut itungan prombon Jawa, Anda bisa atasi, kok. Langsung.
Kalo Anda langsung ke Alloh kan semua bisa di atasi”. Menurut saya, maksud langsung ke Alloh ini adalah menyerahkan segala urusan kepada Alloh dengan usaha seperti contoh kasus di atas; memberikan sedekah kepada anak yatim, piatu, fakir dan miskin.
Bukan berarti jika tidak ketemu Wage dan Pahing atau weton ketemu 25 tidak boleh sedekah. Melaksanakan sedekah di sini hanyalah usaha bagi yang ragu atau dirasa mengganjal akan ketidak cocokan weton tersebut.
Kesimpulannya anda boleh percaya, boleh tidak. Tetapi jangan sampai terpengaruh berlebihan hingga pilih-pilih dan telat menikah atau bahkan tidak menikah. Belum tentu yang wetonnya cocok akan mudah mencari rezeki, tidak pernah bertengkar atau bahkan tidak bercerai.
Banyak kasus-kasus meskipun wetonnya cocok tetapi tidak sesuai ramalan primbon tersebut. Bisa jadi adanya ketidak cocokan tersebut sebagai tantangan dan strategi dalam menghadapi kehidupan yang akhirnya menjadi pemicu untuk memperjuangkan cinta anda. Eaaa, dasar bucin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H