Mohon tunggu...
Norika Dewi
Norika Dewi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

a reader, a listeners..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oooh, Juwita

2 Agustus 2010   07:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:22 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Juwita, sebut saja begitu. Ketika ku dapat add friend requestku terdapat namanya. Aku memang bukan orang yang mau dengan mudah mengenal orang lain. Kecuali untuk orang-orang komunitas tertentu seperti teman sekolah, forum, milis atau teman jejaring sosial lain. Juwita adalah teman akrab ku dulu masa SMP. Kami berteman baik sejak dari bangku kelas satu. Maklum kala itu kami satu kelas, dan tempat duduknya pun berdekatan. Kami kenal baik, terbukti dari keseringan kami bermain mengunjungi rumah satu sama lain. Kedekatan itu tak berlangsung hanya se-semester atau dua semester. Karena pada saat kelulusan datang, kami pun masih saling bercerita berbagi bayangan masa depan. Sampai akhirnya, aku harus pamit diri untuk ke Kota Bahari ikut jejak orangtua  yang berpindah rumah. Otomatis, masa SMA pun kami lalui dengan pisahan jarak dan waktu.

Setahun dua tahun tanpa kabar berita, karena aku sama sekali tak tahu nomor ponsel-nya, atau hafal alamat tinggalnya untuk menyambung silaturahmi via sahabat pena. Sampai hari itu, mungkin sudah hampir enam tahun kami tak bersua. Facebook yang katanya bisa membawa bencana atau musibah bagi penggunanya mampu mempertemukan kami.

Pertemuan di Facebook itu kemudian ku sambung dengan obrolan singkat via SMS dan telpon. Tak disangka tak diduga, Juwi begitu panggilan akrabnya mulai kembali ke Juwi yang dulu. Yang polos bercerita mengenai hal-hal yang dialaminya. Kesedihan-nya, permasalahan hidupnya, beban ekonomi keluarga dan entah apa lagi yang menyelimuti batin  lugu-nya.

Ah tetapi, Juwita yang dulu ku kenal tak seperti yang sekarang. Juwita yang dulu adalah Juwita yang polos dan menghargai lawan jenis. Takut menyakiti orang lain dan begitu paham cara membuat orang lain agar tak sembarang berpikir tentangnya. Tapi kini, Juwita yang sekarang adalah Juwita yang tak peduli kata orang. Tak peduli milik orang. Juwita yang sekarang, adalah Juwita yang akan mengambil suami orang. Aaah, mirip Krisdayanti yang mengambil Raul Lemos dari Atha saja.

Juwita yang kini, tak malu mengumbar aurat. Tak peduli teman pria-nya sudah punya anak. Tak takut karma akan menjerat masa depannya. Aaah, apa katanya ketika ku ingatkan tentang semua itu? Ia hanya wanita yang terlanjur disakiti dan dinodai oleh pria seusia kami. Ia bosan dikerjai, di manfaatkan dari segi fisik dan materi. Dari pria beranak istri itulah, ia merasa ada keteduhan hati. Pasrah menjalani nasib yang seolah diombang ambing. Ia kini berbody mulus nan aduhai, kulit dan rambut halus lurus perawatan salon, ditambah rentetan kawat di gigi yang ku tahu tak sedikit duit yang diperlukan untuk memasang serta merawatnya. Hebatnya lagi kau tak perlu repot banting tulang demi uang. Kini dunia memang di setir materi.

Juwita memang masih menghargai-ku sebagai sahabatnya. Ia memang mendengar semua perkataanku, tapi tidak untuk menjalankan nasihat dari ku. Aaah, Juwita. Beginikah waktu yang menyeretmu pada pergaulan yang tak bisa kau anggap salah atau benar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun