Ya Allah,,, umurku sudah 23 tahun, tidak terasa umur muda sudah mulai lenyap dari keseharianku, tatihan kaki sabban hari melangkah dalam kesunyian, terbungkus dalam letih dan lesu semakin menjauh takberdaya. Tatapan mata beranika ragam warna, suasana yang tidak lagi kekanak kanakan berubah menjadi canda anak remaja, dan pindah mejadi otak yang mulai menuju garis masa depan yang jumawa.Â
Hah otakku mulai melamun ngelantur kemana-mana dibalik kesendirian menyatu dengan suasana senyap bak tak ada makhluk yang hidup kecuali daku sendiri dalam kesunyian malam ini, entah malam ini terasa berbeda dengan malam biasanya, sulit aku terjemahkan.
“zain,,,,? Panggil mama ku dari balik pintu sambil berjalan menuju kehalaman dimana aku duduk bercengkrama dengan bengisnya angin malam, di temani rokok surya dan kopi hitam sudah hampir dingin, yang tidak bisaterpisahkan denganku, kerana memang sudah menjadi kebiasaan di pondok nongkrong bersama sahabat seangkatan yah,, ngomongin segala macam hal mulai dari suatu hal yang bermanfaat sampai yang bermartabat dan sudah menjadi kebiasaan setiap santri dimanapun rokok dan kopi menjadi teman setia baik jikalau bersama maupun sendirian, bahkan ada yang bilang, ngopi adalah tradisi santri kalo gak ngopi gak keren, yah Cuma label buatan dari santri pecinta kopi itu sendiri sebenarnya.
“iya mam,,,! jawabku lemah meskipun aku sempatkan melempar senyum penawar gundah dengan pandangan mata yang mengikuti tatihan kaki mamaku hingga tiba di hadapanku.
“zain,,,  gak mau masuk, dah jam 23;14. entar masuk angin. kok keliatannya anak mama mukanya murung gitu, ada apa? Cerita dong sama mama,..! ujar mamaku sambil menepuk punggungku kemudian duduk di samping kiriku mencoba menerka suasana hatiku, layaknya sang peramal handal.
“gak maaa,,, Cuma kepikiran aja sama hafalan Al-Qur’an zain yang masih baru 20 juz, sedangkan sekarang  ada seseorang yang mencoba hadir dalam diriku dan itu membuatku tenang dan bahkan bahagia jika mengenalnya lebih dekat. aq bingung,,! Apakah ini jalanku, dia sebagai seseorang yang telah Allah persiapkan untuk zain ataukah sebagai ujian dalam perjuanganku untuk hafal Al-Qur’an.Â
Dan maa,, meskipun zain masih belum kenal,, tapi Cuma pernah satu kali aku liat dia di pondok pas zain ngerim dek atikah waktu itu, tapi rasanya itu sudah cukup apalagi dia orangnya sudah hafal Alfiyah 1002 bet dan memang Akhlaknya bagus kata adikku ma,,, menurut mama gimana,,? ujarku mulai terbuka dengan kepribadianku pada mama meskipun aku agak malu menceritakannya.
“emmmm,,,,,,,
Maah kok malah senyum sih,,,, serius nih ma,, biar zain gak kepikiran waktu balik pondok besok. Balasku agak jengkel melihat mama natapku dengan tatapan ledekan tersenyum.
“ia gini anakku kalo kamu memang sudah srek dengan dia, apalagi sekarang kamu udah umur 23 dan dia juga masih 18 tahun, lanjutin aja hafalan kamu diapun sama melanjutkan belajarnya, baru nanti kalo kamu sudah hafal semuanya boleh kamu usulkan itu lagi sama mama dan papa kalo perlu mama dan papa sendiri yang ngurusin dia untuk dijadikan jodoh kamu, tapi,,, nannntiii…!untuk saat ini kamu fokus, katanya mau ngasih mahkota dan jubah kemulian untuk mama dan papah.?Â
kata mamaku menasehati, tersenyum sampai gigi depannya keliatan dan tampak manis walaupun wajah kencangnya sudah mulai ada kerutan, rambutnya mulai ada yang memutih satu persatu. Oea gini,, kan jodoh itu sudah ada yang ngatur jadi kamu gak perlu ribet dengan apa yang Allah sudah tentukan sebab bagianmu tidak akan pernah ketuker dengan jodoh milik orang lain dan kamu harus yakin itu. Lanjut mama, bijak.