Mohon tunggu...
Nor HeldaYanti
Nor HeldaYanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Instan Menjadi Viral di Media Siber

28 Desember 2018   18:59 Diperbarui: 28 Desember 2018   23:43 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Instan adalah sebuah jalan alternatif yang dapat pula dikatakan jalan-pintas guna mewujudkan impian seseorang. Sesuai dengan julukan yang diberikan fenomena ini, instan adalah 'siap-santap' atau ready for eating. Untuk mewujudkan impian tidak perlu repot-repot, sebab fenomena instan ialah terwujudnya impian dalam waktu yang sangat cepat, serta tidak harus lama-lama menantinya. 

Kisah-kisah sukses yang kian menjadi perhatian khususnya generasi muda, diyakini bahwa seseorang yang mampu meraih kesuksesan adalah mereka yang memiliki jiwa pekerja keras, ketekunan, keuletan, ketabahan serta kesabaran yang tak berujung, laksana ungkapan "sekali merengkuh dayung dua-tiga pulau terlampaui". Cita-cita yang digantung setinggi langit harus terealisasi dalam tempo yang singkat. Karena , zaman yang penuh kecanggihan ini maraknya ungkapan dahulu telah terpinggirkan seperti "sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit".  Ungkapan tersebut tampak mewakili dari sebuah fenomena instan.

Meskipun begitu, fenomena instan bukanlah sebuah fenomena yang harus disalahkan, disesali,maupun dijadikan kambing hitam. Pada dasarnya fenomena instan jika kita lihat dari kacamata positif bahwasanya mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan zaman.
Tak sedikit orang yang terjangkit popularitas instan. Banyak hal dilakukan demi mendapatkan kepopuleran di media sosial. Sayangnya, tak semua orang mempertontonkan sesuatu yang layak mendapatkan apresiasi. Sebagian besar mereka mempertontonkan aksi yang dianggap konyol atau bodoh untuk mendapatkan perhatian publik.

Hal ini jelas bukanlah hal yang benar. Mempertontonkan kebodohan sebagai jalan pintas untuk memperoleh popularitas terkadang memang efektif. Akan tetapi, popularitas tanpa kreativitas akan sangat mudah dilupakan publik.

Sayangnya, tidak banyak yang berpikir demikian. Si pemilik konten yang mempertontonkan aksi yang dianggap konyol atau bodoh merasa senang karena postingannya viral.Seakan tidak peduli kepopulerannya penuh sanjungan atau hujatan. Yang terpenting,ia terkenal. Tentu, ada banyak keuntungan finansial apabila bisa jadi populer di media sosial.

Dengan hadirnya smartphone yang dilengkapi kamera, banyak kejadian atau momen yang terekam dan diabadikan. Banyak juga yang menggunggah foto atau bahkan video ke internet untuk tujuan tertentu.

Menurut saya, sah-sah saja orang yang memiliki keinginan untuk dikenal orang banyak. Hanya saja, sebaiknya untuk menjadi orang yang populer seharusnya mampu memberi konten - konten yang bermanfaat.

Satu - satunya yang bisa dilakukan adalah berpikirlah dengan cerdas, bertindaklah dengan bijak. Jangan mau terus - terusan jadi korban.
Keberadaan situs dan berbagai media sosial yang digunakan sebagai media untuk menyebarkan konten viral tidak bisa sepenuhnya disalahkan dalam hal ini sebab itu hanyalah sebuah media, ibarat kertas putih dan masih kosong yang bergantung pada pemiliknya.

Terimakasih .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun