Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Novianto
Muhammad Rizki Novianto Mohon Tunggu... Desainer - CEO of Nordicalism Designs

I am nothing and I don't know anything...

Selanjutnya

Tutup

Love

Ada Apa dengan Mereka?

23 Februari 2023   21:58 Diperbarui: 23 Februari 2023   22:00 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 17.38 WIB, malamnya 'anak muda' untuk 'berkongko', dan 'bercinta', serta 'berhubungan seks'. Awalnya, semuanya tampak normal, para pengunjung pun menikmati menu pesanannya sambil saling 'chit-chat' satu sama lain, kecuali, Aku yang memang sendirian di situ, dan tak ada hal mencurigakan sama sekali. Namun, setelah 6 menitan Aku menunggu dipanggil oleh antrean pesanan makanan di suatu kedai yang bersuasana 'Cozy', Aku dipaksa pindah fokus ke mereka (yang duduk berhadapan berada 4 meter di sebelah barat-lautku yang pejantannya memunggungi pandanganku), yang awalnya Aku hanya sedang duduk sambil menikmati rokok, serta beberapa kali, Aku melihat-lihat pemandangan lalu-lalang sekitar,  juga desain aksesoris seperti dekorasi ruangan, poster, menu makanan, dan sejenisnya, serta Aku menggulir-gulirkan ponselku untuk melihat apa saja kabar terbaru dan terpanas di akun media sosial 'Pinterest', 'Behance', 'Dribbble', 'Resplash', 'Zazle', 'Flickr', 'Instagram', '500px', 'Facebook', 'Linkedin', 'Indeed', 'Freelancer.id', 'Kompasiana', 'IDNTimes', sang betina tersebut berkata kepada pejantan di hadapannya seperti berikut:

"Telah habis semua sabarku untuk tetap diam dan membiarkan melihat kelakuanmu yang menyakitkanku. Awalnya, Aku beranggapan, itu hanya sebuah 'hal lumrah' dilakukan dengan sambil seiring waktu pun tetap berjalan. Namun, hal itu telah sampai batasku. Aku pikir..., kita cukup hanya sampai di sini, setelah lama kita berjalan satu tujuan. Jatuh-bangun, terseret, dan terhempas, semua itu pernah kita lewati. Akan tetapi..., semakin ke sini, Kausemakin berbeda, seharusnya kita bergerak ke barat, kenapa Kamu malah ke timur! Sekarang, terserah mau apakan masa depanmu, asal jangan Kaulibatkan Aku di situ, karena, Kupunya mimpi!"

Sebelum sesaat Aku melangkah maju, karena, namaku telah dipanggil oleh si pramusaji untuk mengambil menu pesananku, dengan sengaja, Aku melirikkan kedua mataku 3 detik ke arah si betina berkulit krim cerah, yang tingginya 162cm, dengan rambut sepinggang yang dicat cokelat pirang, kacamata hitam yang tergantung di bolongan leher kaos hitamnya yang bertuliskan 'Greenlight' putih di depan dadanya dengan celana 'skinny' biru langit, tas 'Chanel' hitam yang diletakkan di atas meja, dengan sepatu 'Chuck Taylor' putih tersebut dengan sorotan matanya tajam (seakan mau menerkamnya secara kanibalisme) ke arah pejantan di hadapannya (sebelum ia membuang wajah dari pejantannya), nafasnya tersengal  (seperti seseorang sedang mengambil ponselnya yang tertinggal di meja makan umum), kedua tangannya yang menyangga dagunya (sebelum ia menampis tangan sebelah kanan pejantannya yang mau memegang kedua tangannya). "Shrekk...!!!" jus alpukat dan es kopi latte serta kuah mie-nya muncrat ke meja akibat tangkisan tersebut.

Sesudah Aku dipanggil dan hendak ke kursi yang Aku duduki tadi, Aku melihat si betinanya pergi begitu saja dengan sesegukan, dan arloji 'Bremont' hitam yang melingkari lengan kirinya, dijadikan sebagai sumbatan atas 'air asin' yang merembes hilir dari kedua lubang ingusnya, dengan disusul larian pejantan yang sesama berkulit cerah, bertinggi badannya lebih tinggi 6cm dari betinanya, rambut ala Sigit Poernomo, serta setelan pakaian, sepatu, dan jam yang sama dengan yang dikenakan dengan betinanya, serta berkalungkan cincin, itu menuju ke pintu keluar berwarna cokelat yang ada gantungan putih bertuliskan 'Dorong' sambil berusaha memegang tangan kanannya dan berteriak, "Naya..., tolong, dengarkan Aku, kita belum selesai bicara!" Namun, betina itu tak menghiraukannya dengan dibersamai beberapa pengunjung yang dipaksa mengamati mereka (sejenak) karena teriakan dari si pejantan tersebut.

Di dalam pikiranku meninggalkan pertanyaan atas peristiwa tersebut, "Kesalahan apa yang telah diperbuat oleh pejantannya kepada si betina tersebut, sehingga, membuat si betinanya marah (terbendung dan termuntahkan), apakah ia melalaikan tanggungjawabnya terhadap si betina tersebut atau ia ketahuan selingkuh?"

Hmm..., apa kalian juga tidak bertanya demikian atas kejadian tersebut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun