Sukacita Panggilan Vinsensian: Api yang Menyala
Spiritualitas, semangat dan inspirasi perutusanku bersumber dari Santo Vinsensius a Paulo, pewarta kabar gembira kepada orang-orang miskin. Santo Vinsensius a Paulo berasal dari Perancis, tampil menginspirasi gereja di masa-masa sulit akibat konflik, perang, revolusi Perancis. Ia mendirikan kongregasi Misi (CM) dan Suster Putri Kasih (PK). Di kemudian hari hingga saat ini, ada berbagai kongregasi, tarekat religius dan awam mengikuti spiritualitas hidupnya dalam karya misi perutusan. Sebut saja kongregasi seperti CMM, SCMM, KYM, PMY, Alma, dan banyak lagi, termasuk serikat awam seperti SSV, dll.Â
Mengenai hidup dan perutusan, Ia mengajarkan lima keutamaan yang menginspirasi banyak orang hingga saat ini. Kerendahan Hati (humility), kesederhanaan (simplicity), kelembutan (meakness), mati raga (mortification), menyelamatkan jiwa (zeal for soul). Santo Vinsesius a Paulo adalah santo yang memilih cara hidup religius yang terjun ke dunia. Ia bersama banyak pengikutnya hingga saat ini tergerak melakukan pelayanan kepada yang miskin di dunia sekitar. Lalu, apa yang mendorongnya melakukan semua gerakan ini. Apa yang menjadi sukacita hidup dan pelayanannya. Teladan Yesus yang melayani orang miskin menjadi spiritualitas dan kharisma hidupnya. Hatinya tergerak oleh belaskasihan melihat penderitaan di sekitar, seperti Yesus tergerak hatinya melihat orang miskin.Â
Spiritualitas adalah sebuah cara hidup untuk mencintai Allah. Mencintai Allah dalam semangat Vinsensius a Paula berarti bekerja keras. Menurutnya, cinta kepada Allah bermuara pada karya, yakni usaha melaksanakan kehendak Bapa. Bagi Vinsensius doa dan karya harus merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kepada para suster Puteri Kasih, ia mengungkapkan "bila harus meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas, karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam diri orang miskin." Ungkapan ini seringkali dikenal dengan istilah meninggalkan Allah demi Allah.Â
Warisan spiritualitas Vinsensius ini menjadi sebuah sukacita bagi para pengikutnya. Saya bersyukur menjalani panggilan ini dalam terang spiritualitas yang terinspirasi dari santo Vinsensius a Paulo. Menjadi Frater CMM adalah sebuah pilihan yang membawa sukacita. Sukacita saya terletak pada spiritualitas Frater CMM yakni "Persaudaraan dan Belaskasih". Seorang biarawan Frater CMM bersukacita dalam hidupnya. Mereka memiliki semangat dan hal keutamaan kesederhanaan, kelembutan, persaudaraan, belaskasih, percaya pada penyelenggaraan Ilahi.Â
Penutup: Transformasi Perutusan Bersama KristusÂ
Pilihan, prioritas, motivasi dan komitmen hidup dan perutusan pada masa medior ini hendaknya dipersatukan dalam konteks kesiapsediaan untuk diutus bersama Kristus. Pembaharuan dan transformasi hidup, panggilan dan perutusan perlu dibangun kembali dalam diri seorang yang berada dalam masa medior. Transisi medior bisa menjadi gembira, stabil dan membahagiakan kalau dimulai dari fondasi spiritualitas yang kokoh dan kuat.Â
Satu pertanyaan penting yang perlu selalu direnungkan seorang medior dalam perutusannya adalah kata-kata "Quid nunc Christus." Apa yang akan dilakukan Kristus bila IA berada pada saat dan situasi kita. Kristus hendaknya menjadi penggerak, sekaligus pedoman cara bertindak dan bermisi kita. Keberadaan dan eksistensi hidup kita, hendaknya dijiwai oleh kasih Kristus, yang menjadi manusia, mencintai, mengasihi dan solider dengan kemanusiaan kita. Â
Peristiwa Natal, adalah peristiwa kelahiran Tuhan yang mau menjadi sama dengan manusia,mau solider, mau berkolaborasi dengan manusia dalam rencana karya penyelamatan Allah. Maka merenungkan transisi hidup medior dalam terang Natal kelahiran Tuhan, dalam peristiwa hidup dan karya penyelamatan Kristus, dapat memberi sukacita, kegembiraan. Transisi medior adalah kesempatan menyalakan kembali api semangat, diutus dan berkarya bersama Kristus. Bersama Kristus yang mulai memasuki sejarah manusia melalui peristiwa Natal, kita mampu bertranformasi dalam hidup, karya dan perutusan kita.Â
Mengakhiri suatu masa 2024 tentu meninggalkan banyak catatan, kisah, pengalaman yang indah, diterima bahkan ditolak. Kini kita akan memasuki sebuah masa baru, transisi waktu menuju 2025. Waktu-waktu ini bisa saja diwarnai tangisan akan suatu peristiwa dan pengalaman yang telah berlalu. Misalnya pengalaman ditinggalkan keluarga, sahabat, atau kegagalan tertentu. Transisi ini bisa berjalan mulus, indah, bila kita mengambil waktu, bermenung tentang waktu yang tersisa yang diberikan kepada kita.Â
"Quid Nunc Christus." Tuhan sekiranya Engkau ada di sini, dalam peristiwa, momentum, pengalaman yang sedang saya alami, apa yang akan Engkau lakukan. Akhirnya, melalui kutipan indah ini, semoga memberi inspirasi, perspektif, kesadaran baru yang tetap menyala dan menginspirasi sesama dalam hidup di tengah-tengah dunia. Selamat Natal, Selamat Tahun Baru!Â