Mohon tunggu...
Norbert Banusu
Norbert Banusu Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMAS Frater Don Bosco Lewoleba

Samudera biru yang tenang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transisi Masa Medior, Transformasi Menyala dan Menginspirasi

24 Desember 2024   15:27 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Periode transisi medior dapat menjadi masa yang indah, masa yang menyenangkan, ketika kita tidak lagi berusaha menghabiskan waktu untuk menyenangkan orang lain. Fokus kita bukan lagi pada pemenuhan kepentingan kita atau kepentingan kesenangan orang lain. Kita lebih fokus membuat pilihan-pilihan kita, membangun struktur hidup sesuai pilihan kita dan memusatkan perhatian pada tujuan dan nilai tertentu yang hendak dicapai. Ada masa kosong di antara transisi masa akhir menuju masa awal suatu perubahan. Waktu kosong dapat menjadi kesempatan merefleksikan, mempertanyakan nilai, tujuan, cita-cita dan struktur hidup kita. Kesempatan mempertajam dan memperkuat diri menuju sebuah transformasi. 

Transisi medior dimulai dari suatu akhir di mana kita menempatkan diri pada situasi baru, mempertanyakan alasan di mana kita berada saat ini. Tentu saja mengakhiri sesuatu dapat saja memberi rasa sakit. Ada ratapan dan tangisan ketika mengakhiri sesuatu, misalnya ketika akan menjalani sebuah perutusan baru. Transisi akan dimulai ketika kita mulai fokus pada masa depan dan tidak tergoda untuk menilai atau mengevaluasi masa lalu dengan ekstrem dan ketat. Awal yang baru pada masa transisi ini bergantung pada kerinduan, nilai dan motivasi seseorang, yang tentu saja tidak bisa dipaksakan. Transisi memerlukan waktu, ketika tiba waktunya segera bersikap dan bertindak. 

Beberapa tantangan yang perlu dihadapi dan diselesaikan pada masa transisi medior ini antara lain, pertama mengerjakan kembali mimpi (Re-working dream). Kesempatan untuk melanjutkan mimpi atau mengerjakan kembali mimpi, "Apa yang akan saya lakukan dengan hidup saya." Kita ditantang kembali kepada diri sendiri dan menyalakan kembali semangat hidup. Kedua, memformulasikan kembali identitas (Re-formulating identity). Kesempatan untuk memahami kembali identitas kita, "siapa diri kita dan kemana hidup kita akan bergerak." Kita ditantang untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan kita, dan membuat komitmen. 

Tantangan ketiga adalah menjadi pendamping bagi yang lain (multi-generational mentoring). Kesempatan mendampingi dan memperhatikan orang lain. Kita ditantang menjadi pendamping yang mau memahami keadaan orang lain, tidak memaksakan kehendak pribadi dan membantu untuk mewujudkan mimpi. Hal keempat adalah membentuk kembali komitmen (Re-fashioning commitments). Kesempatan mengungkapkan cinta kepada orang lain dan cara menjaga cinta itu. Komitmen lahir dari sebuah cinta dan terus berlanjut dalam cinta. 

Masa mid-life transition, melahirkan kesadaran baru. Kesadaran paling pertama adalah pengalaman menghadapi mortalitas untuk pertama kalinya. Sakit, kematian orangtua, sahabat, pengalaman menjadi tua menghantar kita pada pengalaman berhadapan dengan mortalitas atau kematian. Kesadaran pertama ini perlu menuntun kita pada kesediaan untuk meluangkan waktu merenungkan mimpi hidup Anda, terutama yang memberikan gairah dan semangat untuk mengerjakan atau mewujudkannya. 

Sejarah Hidupku adalah Sejarah Keselamatan Allah 

Setiap pribadi memiliki kisah perjalanan hidup masing-masing. Kisah-kisah itu memiliki keunikan tersendiri. Bisa jadi kisah itu adalah lembaran pengalaman yang menggembirakan dan mencerahkan, namun bisa juga lembaran suram, gelap, menyesatkan atau menakutkan. Semuanya dibungkus dalam sebuah sejarah hidup, sejarah keselamatan Allah yang patut kita terima dan syukuri. Pertanyaan pentingnya adalah pernahkah Anda mengambil waktu, sekedar duduk membuat catatan kecil, menggali pengalaman-pengalaman ringan, kecil dan mencoba merenungkannya? Mampukah kita menemukan kehadiran dan keterlibatan Allah di sana? Ada banyak pengalaman kecil yang bila direnungkan, kita menemukan Allah terlibat di sana.  

Suatu waktu ketika masih menjalani masa novisiat, saya merasakan suatu kerinduan yang sangat besar kepada keluarga di kampung. Saya bergulat dalam batin dan berniat untuk pulang. Beberapa malam saya masuk kapel sendirian, duduk bahkan membaringkan diri di depan kapel ruang doa hanya untuk berdoa dan sekedar menenangkan diri. Perasaan, pergulatan dan niat saya pulang ini, saya ceritakan kepada magister novis saya. Beliau mendengarkan dan menjawab singkat, "semua orang merasakan dan mengalami hal yang sama, yakni rindu keluarga. Itu pengalaman kecil dan biasa, dan dialami banyak orang. Jangan pulang!" Saya terkesan, merasa bebas. Beliau kemudian memberi kabar bahwa saya dipilih untuk mengikuti program "exchange novices" di Kenya, Afrika. Pengalaman itu saya jalani, dan saya mendapat banyak penguatan yang membuat saya terus berjalan. Tuhan punya rencana baik. 

Realitas menunjukan ada banyak orang hanya sampai para perasaan kesepian, frustrasi, putus asa, jatuh, dan meratapi sejarah hidupnya. Mereka tidak mampu menemukan kehadiran dan keterlibatan Allah di sana. Tidak banyak orang menyediakan waktu untuk merenungkan sejarah hidupnya. Tidak semua pribadi sampai pada kesimpulan sejarah hidupku adalah sebuah sejarah keselamatan Allah. Alasannya, karena pengalaman tertentu dirasa sangat berat. Misalnya, ada pengalaman kehilangan atau ditinggalkan orang-orang terkasih. Ada pengalaman kegagalan. Ada pengalaman dikucilkan, dilecehkan dan ditolak. Pada titik ini, ada orang merasa ditinggalkan Tuhan, tidak lagi percaya, marah dan mengutuk Tuhan.

Dalam lembar peristiwa sejarah hidup yang bagaimapun, bila ditelusuri dengan tenang dan jujur, kita akan menemukan bahwa ada pengalaman diterima, dirangkul dan dicintai dengan sungguh. Suatu masa dimana kita merasakan pencerahan, hingga kita mengalami sebuah titik balik, kisah sejarah hidup yang baru. Kita merasa ada titik terang, menemukan cahaya. Kita dirangkul dan dicintai dengan sungguh. Bahkan di saat kita mengalami masa frustrasi, sepi, dan gelap Tuhan tetap hadir dan terlibat. Selalu kita menemukan cara Tuhan hadir dan terlibat, lewat perjumpaan atau peristiwa tertentu. 

Bukti paling konkret kehadiran dan keterlibatan Allah dalam lembaran kisah perjalanan hidup kita saat ini adalah diri kita sendiri yang ada saat ini, di mana saja, saat menulis atau membaca tulisan ini. Kita bahkan bisa terpesona, termangu menemukan keajaiban yang berasal dari Tuhan sendiri saat ini dalam diri kita. Kita seolah tidak percaya bisa sampai pada titik ini. Akhirnya yang adalah perasaan kagum, bersyukur dan berterimakasih atas lembar pengalaman sejarah hidup yang bisa dilewati. Itulah karya Allah. Itulah sejarah keselamatan Allah yang nyata dalam sejarah hidup kita. Sejarah hidupku adalah sejarah keselamatan Allah, yang patut saya terima dan syukuri. Semua baik adanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun