Pengantar
Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, memulai pembentukan Tim kepemimpinan atau kabinetnya dengan melakukan pembekalan selama dua hari penuh pada Rabu, 16 Oktober dan Kamis, 17 Oktober 2024. Kegiatan itu bertajuk "Hambalang Retreat", menghadirkan seluruh calon Menteri, Wakil menteri dan Kepala Badan yang akan membantu Presiden RI ke-8 periode 2024-2029.
 Nara sumber didatangkan dari dalam hingga luar negeri. Suatu titik permulaan kepemimpinan dan pelayanan yang menurut saya elegan dan akan sangat berdampak positif, berkualitas dalam bidang tugas masing-masing.Â
Kegiatan ini dapat dikatakan menarik dan strategis. "Hambalang Retreat"adalah sebuah titik permulaan yang sangat bernilai bagi para calon pemimpin, dalam mengimplementasikan visi-misi Presiden Prabowo bagi bangsa dan negara kita ini.Â
Bagi saya, apa yang dimulai Presiden Prabowo ini sangat bernilai pendidikan bagi siapa saja, menuju sebuah kualitas pribadi, suatu kepemimpinan yang efektif dan pelayanan yang berdampak bagi semua orang terutama berpihak kepada yang miskin dan marginal. Lalu, apa pelajaran yang bisa kita refleksikan dari "Hambalang retreat"?
Apa itu Retret?
Retret berasal dari kata bahasa Inggris "retreat". Menurut Kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan Hassan Shadily salah satunya berarti tempat pengasingan diri. Sebagai kata kerja, retret berarti mundur. Jadi, retret berarti kita mundur dari kesibukan sehari-hari, meninggalkan dunia ramai dan pergi ke tempat sunyi untuk mengasingkan diri.Â
Retret menunjuk pada tempat atau gerak menuju kepada kesunyian atau keheningan. Dalam bahasa Indonesia, retret memiliki arti mengasingkan diri ke tempat sunyi. Di tempat yang sunyi sepi itu terjadi proses pengolahan diri yang pada akhirnya menuntun kita mampu memilih suatu tujuan hidup tertentu.  Rangkaian kegiatan yang muncul dalam retret antara lain doa, refleksi, bimbingan rohani, diskusi, renungan, sharing, konsultasi, kegiatan refreshing, games, outbond.
Tujuan Retret
Pandangan klasik mengatakan retret bertujuan untuk bertemu dengan Tuhan. Menurut Sumantri, SJ dalam buku Akar dan Sayap (2002) mengungkapkan retret bertujuan untuk menghasilkan kualitas diri dalam 3 aspek yakni:Â
- Bidang Kepribadian: mampu mengenal dan menerima segala kekurangan dan kelebihan. Mampu menemukan identitas diri dan gambaran diri yang sehat, kepercayaan diri dan harga diri yang seimbang.Â
- Mampu mengenal, mengolah dan mengarahkan perasaan positif dan negatif yang muncul dalam hati. Mampu mengenal, menjernihkan dan mengembangkan motivasi, cita-cita dan idealisme hidup. Mampu mengenal dan mengembangkan potensi diri secara maksimal dan ke arah yang tepat. Mampu mengenal dan mengembangkan perilaku, cara dan gaya hidup yang produktif.
- Bidang Kebersamaan dengan orang lain: Mampu memiliki pandangan yang sehat tentang orang lain. Mampu berkenalan, bertemu, menerima dan bergaul dengan orang lain tanpa pandang bulu. Mampu memiliki kepekaan kepada orang lain. Mampu menciptakan dan membina kebersamaan dan kerjasama dengan orang lain sebagai tempat untuk mengembangkan diri.
- Bidang peran dalam dalam masyarakat, bangsa dan negara: Memiliki pengetahuan tentang masyarakat, bangsa dan dunia yang memadai dan membentuk pandangan yang seimbang tentang masyarakat, bangsa dan dunia. Mampu memiliki pengetahuan, pandangan, kecakapan, dan sikap kerja yang benar dan memadai. Mampu memiliki pengetahuan, kecakapan dan sikap kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.Â
- Mampu memiliki pengetahuan, kecakapan dan sikap dalam bidang manajemen dan kepemimpinan yang benar dan memadai, sehingga mampu hidup secara produktif dalam hidup pribadi, masyarakat, bangsa dan negara dan dunia.
Retret: Pengolahan Diri
Suatu retret atau pengolahan diri yang baik dan berhasil membutuhkan prasyarat antara lain:Â ketenangan, keterbukaan, kerjasama, kedisiplinan. Keempat syarat ini saling mendukung satu sama lain. Ketenangan yang dimaksud tidak hanya lahiriah, tetapi ketenangan bathin.Â
Keterbukaan sangat dibutuhkan dalam pengolahan diri. Kerjasama dan disiplin diperlukan agar suasana tetap terjaga. Oleh karena itu, tata tertib perlu disepakati dan dijaga bersama selama retret. Â
Seorang pemimpin yang merenung adalah seorang yang mampu membawa organisasi berjalan ke depan. Jika seorang calon pemimpin berani berhenti sejenak mundur dan segala keramaian, bukan berarti ada persoalan atau terjadi stagnasi.Â
Sebaliknya seorang pemimpin yang berani menyepi dan retret seperti yang terjadi di Hambalang, artinya ia sedang menyiapkan diri untuk sebuah loncatan besar untuk kemajuan.Â
Retret bukan berarti sekedar merenungkan diri sendiri, melainkan sedang mempersiapkan organisasi, lembaga dan negara untuk menghadapi tantangan masa depan. Kita tentu belajar dari Presiden kita Prabowo di awal kepemimpinannya. Ia mengajarkan kepada kita arti dan makna retret bagi perkembangan dan kemajuan pribadi, organisasi, lembaga hingga suatu bangsa dan negara besar seperti Indonesia.Â
"Retret Hambalang" bukan sekedar gaya persatuan sebagai pihak yang akan berkuasa dan mengatur negara ini. Retret Hambalang mengajarkan kepada kita tentang kepemimpinan yang visioner.Â
Oleh karena itu, diperlukan kesatuan dan kesamaan visi, persepsi dan strategi bersama untuk mengelola suatu organisasi, lembaga, negara dan bangsa. Kesadaran bersama yang dibangun dalam retret melahirkan komitmen pribadi, tanggungjawab, untuk mengemban amanah yang diberikan sebaik-baiknya.Â
Penutup
Di era digital yang penuh gangguan ini, para pemimpin mengajarkan pentingnya mengambil waktu retret pribadi maupun kelompok. Era ini dipacu dengan kecepatan informasi.Â
Kita sedang berada di era post truth di mana diperlukan ketajaman fokus, kepekaan batin, dan kejernihan hati untuk mampu terhindar dari distorsi dan kebisingan yang sia-sia. Retret menguatkan fokus perhatian kita. Retret memberi petunjuk dan arah perjalanan ke depan.Â
Saya kagum dengan langkah yang diambil oleh Presiden Prabowo. Semua calon pemimpinnya dikumpulkan dalam sebuah tajuk "hambalang Retreat." Sesuatu yang sangat strategis dan bergengsi.Â
Bangsa yang besar, membutuhkan para pemimpin yang menunjukan kualitas pelayanan, yang mampu membimbing, mendidik, dan menuntuk masyarakatnya menuju suatu kemakmuran, kesejahteraan dan kecerdasan istimewa.Â
Seringkali, kepemimpinan tidak dimulai dengan pengolahan diri-pribadi. Semua orang dapat menjadi pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Namun, tidak semua orang bisa dipilih menjadi pemimpin publik.Â
Oleh karena itu, ekspektasi kualitas pribadi, kompetensi profesional dan ketrampilan mengelola atau menata suatu kelompok dan organisasi menuju tujuannya adalah sebuah tuntutan yang diharapkan dari seseorang.Â
Maka, pembekalan bertajuk Hambalang retreat, adalah kegiatan yang berdampak pada kualitas diri pribadi, kompetensi dan ketrampilan profesional yang diperlukan, serta mempertajam cara dan fokus seseorang dalam menjalankan tugasnya.Â
Dengan kualitas diri yang baik, idealisme tim baru Kabinet Merah-Putih, akan mampu berjalan bersama, satu visi, membangun bangsa menuju kejayaan, keemasannya. Semoga, Roh Tuhan menyertai cita-cita, motivasi para pemimpin bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H