Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Konsultan - Penjaga Perbatasan

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Daun yang Jatuh Bukanlah Sampah

22 Juli 2022   23:49 Diperbarui: 22 Juli 2022   23:53 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang bisa menantang kehendak cuaca. Ia, meski abstrak, adalah kekuatan maha dahsyat yang sama sekali tak ada tandingannya dengan apa pun yang ada di atas bumi. 

Lihat saja, daun pohon kelor berumur dua bulan di halaman yang sebelumnya selalu hijau segar mulai nampak kuning di beberapa bagian. 

Mau tak mau, pohon kelor mesti menyesuaikan diri dengan hujan yang sudah tak turun lebih dari seminggu. 

Cuaca yang panas membuat klorofilnya menyerah kalah hingga ia mesti menggugurkan sebagian daun. Itu cara cerdas kelor dalam menghadapi kerasnya kehidupan. 

Daun yang kuat yang bertahan, sedangkan yang tak cukup mendapat asupan nutrisi untuk terus tumbuh dibiarkan layu menguning, tak kuat memegang dahan, tak mampu melawan hukum universal gravitasi. Melayanglah ia jatuh ke tanah.

Soal seperti daun jatuh ini sepele sekali, namun di mata seorang Inggris yang lahir prematur bernama Isaac Newton, soal sepele ini malah menjadi pemicu untuk menyibak rahasia-rahasia alam lewat angka-angka yang kita kenal sebagai fisika.

 Sampai saat ini, Isaac Newton - yang kemudian dianugerahi gelar Sir oleh Ratu Anne -- dianggap punya kontribusi sains yang lebih besar dibanding jenius dari Jerman bernama Albert Einstein yang juga lahir prematur.

***

 

Daun yang jatuh ini adalah pihak yang kalah, seolah-olah pecundang tak berguna. Oleh sebab itu, banyak manusia melihatnya sebagai sampah. 

Tak salah memang. Ini analogi yang amat pas untuk pihak yang kalah. Dalam kompetisi apa pun, mereka yang kalah mesti dicampakkan, ditendang dari hingar bingarnya kompetisi sebab tak kuat lagi bersaing. 

Istilah olahraganya, masuk kotak. Hanya sedikit yang melihat bahwa daun yang jauh - atau digugurkan karena mekanisme tumbuhan itu sendiri-- merupakan tanda bahwa tanaman pandai beradaptasi dengan lingkungannya.

Tak layak rasanya untuk mengatakan bahwa daun jatuh lepas dari dahannya, tergeletak tak berdaya di atas tanah lalu disebut sebagai sampah. Itu penamaan salah kaprah. Daun jatuh merupakan siklus hidup yang mesti dijalani tanaman apa pun yang mempunyai daun!

Memang sih, melihatnya berserakan memenuhi halaman juga merupakan gangguan tersendiri. Sungguh tak afdol rasanya membiarkan ia merongrong kenyamanan mata dan rasa sebuah kintal misalnya. 

Naluri alamiah kita akan membuat segala sesuatunya jadi teratur, di mana setiap material dikumpulkan secara tertib, seturut klasifikasi tertentu, tidak dibiarkan berhamburan secara acak.

Namun, di sini, marilah kita sepakat soal penyebutan bahwa daun di atas tanah bukanlah sampah. Kita mesti menyamakan persepsi pada soal yang nampak remeh temeh ini. 

Jika Anda dalam pengalaman hidupnya menyebut daun sebagai sampah, mulai sekarang mesti putar haluan tiga ratus enam puluh derajat. Dengan segala cara, istilah sampah wajib dihapus dari memori.

Mungkin ia mengotori pekarangan sehingga mengganggu pemandangan tetapi kita tetap berpegang pada istilah yang sama bahwa itu bukanlah sampah namun hanya dipindah ke tempat yang semestinya.

Ia tak boleh ada di situ bukan karena disebut sampah tetapi karena kita ingin merelokasinya di area lain sehingga tercipta nuansa yang lebih indah.

Deal.

JAVARIO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun