Istilah olahraganya, masuk kotak. Hanya sedikit yang melihat bahwa daun yang jauh - atau digugurkan karena mekanisme tumbuhan itu sendiri-- merupakan tanda bahwa tanaman pandai beradaptasi dengan lingkungannya.
Tak layak rasanya untuk mengatakan bahwa daun jatuh lepas dari dahannya, tergeletak tak berdaya di atas tanah lalu disebut sebagai sampah. Itu penamaan salah kaprah. Daun jatuh merupakan siklus hidup yang mesti dijalani tanaman apa pun yang mempunyai daun!
Memang sih, melihatnya berserakan memenuhi halaman juga merupakan gangguan tersendiri. Sungguh tak afdol rasanya membiarkan ia merongrong kenyamanan mata dan rasa sebuah kintal misalnya.Â
Naluri alamiah kita akan membuat segala sesuatunya jadi teratur, di mana setiap material dikumpulkan secara tertib, seturut klasifikasi tertentu, tidak dibiarkan berhamburan secara acak.
Namun, di sini, marilah kita sepakat soal penyebutan bahwa daun di atas tanah bukanlah sampah. Kita mesti menyamakan persepsi pada soal yang nampak remeh temeh ini.Â
Jika Anda dalam pengalaman hidupnya menyebut daun sebagai sampah, mulai sekarang mesti putar haluan tiga ratus enam puluh derajat. Dengan segala cara, istilah sampah wajib dihapus dari memori.
Mungkin ia mengotori pekarangan sehingga mengganggu pemandangan tetapi kita tetap berpegang pada istilah yang sama bahwa itu bukanlah sampah namun hanya dipindah ke tempat yang semestinya.
Ia tak boleh ada di situ bukan karena disebut sampah tetapi karena kita ingin merelokasinya di area lain sehingga tercipta nuansa yang lebih indah.
Deal.
JAVARIO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H