Hal yang nampaknya sepele ini jadi tak sepele lagi mengingat dampaknya. Kita akan menjadi heboh, mengutuk habis-habisan pelaku pemerkosaan atau perselingkuhan, kita akan dengan mudah memvonis bahwa mereka sungguh bejad dan tak bermoral. Perbuatan mereka amoral.
Kita mengetuk palu bahwa itu amoral, tanpa sadar permisif pada pelanggaran nilai-nilai moral yang lain. Hal ini karena kita tak mengatakan bahwa itu amoral! Tak heran, orang korupsi, melakukan tipu daya politik, melakukan jual beli suara, membeli hukum, menyuap institusi hukum dll menjadi suatu fenomena umum biasa. Hal semacam itu disebut perjuangan hidup.
Sebuah kata sederhana yang mampu mengubah mindset bangsa. Kita kejam pada kasus mengenai seks, sedangkan begitu permisif pada hal-hal yang yang melanggar nilai-nilai moral lain yang termaktub dalam falsafah bangsa. Kita telah melenceng jalan.
Tulisan sederhana ini bukan untuk membela person yang berselingkuh, memperkosa, atau membuat affair. Bukan. Tak ada unsur permisif pada hal-hal semacam itu. Tulisan ini mengajak untuk memperlakukan secara adil dan seimbang nilai-nilai moral yang terkandung dalam butir-butir Pancasila, tanpa menganaktirikan satu dengan lainya.
Mungkin dengan kata lain, kita mesti kembali pada Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen, sebuah kalimat yang sangat berbau Orba namun nampaknya kemudi mesti dibelokkan sedikit ke arah sana.
JAVARIO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H