Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus jenis baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia. Virus ini menyebabkan penyakit saluran pernapasan (seperti flu) dengan gejala seperti batuk, demam, dan pada kasus yang lebih serius, pneumonia. Penyebaran utama corona virus adalah melalui kontak dengan orang yang terinfeksi saat mereka batuk, bersin, atau cairan/ lendir hidung orang yang terinfeksi.
Di lansir dari National Geographic Indonesia (12 Maret 2020), World Health Organization (WHO) menetapkan wabah coronavirus sebagai pandemi. Hal ini dikarenakan coronavirus menyebar ke banyak orang dibeberapa negara dalam waktu yang bersamaan dengan jumlah penyebaran coronavirus sendiri bertambah signifikan dan berkelanjutan secara global. Covid-19menjadi penyakit yang paling berbahaya dengan penyebaran begitu cepat ditengah populasi manusia dan sampai saat ini belum juga ditemukan vaksin untuk covid-19, pemutusan rantai penyebaran merupakan cara yang bisa dilakukan saat ini untuk menghentikan penyebarannya agar tidak semakin meluas,  Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Aceh saat ini sedang dihadapkan pada tantangan besar virus corona yang secara resmi diidentifikasi oleh WHO sebagai Corona Virus Desease-19 atau disingkat covid-19 yang telah menimbulkan global shock karena memang dalam beberapa dekade terakhir belum pernah ditemukan jenis virus dengan penularan yang begitu cepat seperti covid-19.
Dampak yang paling signifikan ialah menganggu proses produksi, distribusi, dan konsumsi akibat tingkat dan skema penularan virus yang menyerang aspek paling fundamental dari seluruh akivitas kita, yaitu interaksi fisik antarmanusia hingga memaksa kita menerapkan kebijakan social/phsycal distancing. Sebagai instrumen utama penggerak aktivitas ekonomi, tentu ini akan sangat berdampak. Meskipun ekonomi kita sudah mulai bergerak ke arah digital, namun trend ini tidak cukup kuat untuk menjadi alternatif solusi atas dampak masif dan  luar biasa pandemi covid-19 ini.Â
Dunia/ pelaku usaha baik skala besar maupun  menengah kini sudah mulai kelimpungan. Proses input dan output ekonomi macet.  Banyak perusahaan menutup usaha dan pabriknya akibat transaksi perdagangan  mengalami penurunan akibat kurangnya pembeli serta terbatasnya ekspor  sehingga mengalami penurunan omset. Kemudian Pemberhentian Hak Kerja  (PHK) terjadi dimana-mana, baik buruh pabrik, karyawan hotel, usaha angkutan,  trasnportasi, tempat-tempat pariwisata, dan banyak sektor jasa lainnya.  Masyarakat pelaku usaha mikro, sektor riil, hingga petani, pedagang, nelayan, dan  buruh yang mengandalkan pendapatan harian bahkan mengalami dampak yang  lebih parah hingga kondisi rentan pangan dan ancaman kelaparan, (Aceh  Tribunnews).Â
Sampai saat ini kita belum bisa memastikan kapan pendemi ini akan berakhir, namun jelas kondisi ini sangat mengkhawatirkan bagi daerah Aceh sendiri,  meskipun Aceh kaya akan kekayaan alam yang melimpah namun ini tidak bisa  memastikan kondisi masyarakat saat ini, ditambah dengan beberapa anjuran  pemerintah untuk social distancing ini jelas sangat menganggu aktivitas manusia  pada umumnya. Dengan berlakunya social distancing ataupun PSBB ini menjadi  tamparan keras bagi masyarakat Aceh dalam segi kerohanian terkhsususnya dan  perekonomian pada umumnya.Â
Aceh merupakan daerah dengan mayoritas penduduk muslim, memasuki ramadhan banyak kegiatan rutin yang dilakukan seperti tarawih, tadarus bersama,  serta kajian islami untuk memeriahkan ramadhan.  Pemerintah Aceh tak tinggal diam, ditengah pandemi pemerintah Aceh mengantusiaskan kepada masyarakat agar memanfaatkan kondisi sekarang untuk  meningkatkan ibadah dan ketaqwaan kepada Allah, kita dianjurkan untuk saling  membantu sesama. Pandemi bukanlah penghalang untuk kita melaksanakan  ibadah justru kondisi ini menjadi ladang memupuk amal kita saat ini. Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh meminta seluruh masyarakat  di daerah untuk tetap menjalankan ibadah sepanjang Ramadan tahun ini dengan  tetap mematuhi protokol kesehatan dalam upaya mencegah penyebaran virus  corona Covid-19.
Di lansir dari BPBA Aceh, Pemerintah Aceh melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mulai menyalurkan masker kain tahap pertama  sebanyak 215.000 lembar ke kabupaten dan kota di seluruh Aceh guna untuk  mengatasi penyebaran covid-19.Â
Segala ibadah baik shalat fardhu, tarawih, witir, serta salat idul fitri dapat  dilakukan dimasjid ataupun meunasah dengan membatasi waktu pelaksanaannya.  Khusus untuk masyarakat yang berdomisili dikawasan yang kondisi penularan  wabah penyakit covid-19 tidak terkendali agar tidak menyelenggarakan semua  aktivitas ibadah yang melibatkan banyak orang. Semua muslim dianjurkan untuk  menunaikan zakat, infak, dan sadaqah guna mengoptimalisasi kepedulian dan  perhatian terhadap kaum dhuafa/ fakir miskin yang berdampak penularan Covid-19. Masyarakat tidak melaksanakan kegiatan seperti buka puasa bersama, kenduri  nuzulul quran, safari ramadhan, tadarus keliling, qiyamullail keliling, sahur  bersama, subuh keliling, pawai takbiran dan halal bi halal, hal ini dilakukan untuk  mencegah penyebaran covid-19. Masyarakat dibolehkan untuk melaksanakan  i'tikaf di sepuluh akhir ramadhan dan saat bersilaturrahim hari raya, masyarakat  tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti menggunakan masker (Sumatra  Bisnis Com).
Di samping itu, untuk mendukung kebijakan yang telah diatur pemerintah perlu adanya pengintegrasian kepekaan masyarakat terhadap kebijakan yang berlaku. Maknanya ialah, masyarakat dan pemerintah sama-sama menanggapi kondisi saat ini, keseriusan pemerintah mengatasi pandemi dengan kebijakannya dan kepatuhan masyarakat menghindari wabah berbahaya ini, karena pandemi Covid-19 bukan hanya pekerjaan rumah bagi pemerintah saja namun juga seluruh masyarakat Indonesia guna mencapai kondisi yang kondusif dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H