Mohon tunggu...
Alya Natasha
Alya Natasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Mahasiswa Uinsa

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Mengulik Produksi Kacang Unting Khas Masyarakat Osing Olehsari bersama Mahasiswa KKN 129 UIN Sunan Ampel Surabaya

22 Juli 2024   14:05 Diperbarui: 22 Juli 2024   16:58 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah ibu Sulastri bersama mahasiswa kkn 129 UIN Sunan Ampel Surabaya sedang melakukan wawnara terkait proses produksi kacang unting

Penulis : Alya Natasha

Kacang Unting merupakan tradisi budaya yang berasal dari Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. 

Sejak tahun 1925 kacang unting sudah diproduksi oleh masyarakat Olehsari setempat.

Pada 15 Juli 2024, 4 mahasiswi KKN 129 Uin Sunan Ampel Surabaya berkesempatan mewawancarai Ibu Sulastri salah satu pelaku kacang unting, Beliau sejak 2005 bersama suaminya bapak Legi sudah menggeluti produksi kacang unting di desa Olehsari. 

Proses produksi kacang unting oleh ibu Sulastri dimulai dari menebas tanah untuk ditanami kacang, Menebas kacang sendiri diestimasi seharga 2-10 juta. "Beliau menebas dan mencabut kacang sendiri karena apabila bersama-sama dirasa lebih mahal". Ujar bu Sulastri, Senin (15,07,2024)

Kacang yang ditanam pun bervariasi mulai dari kacang garuda (kecil) dan kacang poleng (besar) akan tetapi jenis yang bagus merupakan kacang poleng. 

Setelah ditanami kacang dicabut atau masyarakat osing biasa menyebutnya "Mbedol" kemudian tumbuhan kacang dibersihkan dari daunnya, sisa daun dari tumbuhan biasanya dibuat pakan kambing dan sapi. Proses selanjutnya" Mbibit" yakni memilah biji kacang untuk dibuat bibit.

Hasil bibit kacang hanya bisa dipanen sekali dan untuk hasil bibit biasanya di sisakan sebanyak 3 sampai 7 kg, tambah bu Sulastri. 

Kemudian "Ngunting" proses mengikat kacang untuk dijual. Ikat kacang unting berisi 13 kacang. "Ngulup" proses merebus kacang yang telah diunting, merebusnya menggunakan air garam di panci besar.

Setiap hari bapak Legi pulang membawa sebanyak 3 sampai 4 karung kacang, setelah itu para pekerja kacang unting bersama - sama mengunting didepan rumah ibu Sulastri. 

Kacang unting dijual per ikat tidak dijual perkiloan tutur bu Sulastri. 

Dijelaskan tiap 100 ikat dihargai seharga 6.000, Imbuhnya.

Setelah melakukan serangkaian proses mulai dari menebas tanah,mbedol,mbibit,ngunting dan ngulup kacang unting siap di ambil untuk dijual.

"Kacang unting yang telah siap dihargai sebesar Rp. 70.000 per unting", kata bu Sulastri, Senin (15,07,2024).

Terakhir bu Sulastri menuturkan "meskipun hasil yang diperoleh tidak seberapa daripada menganggur dijalani saja sedikit demi sedikit buat penghasilan setiap hari," tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun