Mohon tunggu...
Noralia Purwa Yunita
Noralia Purwa Yunita Mohon Tunggu... Guru - Guru, blogger, penulis pemula

Guru prakarya SMP NEGERI 8 Semarang Guru Kimia bimbingan belajar Ershanggono Penulis pemula Blogger pemula Pengajar TPA bimbingan belajar ENS STAN Pelatih ekstrakurikuler KIR

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatkan Kemampuan Literasi Anak Lewat Buku Daring

27 Mei 2020   11:10 Diperbarui: 27 Mei 2020   11:19 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kegiatan membaca pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh informasi dari bahan bacaan yang dibaca. Banyak bahan bacaan yang dapat dijadikan tempat sebagai sarana kegiatan membaca, seperti buku, koran, majalah, bahkan semakin berkembangnya teknologi, kegiatan membaca beralih kepada membaca secara digital. 

Artinya bahan bacaan tidak ada dalam bentuk nyata melainkan dalam bentuk Maya yang dapat diakses melalui internet. Banyaknya bahan bacaan baik digital maupun konvensional ternyata tidak diimbangi dengan tingginya minat baca masyarakat. Ini karena kebiasaan masyarakat kita yang lebih senang menunggu untuk mendapatkan informasi daripada mencari informasi.

Gerakan literasi sebenarnya sudah mulai digalakkan pemerintah beberapa waktu lalu. Mulai berliterasi di lingkungan masyarakat, sekolah hingga di keluarga. Namun,  upaya untuk menumbuhkan kecintaan akan kegiatan membaca, akan lebih efektif jika dimulai dari lingkungan keluarga. 

Orang tua dapat memperkenalkan buku sejak dini kepada anak. Bahkan sejak bayi pun, anak sebenarnya sudah dapat diperkenalkan buku. Meskipun belum bisa membaca, setidaknya si anak dapat mendengarkan orang tuanya bercerita. Akan lebih bagus jika kegiatan membaca pada anak menggunakan buku-buku bergambar. Karena sembari bercerita, orang tua dapat menunjukkan gambar-gambar yang ada dalam buku tersebut.

Untuk pemilihan buku bacaan anak, sebaiknya berikan kewenangan penuh kepada si anak. Apakah anak suka tentang cerita hewan, kerajaan, robot atau yang lain, minta mereka untuk memilihnya sendiri. 

Dengan demikian, tidak ada lagi alasan untuk tidak suka membaca karena mereka diberikan kewenangan tersendiri untuk memilih bacaan favoritnya. Jika di rumah tidak tersedia buku bacaan anak, anak bersama orang tua dapat membuat bukunya sendiri. Kegiatan ini akan jauh lebih bermakna karena orang tua terlibat langsung dalam kegiatan anak.

Buku kolaborasi ini dapat dibuat dengan membuat cerita fiktif atau imajinatif dari kehidupan nyata, misal cerita tentang hari istimewa, minta pada anak untuk mengemukakan hari istimewa itu apa, apakah hari ketika bisa makan es krim sepuasnya atau hari dimana bisa nonton TV berlama-lama atau mungkin yang lain. 

Yang terpenting jangan ceritakan cerita takhayul kepada anak. Seperi hantu, setan dan sejenisnya. Lakukan kegiatan ini setiap hari sehingga anak akan terbiasa dengan buku dan kegiatan membaca. Dengan ini, akan tumbuh kecintaan anak pada dunia buku dan membaca.

Pada anak usia dini, kemampuan membaca anak masih belum berkembang maksimal. Ini dikarenakan anak memang belum diperkenalkan cara untuk membaca. Peran orang tua tetap sebagai seorang pembaca yang yang membacakan buku untuk si anak dan anak berperan sebagai pendengar setia orang tua. 

Namun, ketika dia sudah masuk ke usia yang lebih besar, yaitu kelas 2 atau 3 SD, anak sudah mempunyai kemampuan untuk dapat membaca mandiri. Peran orang tua akan berubah seiring bertambahnya usia anak. Disini peran orang tua lebih sebagai fasilitator yang memfasilitasi bahan bacaan berkualitas untuk si anak.

Disamping itu, semakin bertambah usia anak, kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca saja. Anak juga perlu diarahkan untuk mampu menceritakan kembali pesan yang dapat  diambil dari cerita dan menganalisis bacaan tadi. Jika banyak buku yang dijadikan bahan bacaan anak, anak dapat diminta untuk menentukan beberapa buku yang saling terkait satu sama lain. Dengan begitu, kemampuan anak tidak  hanya sekedar kemampuan berliterasi, tetapi  kemampuan berliterasi tingkat tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun