Mohon tunggu...
Norafisah
Norafisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang tertarik dengan bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasionalisme Berkembang di Negara Jepang

27 Maret 2024   19:17 Diperbarui: 28 Maret 2024   12:31 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awal abad ke-18 orang Jepang sudah merantau ke kawasan tanah Melayu. Pada 1764, perahu yang membawa pelaut bernama Magotaro terdampar di Pulau Mindanao. Beruntung akhirnya, Magotaro selamat. Oleh bajak laut Magotaro dijual dan dijadikan budak di Banjarmasin sampai dengan 1791. Setelah itu, dia dibebaskan dan akhirnya bisa kembali ke Jepang. Magotaro diwawancarai oleh cendekiawan Okikatsu Aoki karena pada waktu itu Jepang negara tertutupi sehingga informasi tentang luar negeri hampir tidak ada di Jepang. Para peneliti Barat yang ingin memperoleh pengetahuan dan berusaha menghimpun data dari berbagai sumber mendapatkan informasi dari hasil wawancara Okikatsu Aoki. Dari hasil wawancara tersebut, Aoki membuat daftar kata bahasa Melayu-Jepang. Melalui daftar itulah orang Jepang mengenal bahasa Melayu untuk pertama kalinya. Dalam pembahasan ini akan di paparkan bagaimana perkembangan Pendidikan Bahasa Indonesia dari masa lampau hingga ini. Dapat dibuktikan bahwa Pendidikan Bahasa Indonesia juga di pelajari oleh Negara Jepang.https://www.istockphoto.com/id/foto/bentang-alam-pantai-pulau-samal-davao-mindanao-filipina-gm1476243110-505501784

1. Pendidikan Bahasa Indonesia Masa Lampau

Pendidikan Bahasa Indonesia pada masa lampau di Jepang sudah ada sejak lama, mulai dari dibawanya lewat para pedagang sampai adanya kamus Bahasa Indonesia beredar di Jepang.

  • Pengenalan Bahasa Indonesia di Jepang

Pendidikan Bahasa Indonesia di Jepang secara resmi dimulai sejak ratusan tahun yang lalu.Sebenarnya masyarakat Jepang sudah mengenalnya pada 1700-an.Pada Zaman Edo (1603---1868) pemerintah Shogun Tokugawa memberlakukan kebijakan negara tertutup dari 1639 sampai dengan 1854 karena khawatir Kristen akan masuk ke Jepang. Selama waktu itu, orang Jepang tidak boleh bepergian ke luar negeri dan sebaliknya, orang asing tidak boleh masuk ke Jepang, selain orang Belanda (Hindia Belanda) dan orang Cina. Satu-satunya pelabuhan yang dibuka hanya Pelabuhan Dejima di Kota Nagasaki, Pulau Kyushu. Di situlah para pedagang berkebangsaan Belanda dan Cina membawa barang-barang dari luar negeri, memperkenalkan kebudayaan, dan membagi pengetahuan mereka yang belum diketahui orang Jepang. Oleh sebab itu, banyak cendekiawan dan peneliti Jepang berkumpul di Nagasaki untuk mempelajari/meneliti hal-hal baru yang mereka dapatkan dari para pedagang Belanda dan Cina, terutama yang berkaitan dengan obat-obatan dan bidang kedokteran. Pada zaman itu Magotaro sudah kembali ke Jepang. Kepulangan Magotaro tidak disia-siakan oleh para cendekiawan, seperti Okikatsu Aoki. Aoki mendekati Magotaro untuk menghimpun pengetahuan yang didapat Magotaro dari luar negeri.

  • Sekolah Bahasa

Setelah pemerintah Shogun Tokugawa membuka kembali Jepang dari dunia luar pada 1854, pemerintahannya berakhir pada 1868. Saat itu Jepang memasuki zaman peradaban baru, yaitu zaman Meiji atau dikenal sebagai Restorasi Meiji. Tiga puluh tahun setelah Restorasi Meiji (1868), pemerintah mendirikan sekolah bahasa di Tokyo pada 1898. Bahasa yang diajarkan ketika itu terbatas pada bahasa Inggris. Sepuluh tahun kemudian (1908) barulah pemerintah mulai membuka Jurusan Bahasa Melayu iii. Alasan dibukanya jurusan tersebut karena pemerintah sudah mendapat banyak data tentang Indonesia yang kaya akan sumber alamnya. Pada awalnya peminat bahasa Melayu tidak terlalu banyak. Tahun pertama (1908) tercatat 28 peminat. Tahun 1929 peminatnya menjadi hampir dua kali lipat, 57 orang. Tahun 1938 peminatnya naik drastis menjadi 115 orang. Sekolah bahasa tersebut sekarang dikenal dengan nama Universitas Bahasa Asing Tokyo (Tokyo University of Foreign Studies). Pada tahun-tahun berikutnya mulai didirikan sekolah-sekolah bahasa, baik di Tokyo maupun di luar Tokyo sebagaiberikut: tahun1900 tahun1921 tahun1927 tahun1941 c. sekolah bahasa di Tokyo (sekarang TakushokuUniversity) sekolah bahasa di Osaka (sekarang Oosaka University) sekolah bahasa di Tenri (Sekarang Tenri University) sekolah bahasa di Tokyo (sekarang AsiaUniversity).

2. Pendidikan Bahasa Indonesia Sekarang

Setelah hubungan diplomatik kedua negara terjalin antara Indonesia dan Jepang, kerja sama meluas ke bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kerja sama ekonomi merupakan bidang yang paling banyak dilakukan. Sejak 1980-an kerja sama kedua negara dalam bidang ekonomi telah saling menguntungkan. Hal itu dibuktikan dengan masuknya lebih kurang 1.600 perusahaan Pendidikan Jepang ke Indonesia untuk menanamkan modal dan bekerja sama dengan perusahaan Indonesiav. Sekarang, tercatat lebih kurang 20.000 orang Jepang yang tinggal di Indonesia.Wisatawan Jepang pun banyak yang berkunjung ke Indonesia. Mereka tertarik datang ke Indonesia setelah melihat tayangan program televisi, terutama budaya masyarakat Indonesia. Supaya lancar berkomunikasi dengan orang Indonesia, mereka mulai belajar bahasa Indonesia sebelum berangkat ke Indonesia.

  • Keadaan Pengajaran Bahasa Indonesia Masa Kini

Di Jepang sekarang terdapat lebih kurang 800 universitas, di samping perguruan tinggi nonuniversitas, seperti akademi. Di antara jumlah tersebut terdapat 75 universitasvi dan akademi yang mengakomodasikan pembelajaran bahasa Indonesia. Tujuh universitas dan dua akademi di antaranya memiliki Jurusan Bahasa Indonesia atau Program Studi Bahasa Indonesia. Jurusan atau program ini terdapat di jurusan atau fakultas lain sebagai bahasa asing utama, misalnya Jurusan/Fakultas Hubungan Internasional, dan menjadi bahasa pilihan di beberapa fakultas.

  • Analisis Hasil Angket tentang Keadaan Pendidikan Bahasa Indonesiia di Jepang 2017

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas di Jepang terdapat lebih kurang 800 universitas, dan tujuh di antaranyamemiliki Jurusan atau Program Studi Bahasa Indonesia. Selain ketujuh universitas tersebut, lebih kurang 65 perguruan tinggi memiliki kelas bahasa Indonesia sebagai bahasa asing utama atau pilihan.

(angket oleh HPISJ,2017)
(angket oleh HPISJ,2017)
(angket oleh HPISJ, 2017)
(angket oleh HPISJ, 2017)

Jumlah universitas/akademi 9 dengan 47 dosen dan 696 mahasiswa,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun